Pages

Oktober 19, 2013

Makalah Dinasti Qin 221-206 SM


I.                  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Cina merupakan negara terbesar di Asia timur sehingga selama berabad-abad selalu menduduki posisi penting dalam sejarah Asia Timur. Sampai akhir abad ke 19, Korea dan Jepang kebudayaannya masih berinduk pada Cina. Cina merupakan sumber peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur. Cina juga merupakan negara yang memiliki peradaban tua. Cina memiliki wilayah yang begitu luas serta keadaan alam yang sangat heterogen, sejarah bangsa Cina juga sudah di mulai berabad-abad sebelum masehi. Dataran Cina sangatlah luas dan ada beberapa macam-macam tanah dan daerah. Hal ini akan menyebabkan bermunculan berbagai tanaman, tumbuhan dan binatang. Daerah yang beraneka ragam merupakan salah satu faktor tumbuh dan berkembangya kebudayaan suatu negara. Hal yang istimewa dari Cina walaupun wilayahnya luas dan berbeda namun tetap bisa bersatu.
            Pusat kelahiran dinasti/pemerintahan di Cina berada di daerah pertemuan lembah sungai Hoang Ho dan lembah sungai Yang tze Kiang. Secara geografis pusat pemerintahan dinasti terletak di Cina Utara. Perjalanan kekaisaran Cina ditandai oleh pemerintahan dinasti yang silih berganti dalam kurun waktu tertentu. Banyak dinasti yang memerintah namun dinasti-dinasti yang besar memerintah di Cina sampai awal masehi secara berurutan adalah sebagai berikut: Hsia Shang (Yin), Chou, Chin (Qin), dan Han.
            Jika kita mengkaji dinasti-dinasti yang tumbuh di Cina, perhatian kita pasti tak akan lepas pada Dinasti Ch’in. walaupun usia dinasti ini tidak panjang, tetapi dari segi sejarah dan budaya, masa dinasti ini banyak sekali goresan tinta sejarah yang tak dapat dilupakan sampai sekarang. Diantara karya terbesar dinasti ini adalah pembangunan tembok raksasa terbesar dan terpanjang didunia yang masuk dalam delapan keajaiban dunia.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cikal-bakal berdirinya Dinasti Chin?
1.2.2 Bagaimana perkembangan Dinasti Chin?
1.2.3 Apa yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Chin?
1.2.4 Bagaimana Perkembangan seni dan teknologi pada masa Dinasti Chin?
1.2.5 Bagaimana pasca runtuhnya Dinasti Chin dan berdirinya Dinasti Han?

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Mengetahui cikal-bakal berdirinya Dinasti Chin
1.3.2 Mengetahui perkembangan pada masa Dinasti Chin
1.3.3 Mengetahui penyebab runtuhnya Dinasti Chin
1.3.4 Mengetahui perkembangan seni dan teknologi pada masa Dinasti Chin
1.3.5 Mengetahui pasca runtuhnya Dinasti Chin dan berdirinya Dinasti Han









II.               PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Chin
2.2.1 Perjalanan Panjang Dinasti Chin Menjadi Penguasa China
Dinasti Qin menurut leluhurnya pada seseorang bernama Bo Yi uang hidup semasa pemerintahan kaisar legendaris Shun. Para sejarawan. Para sejarawan mengatakan bahwa tidak berbeda dengan leluhur Dinasti Zhou, leluhur Dinasti Qin ini dahulunya merupakan salah satu anggota suku barbar Yi yang menghuni bagian barat China. Mereka selanjutnya meninggalkan budaya barbar mereka dan mengadopsi budaya China tengah. Ayah Bo Yi yang bernama Da Ye merupakan seorang putra dari wanita bernama Nuxiu. Legenda menyatakan bahwa wanita tersebut hamil setelah menelan telur burung layang-layang. Hal ini barangkali membuktikan bahwa puak Qin dahulunya merupakan keturunan suku Yi Timur (Dongyi) yang memiliki totem pemujaan berbentuk burung.
Bo Yi memiliki dua orang anak, yakni Niaoshu-shi dan Fei shi. Kata Niao sendiri berarti burung, fakta ini mungkin sekali lagi menegaskan bahwa mereka dulunya adalah anggota suku pemuja burung Yi Timur (Doongyi). Keturunan Fei shi bernama Fei Chang pernah membantu mengulingkan Dinasti Xia. Sementara itu, keturunan Niaoushu-shi bernama Zhongyan dikatakan memiliki mulut dan cakar seperti burung. Keturunan yang bernama Fei Zi hidup semasa pemerintahan kaisar Zhou Xiaowang (± 909-894 SM). Ketika kaisar Xiaowang memerintahkan Bangsawan Shen (Shenhou) untuk menyerang suku barbar Quang-rong pada tahun 909 SM, pada saat bersamaan, Fei Zi hidup di sebuah tempat bernama Quanqiu (Propinsi Shenxi sekarang) dan berhasil membudidayakan kuda di daerah sekitar Sungai Weishui. Bangsawan Shen yang putrinya menikah dengan Daluo (ayah Fei Zi), suatu saat membujuk kaisar Xiaowang agar menganugerahkan nama Ying pada keturunan Daluo agar mereka bersedia membantu mengendalikan suku barbar Xirong, dimana ini memperlihatkan betapa besarnya pengaruh keturunan Daluo pada suku barbar itu. Kaisar Xiaowang mengabulkan saran ini dan menganugarahkan keturunan Daluo sebuah negeri yang bernama Qin (Kini di timur propinsi Ganzu) dan untuk seterusnya putra Daluo dikenal sebagai Qiin Ying. Qin selanjutnya mennjadi salah satu negara bagian Dinasti Zhou.
Qin Yin dianggap sebagai raja Qin yang pertama. Sepak terjang penguasa Qin berikutnya tampak pada Kaisar Zhou Liwang. Pada saat itu suku barbar Xiring telah menyerang bagian barat Dinasti Zhou dan telah membunuh banyak kerturunan Daluo. Penguasa Qin saat itu, Qin Zhong (memerintah 845-822 SM) keturunan keempat Qin Ying ikut terbunuh. Putra pertama Qin Zhong dengan bantuan adik-adiknya menbalas dendam ayahnyadan mengalahkan suku Xirong dengan didukung 7.000 tentara pinjaman dari Dinasti Zhou. Putra pertama Qin Zhong ini kemudian mengantikan ayahnya yang telah terbunuh sebagai raja dengan gelar Zhuanggong (memrintah 821-779 SM). Ia mengamankan wilayan barat kerajaan dan menerima gelar Xichui Dafu  (atau Penguasa Agung Wilayah Paling Barat).
Pada tahun 771 SM, suku barbar Quanrong menyerang Dinasti Zhou dan membunuh kaisar Youngwang (781-771 SM). Pangeran Ji Yijui berhasil melarikan diri dan memindahkan ibukotanya kesebelah timur setelah diangkat menjadi kaisar dengan gelar Pingwang (770-720 SM). Sejak saat itu Dinati Zhou mencapai babak baru yang disebut Zhou Timur. Negara bagian Qin kemudian menjadi pelindung kaisar dari serangan suku barbar. Sebagai imbalannya kaisar menjanjikan kepada suku Qin untuk memberikan daerah Feng dan Qishan bila berhasil mengalahkan suku Quanrong serta mengambalikan kedaulatan Dinasti Zhou. Kaisar Pingwang lalu menganugerahkan gelar Xianggong pada putra raja Qin Zhuanggong yang bernama Ying Kia (memerintah 777-786 SM). Dengan bantuan raja muda Qin ini suku Quanrong berhasil ditundukan.
Raja muda Xianggong meninggal pada tahun 786 SM ketika sedang berperang melawan suku barbar Rong di Qishan dan digantikan oleh Wengong (memerintah 765-716 SM). Pada tahun ke-13 pemerintahannya, ia memutuskan untuk membangun ibu kota di Qishan, menahlukan suku Rong disana serta merebut kembali sebagian wilayah Zhou saat itu dikuasai oleh suku barbar. Raja-raja Qin berikutnya masih sering terlibat peperangan dengan suku barbar di sekitarnya.
Penguasa negeri Qin terkemuka berikutnya adalah Mugong (659-621 SM), yang berhasil menahlukan negara-negara di bagian Barat wilayah China dan menjadi penguasa belahan Barat kekaisaran. Kaisar menghadiahkan sebuah genderang emas kepada raja Qin sebagai ucapan selamat atas kesuksesannya itu.

