Pages

Oktober 19, 2013

PENDIDIKAN INFORMAL


A. Pengertian
Proses yang berlangsung sepanjang hayat sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, pengetahuan&keterampilan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari dalam pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan masyarakat, rekan kerja, teman sepermainan, media massa, dan lain sebagainya.
Suprojanto (2007) memberikan contoh bahwa pendidikan informal terjadi dalam keluarga, melalui media massa, acara keagamaan, pertunjukan seni, hiburan, kampanye, partisipasi dalam organisasi, dan lain-lain. 
Wirdatul Aini (2006) berpendapat bahwa pendidikan informal sama sekali tidak terorganisasi secara struktural, tidak terdapat penjenjangan kronologis, tidak mengenal adanya ijazah, waktu belajar sepanjang hayat, dan lebih merupakan hasil pengalaman individual mandiri dan pendidikannya tidak terjadi di dalam medan interaksi belajar mengajar buatan.
Menurut DR. Philip H. Coombs, pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai meninggal.
Ø  Contoh Pendididkan Informal
1.     Agama
2.     Budi Pekerti
3.     Etika
4.     Sopan Santun
5.     Moral
6.     Sosialisasi
7.     Dll

Ø  Penyelenggara Pendidikan Informal
1.     Keluarga
2.     Lingkungan

Ø  Ciri-ciri umum Pendidikan Informal
1.     Pendidikan berlangsung terus-menerus tanpa mengenal tempat dan waktu
2.     Guru adalah orang tua
3.     Tidak ada manajemen yang jelas

Ø  Adapun ciri-ciri proses pendidikan dalam keluarga yang berfungsi bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut
1.     Ptoses pendidikan tidak terikat oleh waktu dan tempat.
Artinya, proses pendidikan yang dilakukan dalam pendididkan informal tidak menentukan kapan dan dimana proses belajar berlangsung.
2.     Proses pendidikan dapat berlangsung tanpa adanya guru dan murid, atau sebaliknya. Proses belajar sosial atau sosialisasi berlangsung antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, tanpa ditentukan siapa yang menjadi guru dan siapa yang menjadi murid. Namun demikian, proses belajar sosial atau sosialisasi akan dilakukan oleh
orang tua, saudara, dan kerabat dekatnya. Dengan demikian, pendidikan ini sifatnya alami sesuai dengan kondisi apa adanya.
3.     Proses pendidikan dapat berlangsung tanpa adanya jenjang dan kelanjutan studi.
Proses pendidikan dalam pendidikan informal tidak adanya jenjang yang menentukan untuk dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena sifatnya yang informal itulah, maka hasil dari proses pendidikan dalam keluarga dapat terlihat dari kualitas diri.
atau kepribadian anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
4.     Proses dapat berlangsung antar-anggota keluarga.
Proses pendidikan ini berlangsung dari orang tua, saudara, paman, bibi atau kerabat terdekat dalam keluarga. Dengan demikian, tidak mengenal persyaratan usia, fisik, mental, tidak ada kurikulum, jadwal, metodologi, dan evaluasi. 
B.Peranan Keluarga
          Di dalam lingkungan informal, seseorang secara sadar atau tidak, disengaja atau tidak, direncanakan atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang berharga, sejak lahir sampai akhir hayatnya. Lembaga keluarga merupakan lembaga terkecil yang pertama kali dialami oleh seorang individu, yang dapat mengajarkan berbagai peran dan nilai-nilai sosial. Dalam proses sosialisasi, keluarga memiliki peranan penting, terutama dalam memperkenalkan tentang hal hal-berikut, seperti:

a) Penguasaan Diri
Masyarakat menuntut adanya penguasaan dan penyelarasan diri dengan segala norma dan aturan yang ada terhadap anggotaanggotanya. Peranan orang tua dalam melatih anak-anaknya untuk menguasai diri dapat dilakukan dengan pelatihan bagaimana cara memelihara dan menjaga kebersihan dirinya. Penguasaan diri ini berkembang, dari yang bersifat fisik sampai emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya terhadap orang tua atau saudara saudaranya. Penguasaan diri sangat penting artinya bagi kestabilan kejiwaan anak dalam pergaulan sehari-hari. Tanpa memiliki kemampuan untuk menguasai diri, maka kejiwaan anak tidak akan stabil, dan mengganggu proses perkembangannya.
b) Nilai-Nilai
Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan bersamaan dengan pelatihan penguasaan diri, bagaimana anak dapat meminjamkan alat permainannya kepada temannya, dan juga kepadanya diajarkan kerjasama. Sebagai contoh, sambil mengajarkan anak menguasai diri agar tidak bermain-main sebelum mengerjakan pekerjaan rumahnya, kepadanya diajarkan nilai sukses dalam pekerjaan. Nilai-nilai demikian sangat besar fungsinya bagi proses internalisasi kebiasaan baik pada anak.
c) Peranan-Peranan Sosial
Pengenalan dan belajar tentang peran-peran sosial dapat terjadi melalui interaksi dalam keluarga. Setelah dalam diri anak tertanam pengusaan diri, dan nilai-nilai sosial yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain, ia mulai mempelajari peran-peran sosial yang sesuai dengan gambaran dirinya. Ia mempelajari peranannya sebagai anak, sebagai saudara (kakak/adik), sebagai laki-laki atau perempuan.
          Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan dimulai dari persiapan pendidikan (sebelum anak lahir), kemudian dilakukan pendidikan informal dalam keluarga (setelah anak lahir) oleh orang tua, pada masanya anak memasuki pendidikan formal di sekolah dan selebihnya kegiatan pendidikan berjalan di luar keluarga dan sekolah yaitu dalam masyarakat, sehingga dengan demikian mengingatkan kita bahwa pada dasarnya manusia itu hendaknya memperoleh pendidikan selama hidupnya. Inilah yang dikenal dengan asas baru dalam dunia pendidikan sebagai “life long education” (Pendidikan Seumur Hidup).

Tidak ada komentar:

PENDIDIKAN INFORMAL


A. Pengertian
Proses yang berlangsung sepanjang hayat sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, pengetahuan&keterampilan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari dalam pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan masyarakat, rekan kerja, teman sepermainan, media massa, dan lain sebagainya.
Suprojanto (2007) memberikan contoh bahwa pendidikan informal terjadi dalam keluarga, melalui media massa, acara keagamaan, pertunjukan seni, hiburan, kampanye, partisipasi dalam organisasi, dan lain-lain. 
Wirdatul Aini (2006) berpendapat bahwa pendidikan informal sama sekali tidak terorganisasi secara struktural, tidak terdapat penjenjangan kronologis, tidak mengenal adanya ijazah, waktu belajar sepanjang hayat, dan lebih merupakan hasil pengalaman individual mandiri dan pendidikannya tidak terjadi di dalam medan interaksi belajar mengajar buatan.
Menurut DR. Philip H. Coombs, pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai meninggal.
Ø  Contoh Pendididkan Informal
1.     Agama
2.     Budi Pekerti
3.     Etika
4.     Sopan Santun
5.     Moral
6.     Sosialisasi
7.     Dll

Ø  Penyelenggara Pendidikan Informal
1.     Keluarga
2.     Lingkungan

Ø  Ciri-ciri umum Pendidikan Informal
1.     Pendidikan berlangsung terus-menerus tanpa mengenal tempat dan waktu
2.     Guru adalah orang tua
3.     Tidak ada manajemen yang jelas