2.2.2 Reformasi Shang Yang
Kemajuan negeri Qin bertambah pesat semasa pemerintahan Raja Qin Xiaorong (memerintah 361-338 SM).Pada tahun pertama pemerintahannya, ia mencari orang berbakat dari seluruh wilayahnya untuk membantunya memulihkan kejayaan negeri Qin. Seorang penganut aliran legalisme (fajia) yang bernama Shang Yang (?-338SM) mendengar pengumuman raja Qin dan mendaftarkan dirinya. Raja menerima lamarannya dan ia mulai mengabdi di istana Qin semenjak tahun 361 SM. Shang Yang mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia itu jahat dan harus diperintah dengan mengunakan kekerasan. Ia adalah penganut legalisme yang menekankan penerapan hukum dengan tegas sebagai landasan bagi pembangunan negara, tetapi bukan berarti memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror) sehingga rakyat takut. Tegasnya, pelaksanaan undang-undang ini tidak pandang bulu, bahkan seorang bangsawan harus dihukum sesuai undang-undang yang berlaku. Kebijaksanaan yang digariskan oleh Shang Yng untuk negara Qin antara lain:
§  Menghapus gelar bangsawan berdasarkan warisan, dan hanya orang berjasa dalam peperangan yang dapat memperoleh gelar bangsawan, sedangkan anak cuccunya tidak dapat mewarisinya.
§  Menata administrasi pemerintahan dengan jalan mengelompok-kelompokan kota kecil menjadi 31 kabupaten dan mengangkat pejabat sebagai kepanjanan tangan pemerintah pusat.
§  Melarang terbentuknya keluarga besar.
§  Melaksanakan reformasi pertanian. Rakyat yang membuka lahan baru duberi kesempatan  untk memiliki lahan tersebut, sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat dan pendapatan rakyat bertambah.
§  Menerapkan ekonomi daerah dengan jalan membagi rakyat di daerh-daerah menjadi beberapa kelonpok dan masing-masing diizinkan memilih sendiri ketua kelompoknya.
§  Menetapkan jenjang pangakat dalam kemiliteran serta anugerah atas jasa-jasa mereka, sehingga kemampuan militernya meningkat drastis.
§  Memberikan hadiah kepada petani yang sukses bercocok tanam dan menghukum mereka yang panennya berkurang. Hal ini memaksa petani untukterus menigkatkan hasil pertanian mereka.
§  Mendirikan ibukota baru di Xianyang yang lebih strategis.
§  Menetapkan suatu standar ukuran, antara lain ukuran satuan panjang, ukuran kereta, lebar jalan raya, dan sebaginya agar terjadi keseragaman di seantero kerajaan.
§  Menetapkan undang-undang yang adil dan tegas dalam pelaksanaannya. Jika putra mahkota melangar hukm, bukan ia saja yang di hukum, namun guru yang mengajarnya juga harus menerima hukuman. (Zaman dulu guru selali menetap di istana dan mendampingi putra mahkota).
Reformasi Shang Yng tersebut diterapkan pada masa pemerintahan Raja Qin Qiaogong, kurang lebih seratus tahun sebelum lahirnya Ying Zheng (Qin Shihuang) pendiri Dinasti Qin yang kelak mempersatukan kembali seluruh China. Guna memperkenalkan hukum pada rakyat, Shang Yng mengadakan sayembara untuk memindahkan sebatang tongkan kegerbanglainnya di kota itu, suatu pekerjaan yang tentunya sangat mudah dengan menghadiahkan 10 ons emas (suatu jumlah yang relatif besar menurut ukuran jaman itu). Orang menertawakan dan tidak mempecayai sayembara itu. Karena tidak ada yang bersedia mengikuti sayembara ini, Shang Yang menaikan hadiahnya menkadi 50 ons emas, rakyat masih juga tidak mempercayainya, hingga ada seorang pemuda yang melakukannya dan benar-benar di beri hadiah oleh Shang Yang. Tindakan ini membangkitkan kepercayaan rakyat terhadap hukum yang memberikan imbalan bagi seseorang yang berjasa dan menghukum mereka yang bersalah.Shang Yng menerapkan hukuman ini tanpa pandang bulu, bahkan kaum bangsawan juga tidak luput dari hukuman. Sebagai contoh, tatkala Pangeran Huewenjun melangar hukum Shang Yang menyalahkan dan menghukum guru pangeran yang bernama Gongsu Jia dengan jalan memotong hidungnya. Shang Yang juga  mengembangkan sistem saling memeta-matai dikalangan rakyat.Ia menjadikan lima keluarga sebagai saatu bao dan sepuluh bao akan dihukum bersama-sama bila mereka gagal melaporkan kejahatan yang dilakukan oleh tetangganya. Lebih jauh lagi ia juga melarang dibukanya gerbang-gerbang kota pada malam hari untuk mencegah larinya para penjahat atau buronan.
Negeri bagian Wei barusaja di kalahkan oleh Qi yang dibantu oleh seorang strategi militer bernama Sun Bin. Shang Yang mengusulkan pada raja Qin untukmenyeeerang Wei yang saat itu kondisinya masiih kacau. Qin menyerang Wei dan pengerannya yang bernama Gongsi Mau berhasilditawan dengan tipu muslihat. Penyanderaan ini berhasilmemaksa Wei untuk menyerah dan memindahkan ibukotanya dari Anyi ke Daliyang (Kaifeng sekarang) serta meyerahkan wilayahnya yang terletak di bagian barat sungai pada Qin. Atas keberhasilannya ini Shang Yang diberi gelar pangeran dan di beri suatu daerah kekuasaan.
Setelah mencapai beberapa kesuksesan Shang Yang akhirnya mulai makin membabi buta dalam menerapkan prinsipnya itu sehingga menjadi terlalu keras dan terkesan seperti teror. Banyak orang yang berubah membencinya. Seseorang bernama Zhang Liang berusaha untuk menasihatinya dengan menganjurkan agar Shang Yang tidak bertindak terlalu tegas dan keras dengan prinsipnya itu, dimana ketegasan yang berlebihan justru akan lebih banyak menimbulkan musuh. Ia mengutip Shijing yang mengatakan bahwa seseorang yang dapat memenangkan hati rakyat akan berhasil dan sebaliknya orang yang kehilangan simpati mereka akan jatuh. Selain itu, Zhang Liang juga mengutip Shangshu yang menyebutkan bahwa mereka yang melandaskan dirinya pada kekerasan akan musnah,sedangkan mereka yang menyadari dirinya pada kebijakan akan bertahan. Sebagai jalan keluarnya Zhang Liang menganjurkan agar Shang Yang untuk pensiun saja, tetapi ia menolak saran ini.
Belakangan setelahkematian Qin Xiaogong pada tahun 339 SM, orang-orang yang membencinyaberusaha untuk membalas dendam, terutama pada bangsawan yang kehilangan gelar dan hak istimewa mereka dalam hal kekebalan hukum. Gongsi Qian yang pernah dihukum oleh Shang Yang menuduhnya sebagi penghianat. Kini dari seseorang yang berkuasa dan ditakuti, Shang Yang telah berbalik nasibnya menjadi seseorang buronan. Ia berusaha melarikan diri pada malam hari tetapi gagal, karena dahulu telah diperintahkan kepadanya bahwa gerbang kota tidak boleh di buka pada malam hari (demi menjaga melarikan dirinya seorang penjahat). Dicobanya untuk beristitahat dan bersembunyo di rumah penduduk, tapi di tolak oleh tuan rumah dengan alasan bahwa dulu Shang Yang pernah melarang mereka menyembunyikan penjahat atau buronan. Shang Yang mencobamelarikan diri ke negeri Wei, tetapi rakyat dari negeri itu mngusirnya, karena dahulu ia pernah menganjurkanraja Qin menyerang mereka serta menyandera pangeranWei. Karena tidak ada jalan lain akhirnya S hang Yang terpaksa pulang ke daerh kekuasaannya sendiri dan mengumpulakn pasukan guna melakukan pemberontakan melawan Qin yang dahulu pernah diabdinya. Terapi, pasukan Qin yang lebih kuat berhasil mengalahkan dan menangkapnya. Pangeran Huewenjung yang dahulu gurunya pernah dihukum oleh Shang Yang kini telah menjadi raja mengantikan ayahnya dengan gelar Huiwang (337-311 SM). Ia masih menaruh dendam pada Shang Yang dan karenanya ia memberikan hukuman yang kejam. Tubuh Shang Yang diikatkan pada lima ekor kuda yang berlari ke arah yang berlainan hingga tercabik-cabik. Meskipun Shang Yang meninggal dengan caratragis (sama seoerti Wu Qi), sepuluh tahun setelah reformasi yang dicanagkannya itu, Qin tumbuh menjadi negara bagian terkuat di seluruh China.
Pada tahun 262 SM, Q in mengirimkan pasukannya untuk melakukan ekspedisi penahkukan ke daerah Shangdang yang merupakan wilayah negeri Han yang paling lemah. Gubernur Shangdangdengan cerdik memberikan tujuh puluh kota yang berada di bawabh kekuasaanya pada pihak Zhao dengan harapan agar pihak Qin mengalihkan serangannya ke pihak Zhao. Begitu serangan dialihkan pada pihak Zhao, Han berharap agar Zhao bersedia untuk bersekutu dengannya untuk menghentikan aksi militer Qin. Zhao segera mengerahkan 200.000 prajurit dibawah pimpinan Jenderal Lian Po untuk mempertahankan Shangdang. Ternyata ketika Lian Po tiba, Shangdangtelahjatuh ketangan Qin. Lian Po selanjutnya membangun perkemahan bagi pasukannya di tepi sungai Merah, membangun benteng pertahanan, dan menggali parit penyimpana air yang dalam. Dengan demikian pihak Zhao dapat bertahan dari serangan Qin selama tiga tahun.
Pihak Qin tentu tidak ingin peperangan itu menjadi berlarut-larut. Fan Ju, seorang strategi milliter Qin, mencoba untuk mengakhiri kondisi berimbang ini. Langkah pertama yang dilakukannya adalah menyebarkan kebohongan mengenai Lian Po bahwa Jenderak yang paling ditakuti oleh pihak Qin sesunguhnya adalah Zhao kuoyang kemampuannya sangat jauh di bawah Lian Po. Zhao termakan desas-desus ini dan mengantikan Lian Po dengan Zhao Kou. Di medan pertempuran, Zhao Kuo tertipu oleh siasat Qin dengan mengerahkan 10.000 perajurtnya melawan 3.000 prajurit Qin yang dipimpin oleh Jenderal Bai Qi. Zhao kuo berhasil memenagkanperperangan ini dan merasa bangga, padahal ini memang siasat Qin demi membangkitkan sikap takabur tadalm diri Zhao. Keesokan harinya, dua orang Jenderal Qin yang masing-masing membawa 10.000 pasukan mengempur Zhao dan membiarkannya menag guna memancingnya jauh memasuki daerah musuh. Zhao termakan siasat itu, dan secara tiba-tiba muncul dua orang Jenderal Qin lain yang masing-masing memimpin 15.000 pasukan menghadang bagian belakang pasukannya guna memutuskan mata rantai perbekalannya. Dlam pertempuran ini Zhao berhasil dikalahkan dan kelak dalam beberapa puluh tahun berikutnya negeri ini jatuh sepenuhnya  ke tangan Qin.

2.2.3 Yin Zheng Menyatukan Seluruh China dan Mendirikan Dinasti Chin
Kurun waktu pemerintahan Dinasti Qin ini sesenguhnya tergolong singkat,
yakni dari tahun 221 hingga 207 SM atau hanyasekitar 14 tahun. Kita telah mengetahui sebelumnya bahwa Qin adalah salah satu dari sekian banyak negara bagian Dinasti Zhou. Dari sebuah negara kecilia mampu berubah menjadi sebuah kemaharajaan besar yang menguasai seluruh China. Meskipun usianya hanya singkat, namun dinasti ini memiliki beberapa arti penting bagi perkembangn budaya Tionghoa. Untuk memahaminya, kita perlu mempelajari secara singkat riwayat pendiri dinasti ini yang bergelar Qin Shihuangdi.
 Kaisar Qin Shihuangdi dilahirkan pada tahun 259 SM dengan nama Ying Zheng. Masa kelahirannya merupakan saat peperangan yang tidak ada putus-putusnya diantara negara-negara bagian feodal untuk memperbutkan kekuasaan tertinggi (disebut denga “Masa Perang Antar Negeri” ysng berlangsung dari tahun 475-221 SM). Ayahnya adalah Raja Zhuangxiangwang (Pangeran Zhichu alias Yiren, memerintah 250-246 SM) dari kerajaan Qin dan Ibunya bernama Zhao Ji yangmmreupakan bekas selir pedangang kaya Lu Buwei. Para sejarawan kemudian mengatakan bahwa Zheng sesungguhnya adalah putera Lu Buwei, namun sifat-sifat anak tersebut, yakni kemampuannya dalam stategi di gabungkan dengan semangat peperangan telah menjadi ciri khas penguasa Qin sebelumnya. Ketika masih muda ayah Ying Zheng adalah sandera di negeri Zhao dan Lu Buwei telah berjasa kepadanya untuk melarikan diri dari negeri tersebut. Sebagai balas jasa Lu Buwei diangkat sebagai peerdana menteri setelahia menjadi raja. Lu kemudian dititahkan untuk menyerang ibukota Dinasti Zhou pada 256 SM dan berhasil menahlukannya. Ia membuang Kaisar serta Bangsawan Dinasti Zhou Belahan Barat ke Lingxian yang terletak di Provinsi Henan sekarang. Kaisar Zhou Nanwang serta Bangsawan penguasa Dinasti Zhou Belahan Barat wafat pada tahun itu juga, sehingga menamatkan riwayat Dinasti Zhou yang telah berkuasa selama kurang lebih 8 abad.
Tatkala berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dan Zheng dinobatkan sebagai penguasa baru kerajaan Qin.Pada mulanya Lu Buwei dan Ratu Zhao Ji memerintah sebagai wali, namun tatkal keduanya terlibat skandal, jabatan sebagai wali rajapun diambil alih dari mereka. Semenjak tahun 238 SM, Zheng memerintah sendirian. Kerajaan Qin saat itu menganut ajaran legalisme (fajia)ShangYang, yang mengatakan bahwa pemerintahanharus diperintah dengan disiplin keras. Ajaran Shang Yang ini diterapkan semasa pemerintahan raja Qin Xiaogong, kurang lebih seabad sebelum Ying Zheng lahir, sehingga dengan demikian ia telah memiliki modal kuat untuk menyatuk an daratan China. Usaha untuk menyatukan China kini terbebankan pada pundak Ying Zheng. Antara tahun 240-221 SM, mulailah usaha Zheng untuk menahlukan seluruh China. Pada masa awal kekuasaannya, Qin telah meguasai seluruh profinsi Sichuan serta daerah Yang terletak diantara Sichuan serta Shenxi. daerah ini selanjutnya dinamakan Nan Jun. Qin juga telah menguasai bekas wilayah Dinasti Zhou dan menamaknnya San Chuan Jun.
Qin mulai menahlukan negeri-negeri yang masih tersisa satu-persatu. Pada tahun 244 SM, pasukan Qin yang dipimpin oleh Jenderal Meng Ao merebut 13 kota dari Kerajaan Han dan 2 tahun kemudian 20 kota direbut dari pihak Wei. Demikianlah, dalam serangkaian peperangan antara tahun 230-221 SM, kaisar Qin menahlukan Han, Zhao, Wei, Yan, Chu, dan Qi. Raja Han (An) menyerah pada tahun 230 SM, sedang raja Zhao menyerah pada tahun 228 SM. Ying Zheng pergike Handan, ibukota Zhao dan membantai seluruh rakyat Zhao yang dahulu pernah menghinanya semasa menjadi tahanan di sana bersama ayahnya. Salah seorang pangeran dari Negeri Zhao yang bernama Jia melarikan diri ke Prefektur Dai serta menyatakan dirinya sebagai raja Dai. Pangeran Jia kemudian bersekutu dengan kerajaan Yan. Pada tahun 227 SM mengirim seorang pembunuh bernama Jing Ke untuk membunuh Ying Zheng.
Cara yang dilakukan untuk mendekati raja Qin itu adalah dengan berpura-pura hendak menyerahkan peta negeri Yan sambil menyelipkan sebilah pisau dalam gulungan peta itu. Rencananya, ketika sedang bersama-sama membuka gulungan itu Jing Ke akan meraih belati itu dan membunuh raja, tetapiternyata gagal. Tahun 224 SM, Jenderal Wang Jian diperintahkan untuk menyerang Chu. Raja Chu Fuchu terpaksa menyerah, tetapi sementara itu Jenderal Xiang Yan dari negeri Chumengangkat Pangran Changpingjun sebagai raja Chu yang baru dan menahan serangan Qin di sebelah selatan Sungai Huai. Namun, pada tahun 223 SM, Jenderal Wang Jian dan Jenderal Meng Wu mengalahkan sisa-sisa pasukan Chu ini dan membunuh Changpingjun, sedangkan Jendeal Xiang Yan membunuh dirinya sendiri serangan dialihkan ke negeri Dai yang didirikan oleh Pangeran Jia dan berhasil menangkap rajanya. Kini tinggal Qi yang belum ditahlukan dan Ying Zheng segera mengirim Jenderal Wang Ben kesana untuk menyerang negeri tersebut. Tahun 221 SM, Raja Qi Jian meyerah tanpa syarat dan wilayahnya digabungkan ke dalam daerah kekuasaan Qin.
Kini paripurna telah meyudahi usahanya untuk meyatukan kembali seluruh China. Ying Zheng mendirikan dinasti baru sebagai dinasti penganti Dinasti Zhou serta mengelari dirinya Qin Shihuangdi, yang berarti kaisar pertama Dinasti Qin. Ia adalah penguasa pertama yang tidak mengelari dirinya wang  (raja), melainkan kaisar (huangdi). Istilah baru yang digunakan untuk mengelari dirinya ini terdiri dari dua kata, huang dan di,  yang kedua-duanya sama-ssam aberarti penguasa atau raja (penggunaan dua kata yang sama artinya ini, menegaskan bahwa Ying Zheng hendak menyatakan bahwa dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan sekedar raja). Gelar baru bagi sebutan kaisar tersebut bertahan selama lebih dari 2.000 tahun, yakini hingga berakhirnya sistem monarki pada tahun 1911. Jeberhasilan ini menunjukan keberhasilan Ying Zheng dalam menyatukna China dari keterpecah belahannya selama ratusan tahun menjadi suatu pemerintahan terpusat yang kuat. Guna mengadakan administrasi pemerintahan, Ying Zheng membagi negerinya menjadi 36 provinsi yang dihubungkan oleh jalan raya dengan panjang keseluruhan 7.500 km, suatu prestasi yang melebihi Bangsa Romawi.
Pada masa pemerinyahannya China masih sering mengalami serangan bangsa barbar dari utara. Untuk mengatasinya, Kaisar Qin Shihuangdi memerintahkan pembangunan tembok besar yang kemudian pada praktiknya dilakukan dengan penuh kekejaman. Kendati demikian, tembok yang membentang sekitar 3.000 km in dapat dikatakan sebagai salah satu mahakarya Bangsa Tionghoa. Kaisar Qin juga melakukan standarisasi huruf dan ukuran yang berlaku di negerinya, sehingga kita pada saat ini hanya mengenal satu sistem penulisan huruf Tionghoa saja.
Terlepas dari jasa tersebut, kaisar Qin Shihuangdi merupakan seorang tiran yang kejam. Salah satu kekejaman yang dilakukannya adalahdengan membakar buku-buku karya ahli filsafat zaman dahulu yang isinya bertentangan dengan pokok-pokok pikiran legalis (misalnya Konfusianisme). Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kritik terhadap pemerintahannya. Para sarjana yang menolak untuk menyerahkan kitab-kitab tersebut dihukum denga jalan dikkubur hidu-hidup. Sebaliknya, kitab-kkitab yang tidak perlu dimusnahkan adalah kitab-kitab yang membahas mengenai ilmu pertanian (nongjia), ilmu perang (bingjia), ramalan dan ilmu pengobatan.
Pada kenyataanya tidak semua buku-buku terlarang musnah, buktinyaa pada masa DinastiHan masih banyak orang-orang memiliki buku-buku bernafaskan ajaran rujia (Konfusianisme) itu. Salahsatu faktor yang membuat Qin Shihuangdi marah terhaddap penganut rujia adalah ketika ia hendak mengadakan upacara Fengchan (semacam upacara pengukuhan/legitimasi sebagai kaisar oleh para leluhur) di Gunung Tai, ternyata penganut rujia tidak tau bagaimana tatacara upacara Fengchan itu, bahkan sesama mereka sendiri malah saling mempertengkarkan tatacara upacara ritual itu. Faktor lain adalah kemarahan kaisar terhadap dua orang penganut konfusianisme yang bernama Lu Sheng dan Huo Sheng, karena menipu dalam pembuatan obat panjang usia. Li Si yang juga pernah berselisih dengan sarjana Konfusianisme bernama ChunyuYe juga mendukung kaisar untuk membakar buku-buku filsafat selain ajaran legalisme. Tercatat 346 sarjana menjadi korban dari kebiadaban ini. Putra mahkota Fu Su pernah memohon kepada ayahnya untuk mengampuni para sarjana yang di hukum mati tersebut, tetapi kaisar menjadi muka dan membuangnya ke daerah Changjun. Kaisar menipu para gubernur provinsi agar mengirim para sarjana Konfusianisme yang berada di wilayahnya sehingga terkumpulsekitar 700 sarjana. Mereka semua lalu dilempari batu hingga mati disebuah lembah yang belakangnya disebut dengan “Lembah Pembantaian Para Sarjana Konfusianisme”.
Pembangunan tembok besar banyak menimbulkan korban jiwa. Hal ini dikarenakan buasnya alam dan minimnya prasarana pada masa itu. Bahkan,  karena tidak ada waktu untuk memakamkannya, mayat-mayat orang yang meninggal ikut ditembok begiti saja.

2.2 Perkembangan Dinasti Chin
            Karena kekejaman dan kekerasannya, rezim Qin tidak bertahan lama dan hanya bertahan selama dua generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM saat berada dalam perjalanan mengelilingi kerajaan.
seharusnya yang ditunjuk sebagai pengganti adalah putra mahkota Fu Su, yang saat itu sedang dihukum oleh ayahnya di Changjjun. Namun, Li Si (penasihat kaisar) dan Zhao Gao (seorang kasimlicik yang belakangan mengendalikan kekuasaan Dinasti Qin) memalsukan surat wasiat yang isinya memerintahkan agar Fu Su melakukan bunuh diri. Zhao Gao kemudian merekayasa agar putra kedua raja, yang bernama Hu Hai naik tahta dengan gelar Er Shihuangdi (Kaisar Kedua). Rekayasa politik ini dilakukan karena khawatir apabila Fu Su yang naik tahta, mereka berdua akan kehilangan jabatannya. Pada zamannya terjadi penindasan yang lebih besar terhadap rakyat dengan jalan menaikan pajak. Para petani yang hidupnya telah menderita dibawah Dinasti Qin melakukan berbagai pemberontakan, yang semakin subur bagaikan cendawan di musim hujan. Sejarawan terkenal pada masa Dinasti Han, Tong Zhingshu menguraikan kesengsaraan rakyat pada zaman tersebut dengan ungkapan sebagai berikut “Orang miskin kerapkali memakai pakaian lembu dan kuda serta makan makanan anjing dan babi” Belakangan, Zhao Gao menyingkirkan Li Si dengan jalan memfitnah, sehingga dia dan keluargnya di jatuhi hukuman mati.
Zhao Gao makin menanamkan pengaruhnya yang besar kepada Hu Hai dan mengendalikan seutuhnya roda pemerintahan Dinasti Qin. Untuk menunjukan betapa besar pengaruhnya pada kaisar, suatu kali Zhao Gao menghadiahkan rusa pada kaisar denagan mengatakan bahwa itu adalah kuda. Kaisar merasa kebingungan dan berkata bukankah itu rusa. Zhao Gao menyarankan agar kaisar menanyakan sendiri pada para menterinya. Menteri-menteri yang ketakutan terpaksa mengiyakan saja apa yang dikatakan Zhao Gao, kecuali beberapa menteri yang setia dan berpegang pada kebenaran. Sebagai akibat pembangkangan itu, mereka kemudian dihukum mati oleh Zhao Gao. Dengan liciknya, Zhao Gao menganjurkan agar kaisar bersenag-senang saja dan mempercayakan semua urusan negara padanya. Ia bahkan tidak pernah melaporkan pada kaisar mengenai pecahnya pemberontakan dimana-mana yang mengancam keberlangsungan Dinasti Qin dan bertapa sengsaranya rakyat saat itu.

2.3 Runtuhnya Dinasti Qin
Pemberontakan paling terkenal semasa akhir Dinasti Qin dipimpin oleh Chen Sheng, Wu Guang, Xiang Yu, dan Liu Bang. Pemberontakan Cheng Sheng serta Wu Guang, berawal pada tahun 209 SM, tatkala 900 tentara yang berasal dari Yangcheng (bekas wilayah kerajaan Chu, salah satu negara pada musim semi dan rontok serta masa perang antar negeri) hendak dipindahkan kemarkas utara di Yuyang (dekat Beijiing sekarang). Tetapi, hujan deras menghadang mereka untuk melanjutkan perjalanan itu. Pada zaman Dinasti Qin hukuman mati dapat dikenakan pada mereka yang terlambat memenuhi pangilan tugas. Karena takut di jatuhi hukuman mati, Chen Sheng dan Wu Guang, dua orang prajurit membunuh komandan-komandan pasukan mereka serta menyatakan bentrokan dengan Dinasti Qin. Selogan mereka adalah hendak membangkitkan kembaki Kerajaan Chu. Mereka berdua berhasil mengusai Distrik Qixian yang sekarang terletak di provinsi Hubei.
Chen Sheng mengutus seorang bernama Ge Ying untuk menahlukan wilayah sebelah timur, sedangkan ia sendiri memimpin puluhan ribu pemberontak yang berhasil dihimpunnya dalam hitungan bulan untuk menyerang Distrik Chenxian. Dua orang penganut Konfusianisme yang bernama Zhang Er serta Cheng Yudatang pada Cheng Sheng serta meyarankan agar ia mengangkakat kembali keturunan Dinasti Zhou sebagai penguasa pada wilayah yang berhasil direbut dari Qin. Meskipun demikian, Chen Sheng mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja Zhang Chu, yang secara harfiah berarti “Chu yang diperluas” Ia juga mengangkat Wu Guang sebagai “Raja Tertinggi”, saat penyerangan terhadap provinsi Henan. Zheng Er dan Chen Yu meminta bala bantuan berupa 3.000 pasukan pada Wu Guang untuk menyerang bekas wilayah kerajaan Zhao. Wu Guang menyetujui permintaan ini dan memngangkat seorang bernama Wu Chen sebagai pemimpinnya.
Ge Ying tiba di daerah Jiujiang dan berjumpa dengan seorang keturuna kerajaan Chu yang bernama Xiang Jiang. Ia kemudian mengangkatnya sebagai Raja Chu, tetapi begitu mendengan bahwa Chen Sheng telah mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja Zhang Chu, ia membunuh Xiang Jiang. Meskipun demikian, belakangan Ge Ying tetap dihukum mati oleh Chen Sheng karena pembunuhan ini. Untuk mengantikan Ge Ying, Chen Sheng mengutus Zhou Shi ke bekas wilayah kerajaan Wei guna bertempur melawan pasukan Qin yang masih bertahan disana. Wu Guang yang saat itu gagal merebut Yingyang di provinsi Henan meminta nasihat seseorang yang bernama Cai Ci dan mengirim hou Wen dalam suatu ekspedisi ke barart menyerbu ibukota            Qin di provinsi Shanxi. Dalam perjalanan menuju ke ibukota Qin, puluhan ribu orang bergabung dengannya. Kong Fu keturuna Konfusius ke-8, menyarankan Chen Sheng agar mempersiapkan diri dalam menghadapi pertempuran dahsyat dengan serdadu Qin.
Kini kita kembali pada Wu Cheng, ia ternyata telah berhasil menyeberangi sungai kuning dan merebut lebih dari 30 kota serta wilayah dan juga bekas ibukota kerajaanZhao yang bernama Handan. Zhang Er dan Cheng Yu membujuk Wu Cheng untuk mengangkat dirinya sebagai Raja Zhao. Njuran ini pun diterima sehingga saat itupun kerajaan Zhao telah bangkit kembali. Wu Chen saat itu melanggar perintah Chen Sheng untuk pergikearah barat membantu Zhou Wendan malah mengirim Han Guan ke bekas wilayah Yan di timur lalut China, Li Liang ke Chanshan (Shanxi utara), serta Jenderal lainnya ke Shangdang (provinsi Shianxi). Untuk menghadapi pemberontakan ini, Dinasti Qin mengirim pasukan dibawah pimpinan Jenderal Zhang Han yang berhasil mengusir Zhou Wen dari Celah Hangguguan.
Liu Bang dahulunya adalah seorang petani  yang belakangan berhasil menjadi kepala desa. Tokoh yang kelak akan menjadi kaisar China berikutnya ini, dilahirkan pada tahun 247 SM di Distrik Peixian yang kini terletak di provinsi Jianshu. Ia menyambut seruan Chen Sheng untuk ikut memberontak dengan jalan membunuh pejabat distrik. Xiang Yu, seorang tokoh pemberontak lainnya, beserta pamannya Xiang Liang, telah membunuh Gubernur Yin Tong dan berhasil megumpulkan 8.000 pasukan yang kemudian dikenal sebagai “Pasukan Xiang Bersaudara dari Timur Sungai Yangzi”.
Zhou Shi, orang yang sebelumnya telah diutus Chen Sheng untuk merebut bekas wilayah Wei, menyerang ibukota Wei yang bernama Dicheng. Pada saat yang beersamaan, seorang keturunan kerajaan Qi, yang bernama Tian Dian membunuh penguasa didaerahnya serta mengangkat dirinya sendiri sebagai raja. Qi. Zhou Shi menolak permintaan anak buahnya untuk mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar dan meminta pada Chen Sheng untuk mengangkat Pangeran Jiu, seorang  keturuna Kerajaan Wei, untuk menjadi raja, sementara itu, Han Guang, anak buah Wu Chen yang dikirim kebekas daerah Yan. enagn demikian pada saat itu, Kerajaan Chu, Zhao, Qi, Wei dan Yan telah bangkit kembali. Chu dengan Chen Sheng sebagai rajanya, Zhao dengan Wu Chen sebagai rajanya, Qi dengan Tian Dan sebagai rajanya, Wei dengan Pangeran Jiu sebagai rajanya, serta Yan dengan Han Guan sebagai rajanya.
Setelah Li Liang berhasil merebut Changshan, raja Zhao yaitu Wu Chen memerintahkan jenderalnya untu menyerang Taiyuan. Pihak Qin kemudian menerapkan siasat adu domba, dan mereka membujuk Li Liang untuk membunuh Wu Chen. Zhang Er dan Chen Yu mengangkat seorang keturunan Dinasti Zhao yang bernama Zhau Xie sebagai raja mengantikan Wu Chen. Li Liang setelah dikalahkan oleh Raja Zhao yang baru menyerah pada Jenderal Zhang Han dari Dinasti Qin, Jenderal Dinasti Qin ini sebelumnya juga telah berhasil mengalahkan serta menghalau Zhou Wen, yang kemudian bunuh diri karena kekalahan ini. Zhang Han melanjutkan ofensifnya dengan membinasakan dua orang panglima perang Wu Guang bernama Tian Zhang dan Li Gui. Selanjjutnya ia mengalihkan serangannya ke Chen Sheng yang dibunuh oleh kusirnya sendiri setelah menjadi raja selama enam bulan. Pengikut setia Chen Sheng yang bernama Lu Chen memakamkan rajanya itu di Gunung Dhangshan. Hingga di sini seolah-olah Dinasti Qin dapat mencapai kemenangannya terhadap kaum pemberontak.
Setelah kematian Chen Sheng, seseorang yang bernama Qin Jia berusaha mencari keturunanChu untuk diangkat sebagai raja Chu. Lu Chen, anak buah Chen Sheng yang telah wafat, berjumpa dengan seorang pemberontak yang bernama Qiong Bu (Ying Bu). Bersama-sama mereka merebut distrik Chenxian dari tangan pasukan Qin. Ketika mendengar bahwa pasukan Xiang Yu dan Xiang Liang telah menyeberangi sungai Yngzhi, Qiong Bu memutuskan untuk mengabungkan kekuatannya dengan mereka. Sesungguhnya, gerakan pasukan Xiang menyeberangi Sungai Yngzhi ini dimungkinkan karena tipuan yang dilakukan oleh anak buah Chen Sheng yang setia. Ia mengirimkan amanat palsu yang seolah-olah ditullis oleh almarhum rajanya, yang berisikan permohonan bala bantuan pasa Xiang bersaudara. Chen Ying seorang bekas sekretaris Dinasti Qin di Distrik Dongyang juga mengabungkan kekuatan dengan pasukan Xiang. Dengan banyaknya orang yang mengabungkan diri dengan mereka, jumlah pasukan Xiang segera berlipat ganda menjadi 40.000-50.000 orang.
Pasukan gabungan yang dipimpin oleh Xiang Yu dan Xian Liang berbaris menuju ke Pengcheng untuk mencari calon raja Chu yang baru. Ditengah jalan, pasukan Xiang terlibat pertempuran dengan srdadu Qin, tetapi Zhang Han berhasil mengalahkan mereka. Xiang Liang lalu mengalihkan serdadunya ke Xiecheng. Liu Bang bergabung dengan Xiang Liang dan diundang untuk turut serta dalam pemilihan raja Chu yang baru. Seorang keturunan Raja Chu, yang saat itu bekerja sebagai gembala ternak, direkomendasikan untuk menduduki jabatab itu. Usulan itu diterima dan ia diangkat sebagai raja Chu dengan gelar Huaiwang. Zhang Liang, kawan Liu Bei yang ditemuinya dalam perjalanan, mengusulkan agar kerajaan Han juga dihidupkan kembali. Oleh karenaya, seseorang keturunan kerajaan Han yang bernama Cheng diangkat sebagai raja.
Zhang Han kini hendak menumpas kaum pemberontak yang berada di Kerajaan Wei. Pasukan gabungan Qi dan Chu bergerak memberikan bala bantuan. Zhang Han berhasil membunuh Raja Qi (Tian Dan) dan Zhou Shi jenderal Negeri Wei. Karena kelakuan ini Pangeran Jiu, Raja Wei melakkukan bunuh diri. Xiang Yu menyelamatkan Pangeran Bao yang merupakan saudara Pangeran Jiu. Setelah mengalahkan Wei, Zhang Han mengalihkan perhatiannya ke ibukota Kerajaan Qi, yang saat itu dipertahankan oleh Tian Rong. Setelah Tian Dan wafat, rakyar Qi mengangkat adik bekas raja Qi terdahulu. Tian Jia sebagai penguasa. Namun, Tian Rong yang merupakan adik dari Tian Dan tidak menyetujui dan menolak pengangkatan ini. Xiang Yu selanjutnya membentu Tian Rong mengalahkan pasukan Qin. Kelluarga Tian Dan mengangkat putra Tian Dan sebagai raja Qi. Pasukan Xiang Liang bergerak merebut Diangtao dan berhasil menewaskan Jenderal Li You dari Dinasti Qin. Pada pertempuran selanjutnya, Xiang Liang gugur ditanngan Zhang Han. Kekalahan ini memaksa Xiang Yu dan Liu Bao untuk mundur keselatan dan memindahkan kedudukan raja Chu Huaiwang ke Pengcheng.
Mendengar bahwa Jenderal Zhang Han sedang berencana menyerang Zhao, Raja Huaiwang menitahkan Panngeran Bao dan Wei untuk merebut kembali wilayah Wei. Raja memutuskan bahwa barang siapa yang pertama kali berhasil memasuki ibukota Qin, dialah yang berhak menyandang Raja Qin. Baik Liu Bang maupun Xiang Yu meminta agar diizinkan menyerang Qin secara langsung di ibukota, tetapi pada saat itu Raja Zhao yang bernama Xie, memohon bala bantuan karena negerinya diserang oleh Zhang Han. Xiang Yu akhirnya terdorong untuk pergi ke Zhao dan bertempur malawan Zhang Han untuk membalas kemaatian pamannya, sehingga dengan demikian, Liu Bang yang mendapatkan kesempatan untuk menyerang ibukota Qin, Xianyang.
Peristiwa ini terjadi pada tahun207 SM. Menghadapi serbuan Liu Bang itu, Zhao Gao merasa ketakutan dan menyatakan bahwa Hu Hai tak pantaslagi menyandang gelar kaisar, karena para raja negeri-negeri yang sebelumnya ditahlukan oleh Qin telah bangkit kembali. Ia memaksa Hu Hai untu menyandang gelar raja saja. Kasim licik itu menyadari bahwa keadaan sudah sangat genting dan memutuskan unutk mengaakan negosiasi dengan Liu Bang serta berencana untuk membunuh Hu Hai. Zhao Gao merencanakan untuk membagi negaranya menjadi dua dengan Liu Bang, tetapi Liu Bang  menolak tawaran ini. Setelahmembunuh Hu Hai, Zhao Gao mengangkat Yi Zhing, keponakan Hu Hai menjadi kaisar. Tidak beberapa lama kemudian, Yi Zhing ganti membunuh Zhao Gao. Namun Yi Zing hanya memerintah selama 46 hari saja dan setelah itu menahlukan diri kepada Lliu Bang. Peristiwa ini menandai berakhirnya Dinasti Qin untuk selama-lamanya.

2.4 Perkembangan Seni dan Teknologi Masa Dinasti Chin
            Peninggalan terbesar Dinasti Qin adalah makam Kaisar Qin Shihuangdai yang terletak di Xi’an, yang ditemukan pada bulan Maret 1974, serta ditemukannya patung-patung prajurit dan kuda dalam ukuran besar. Kaisar Qin Shihuangdai memang memerintahkan pembuatan patung-patung prajurit itu dengan maksud dapat menyertainya di alam baka. Patung-patung ini diberi warna dari 12 hingga 13 warna.  Penyatuan, perakitan dan pewarnaanya pun di kerjakan secara manual, sehingga inilah yang membuat patung-patung teakota ini tidak ada yang sama sepenuhnya. Secara keseluruhan terdapat delapan jenis patung :
1.    Patung Jenderal, yang dapat dikenali melalui ukuran tubuhnya dan sosok yang berwibawa.
2.    Patung Pejabat Militer tingkat tinggi, dapat dikenali melalui baju zirah dan hiasan yang dikenakannya.
3.    Patung Pasukan Kavaleri.
4.    Patung pengemudi kereta perang.
5.    Patung Pasukan penunggang kuda, yang dapat dikenali melalui pelindung kepala yang dikenakan.
6.    Patung pasukan Infanteri, masing-masing memegang senjata yang berbeda-beda.
7.    Pasukan panah, dengan sosok berlutut dan akan menembakan panah.
8.    Pasukan petarung dengan tangan kosong, dengan sosok tidak bersenjata dan tidak mengenakan baju zirah.

Terlepas dari semua itu, patung-patung ini memperlihatkan tingginya mutu karya seni semasa Dinasti Qin. Makam luar biasa ini dilengkapi dengan peta China beserta tiruan sungai-sungainya yang dialiri dengan air raksa. Karya besar lainnya semasa Dinasti Qin adalah istana kerajaan yang disebut dengan Istana E Pang, bangunan indah ini dapat memuat 10.000 orang dalam ruang tengahnya saja. Karena kaisar Qin Shihuangdai berhasil menahklukan enam negara, tentu saja keseluruhan juga ada enam istana lainnya disamping istananya sendiri yang sudah sangat besar itu. Sayangnya kompleks istana ini habis dibakar oleh Xiang Yu, dan konon karena luasnya yang luar biasa itu, api berkobar selama 3 bulan. Adapun Prestasi lain yang dilakukan oleh Kaisar Qin adalah penyatuan sistem penulisan, anak timbangan, ukuran, mata uang, dan lain sebagainya.

2.5 Perkembangan Pasca runtuhnya Dinasti Chin dan Berdirinya Dinasti  Han
Peristiwa runtuhnya Dinasti Qin dan berdirinya Dinasti Han tercatat dalam sebuah kitab yang berjudul Chuhan Cunqiu atau Kitab Musim Semi dan Rontok Masa Chu Han. Liu bang berhasil menakhlukan ibukota Qin karena jenderal Xiang Yu harus menghadapi pasukan Qin dikerajaan Zhao. Begitu Jenderal Xiang Yu tiba di Julu, pasukan gabungan segera bertempur melawan sisa-sisa pasukan Qin. Setelah Xiang Yu berhasil menggempur pasukan Qin, ia bergerak menuju Celah Hanguguan sampai jalan masuk menuju Xianyang (ibukota Negeri Qin) dan berjumpa dengan pasukan Liu Bang. Merasa akan kalah untuk menghadapi pasukan Xiang Yu, ia pun mengundurkan diri ke sebuah kota kecil di dekat Xianyang. Xiang Yu tetap diberi kesempatan untuk memasuki Xianyang , namun ternyata mereka merusak  istana Qin. Disini kita lihat pasukan Liu Bang mengalah  terlebih dahulu agar tidak perlu melawan pasukan yang lebih kuat, demi mencapai kemenangan di masa yang akan datang.
Pembagian China terjadi pada tahun 206 SM  dan nama Dinasti Han yang kelak didirikan oleh Liu Bang berasal dari nama kerajaan yang dibagikan Xiung Yu itu kepadanya. Setelah pembagian wilayah diantara panglima perang ini, tidak lama berselang terjadilah perang saudara diantara mereka. Xiang Yu yang telah memporak-porandakan ibukota dinasti Qin kemudian meninggalkan tempat itu dan bertolak menuju ke Pengcheng. Untuk memperlihatkan bahwa seolah-olah ia tidak berambisi sedikit pun untuk terlibat dalam perang saudara itu, Liu Bang atas nasihat Zhang Liang menghancurkan jembatan kayu yang merupakan satu-satunya jalan masuk ke Negerinya, sambil memperkuat angkatan perangnya sendiri secara diam-diam. Tidak lama berselang , angkatan perang yang dipimpin oleh Han Xin tiba di wilayah Yong dan berhasil mengalahkan rajanya yang bernama Zhang Han. Dalam waktu kurang sebulan, raja Sima Xin dari Sai dan Dong Yi dari Di juga menyerah. Kini tiga wilayah bekas kerajaan Qin menjadi daerah kekuasaan Liu Bang.
Guna menghadapi manuver Xiang Yu, Liu Bang mengangkat Han Xin sebagi Raja Han tandingan. Pada tahun 205 SM, Liu Bang mengirimkan rombongan untuk menjemput ayah dan istrinya, tetapi rombongan ini dihentikan oleh Xiang Yu. Akan tetapi di lain tempat pasukan Liu Bang berhasil menahklukan Zheng Cheng Raja Han, Sheng Yang Raja Henan, dan Sima Mao Raja Yin yang melarikan diri di Chaoge. Setelah menerima saran dari sosok orang tua bernama Donggong untuk melaksanakan acara perkabungan selama tiga hari bagi Kaisar Yidi yang telah dibunuh oleh  Xiang Yu di Xianyang. Beberapa Raja lain pun ikut serta menggabungkan kekuatannya dengan Liu Bang. Sehingga mereka pun berhasil merebut ibukota Chu, Pengcheng, tanpa pertumpahan darah.
Mendengar  bahwa ibukotanya telah direbut, Xiang Yu memimpin 30.000 pasukannya untuk melakukan perlawanan, dan telah berhasil menewaskan 100.000 pasukan Liu Bang. Beruntung sekali nasib Liu Bang yang berhasil meloloskan diri dari marabahaya itu meski setelah memohon  belas kasihan pada dua orang Jenderal Chu. Belakangan, Liu Bang berhasil berjumpa dan bergabung kembali dengan tentearanya yang dipimpin oleh Lu Ze dan melanjutkan pertempuran melawan Xiang Yu. Han Xin bergabung dengan Liu Bang di Yingyang, serta berhasil mengalahkan pasukan Chu diberbagai tempat. Kenudian Liu Bang mengangkat puteranya yang berusia 5 tahun, Liu Ying, sebagai putera mahkotadan memerintahkan jenderalnya yang bernama Xiao He menjaga wilayah yang berada di dalam Celah Hanguguan. Raja Wei yang bernama Bao, dimana  yang semula ia meminta izin kepada Liu Bang untuk pulang ke kampung halamannya, sekembalinya ia disana ia malah menerbitkan pemberontakan melawan Liu Bang. Namun seketika Han Xin diutus oleh Liu Bang untuk memadamkan pemberontakan tersebut. Han Xin sengaja membuat perahu –perahu perang di Linjin untuk mengecoh pasukan Wei, akan tetapi secara diam-diam ia membuat jembatan dari kayu di Xiayang dan mengalahkan pasukan Wei di Dhongzan. Pasukan Han berhasil pula merebut kota Anyi. Sementara itu di Quyang Han Xin berhasil menawan Wei dan dilanjutkan dengan menahklukan ibukota Wei di Pingyang.
Selanjutnya Han Xin meminta 30.000 tentara guna menahklukan kerajaan Zhao. Han Xin berencana menahklukan Zhao, Yan, dan Qi sebelum menahklukan Xiang Yu. Pertempuran sengit pun segera pecah dan pihak Zhao berhasil dikalahkan dan Rajanya Zhao Xie dihukum mati oleh Han Xin. Raja Yan Zang Tu berhasil di bujuk oleh Han Xin untuk menyerah secara damai, dan Raja Qiujiang berhasil dibujuk untuk menyerah dan bergabung dengan Liu Bang. Akhirnya, seluruh Rajamuda berhasil disatukan di bawah panji-panji Liu Bang.
Lawan Tangguh Liu Bang kini tinggallah Xiang Yu. Pertempuran yang menentukan dilancarkan di suatu tempat yang kini menjadi bagian provinsi Anhui. Karena putus asa Xiang Yu melarikan diri, Yuji selirnya membunuh dirinya sendiri agar tidak menyusahkan Xiang Yu. Xiang yu kini mulai merasa hidup sudah tidak ada artinya lagi, dan ia pun ikut bunuh diri menyusul selir kesayangannya itu ke alam baka. Kini terbukalah jalan bagi Liu Bang untuk mengangkat dirinya sendiri sebagai Kaisar pertama Dinasti Han. Peristiwa ini terjadi pada Tahun 202 SM.


III.           PENUTUP

3.1 Simpulan
            Dinasti Chin merupakan dinasti yang usianya tidak panjang. Pada dinasti ini terjadi berbagai perubahan yang cukup signifikan bagi perkembangan sejarah Cina. Bukan hanya dari segi politik (proses unifikasi), tetapi dari segi budaya yaitu pembangunan tembok raksasa terpanjang. Kasiar yang paling terkenal pada dinasti ini adalah Shih Huang Ti, yang dikenal dengan sebutan golongan pendiri kerajaan-kerajaan besar. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh kaisar ini cenderung otoriterian, terlihat dari sikap egoisme dan ketidakadilan pada rakyat. Diantaranya kebijakan satu ideology tertentu yaitu faham legalisme, dan dihapuskannya system feudal, yang justru menimbulkan bentuk penjajahan gaya bartu, petani dipaksa membayar upeti dan pajak kepada kaisar.
            Salah satu peninggalan terbesar Dinasti Chin  adalah makam Kaisar Chin Shihuangdi yang terletak di Xi’an, provinsi Shaanxi dan istana kerajaan yang disebut dengan Istana E Pang.

3.2 Saran
            Setelah membahas materi tentang Sejarah Asia Timur, saran yang dapat disampaikan umumnya bagi khalayak yang telah membaca makalah ini, diharapkan mampumengetahui Sejarah Berdirinya Dinasti Chin Pada Masa China Kuno, sehingga dengan mengkaji hal tersebut diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan.



DAFTAR RUJUKAN

a) Sumber Utama
Taniputera, Ivan. 2008. History Of China. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Chunjiang, Fu. 2009. Chinese History. Jakarta: PT Elex Fu Chunjiang
Wiriaatmadja, Rochiati. 2003. Sejarah Peradaban Cina. Jakarta: Katalog
            Dalam Terbitan
A Bain, Chester. 1962. The Far East

b) Sumber Penunjang
http://Sejarah-Cina-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html
http://Sejarah-Cina.html
http://Peradaban-dan-Perkembangan-Dinasti-di-Cina.html

1 komentar:

Unknown mengatakan...

halo ..

tolong donkkasih tau tindakan kaisar yg manusiawi dan tidak manusiawi kaisar Qin shi huang pada dinasti Qin

Makalah Dinasti Qin 221-206 SM


I.                  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Cina merupakan negara terbesar di Asia timur sehingga selama berabad-abad selalu menduduki posisi penting dalam sejarah Asia Timur. Sampai akhir abad ke 19, Korea dan Jepang kebudayaannya masih berinduk pada Cina. Cina merupakan sumber peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur. Cina juga merupakan negara yang memiliki peradaban tua. Cina memiliki wilayah yang begitu luas serta keadaan alam yang sangat heterogen, sejarah bangsa Cina juga sudah di mulai berabad-abad sebelum masehi. Dataran Cina sangatlah luas dan ada beberapa macam-macam tanah dan daerah. Hal ini akan menyebabkan bermunculan berbagai tanaman, tumbuhan dan binatang. Daerah yang beraneka ragam merupakan salah satu faktor tumbuh dan berkembangya kebudayaan suatu negara. Hal yang istimewa dari Cina walaupun wilayahnya luas dan berbeda namun tetap bisa bersatu.
            Pusat kelahiran dinasti/pemerintahan di Cina berada di daerah pertemuan lembah sungai Hoang Ho dan lembah sungai Yang tze Kiang. Secara geografis pusat pemerintahan dinasti terletak di Cina Utara. Perjalanan kekaisaran Cina ditandai oleh pemerintahan dinasti yang silih berganti dalam kurun waktu tertentu. Banyak dinasti yang memerintah namun dinasti-dinasti yang besar memerintah di Cina sampai awal masehi secara berurutan adalah sebagai berikut: Hsia Shang (Yin), Chou, Chin (Qin), dan Han.
            Jika kita mengkaji dinasti-dinasti yang tumbuh di Cina, perhatian kita pasti tak akan lepas pada Dinasti Ch’in. walaupun usia dinasti ini tidak panjang, tetapi dari segi sejarah dan budaya, masa dinasti ini banyak sekali goresan tinta sejarah yang tak dapat dilupakan sampai sekarang. Diantara karya terbesar dinasti ini adalah pembangunan tembok raksasa terbesar dan terpanjang didunia yang masuk dalam delapan keajaiban dunia.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cikal-bakal berdirinya Dinasti Chin?
1.2.2 Bagaimana perkembangan Dinasti Chin?
1.2.3 Apa yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Chin?
1.2.4 Bagaimana Perkembangan seni dan teknologi pada masa Dinasti Chin?
1.2.5 Bagaimana pasca runtuhnya Dinasti Chin dan berdirinya Dinasti Han?

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Mengetahui cikal-bakal berdirinya Dinasti Chin
1.3.2 Mengetahui perkembangan pada masa Dinasti Chin
1.3.3 Mengetahui penyebab runtuhnya Dinasti Chin
1.3.4 Mengetahui perkembangan seni dan teknologi pada masa Dinasti Chin
1.3.5 Mengetahui pasca runtuhnya Dinasti Chin dan berdirinya Dinasti Han









II.               PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Chin
2.2.1 Perjalanan Panjang Dinasti Chin Menjadi Penguasa China
Dinasti Qin menurut leluhurnya pada seseorang bernama Bo Yi uang hidup semasa pemerintahan kaisar legendaris Shun. Para sejarawan. Para sejarawan mengatakan bahwa tidak berbeda dengan leluhur Dinasti Zhou, leluhur Dinasti Qin ini dahulunya merupakan salah satu anggota suku barbar Yi yang menghuni bagian barat China. Mereka selanjutnya meninggalkan budaya barbar mereka dan mengadopsi budaya China tengah. Ayah Bo Yi yang bernama Da Ye merupakan seorang putra dari wanita bernama Nuxiu. Legenda menyatakan bahwa wanita tersebut hamil setelah menelan telur burung layang-layang. Hal ini barangkali membuktikan bahwa puak Qin dahulunya merupakan keturunan suku Yi Timur (Dongyi) yang memiliki totem pemujaan berbentuk burung.
Bo Yi memiliki dua orang anak, yakni Niaoshu-shi dan Fei shi. Kata Niao sendiri berarti burung, fakta ini mungkin sekali lagi menegaskan bahwa mereka dulunya adalah anggota suku pemuja burung Yi Timur (Doongyi). Keturunan Fei shi bernama Fei