Ø  Adapun ciri-ciri proses pendidikan dalam keluarga yang berfungsi bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut
1.     Ptoses pendidikan tidak terikat oleh waktu dan tempat.
Artinya, proses pendidikan yang dilakukan dalam pendididkan informal tidak menentukan kapan dan dimana proses belajar berlangsung.
2.     Proses pendidikan dapat berlangsung tanpa adanya guru dan murid, atau sebaliknya. Proses belajar sosial atau sosialisasi berlangsung antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, tanpa ditentukan siapa yang menjadi guru dan siapa yang menjadi murid. Namun demikian, proses belajar sosial atau sosialisasi akan dilakukan oleh
orang tua, saudara, dan kerabat dekatnya. Dengan demikian, pendidikan ini sifatnya alami sesuai dengan kondisi apa adanya.
3.     Proses pendidikan dapat berlangsung tanpa adanya jenjang dan kelanjutan studi.
Proses pendidikan dalam pendidikan informal tidak adanya jenjang yang menentukan untuk dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena sifatnya yang informal itulah, maka hasil dari proses pendidikan dalam keluarga dapat terlihat dari kualitas diri.
atau kepribadian anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
4.     Proses dapat berlangsung antar-anggota keluarga.
Proses pendidikan ini berlangsung dari orang tua, saudara, paman, bibi atau kerabat terdekat dalam keluarga. Dengan demikian, tidak mengenal persyaratan usia, fisik, mental, tidak ada kurikulum, jadwal, metodologi, dan evaluasi. 
B.Peranan Keluarga
          Di dalam lingkungan informal, seseorang secara sadar atau tidak, disengaja atau tidak, direncanakan atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang berharga, sejak lahir sampai akhir hayatnya. Lembaga keluarga merupakan lembaga terkecil yang pertama kali dialami oleh seorang individu, yang dapat mengajarkan berbagai peran dan nilai-nilai sosial. Dalam proses sosialisasi, keluarga memiliki peranan penting, terutama dalam memperkenalkan tentang hal hal-berikut, seperti:

a) Penguasaan Diri
Masyarakat menuntut adanya penguasaan dan penyelarasan diri dengan segala norma dan aturan yang ada terhadap anggotaanggotanya. Peranan orang tua dalam melatih anak-anaknya untuk menguasai diri dapat dilakukan dengan pelatihan bagaimana cara memelihara dan menjaga kebersihan dirinya. Penguasaan diri ini berkembang, dari yang bersifat fisik sampai emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya terhadap orang tua atau saudara saudaranya. Penguasaan diri sangat penting artinya bagi kestabilan kejiwaan anak dalam pergaulan sehari-hari. Tanpa memiliki kemampuan untuk menguasai diri, maka kejiwaan anak tidak akan stabil, dan mengganggu proses perkembangannya.
b) Nilai-Nilai
Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan bersamaan dengan pelatihan penguasaan diri, bagaimana anak dapat meminjamkan alat permainannya kepada temannya, dan juga kepadanya diajarkan kerjasama. Sebagai contoh, sambil mengajarkan anak menguasai diri agar tidak bermain-main sebelum mengerjakan pekerjaan rumahnya, kepadanya diajarkan nilai sukses dalam pekerjaan. Nilai-nilai demikian sangat besar fungsinya bagi proses internalisasi kebiasaan baik pada anak.
c) Peranan-Peranan Sosial
Pengenalan dan belajar tentang peran-peran sosial dapat terjadi melalui interaksi dalam keluarga. Setelah dalam diri anak tertanam pengusaan diri, dan nilai-nilai sosial yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain, ia mulai mempelajari peran-peran sosial yang sesuai dengan gambaran dirinya. Ia mempelajari peranannya sebagai anak, sebagai saudara (kakak/adik), sebagai laki-laki atau perempuan.
          Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan dimulai dari persiapan pendidikan (sebelum anak lahir), kemudian dilakukan pendidikan informal dalam keluarga (setelah anak lahir) oleh orang tua, pada masanya anak memasuki pendidikan formal di sekolah dan selebihnya kegiatan pendidikan berjalan di luar keluarga dan sekolah yaitu dalam masyarakat, sehingga dengan demikian mengingatkan kita bahwa pada dasarnya manusia itu hendaknya memperoleh pendidikan selama hidupnya. Inilah yang dikenal dengan asas baru dalam dunia pendidikan sebagai “life long education” (Pendidikan Seumur Hidup).

Tidak ada komentar: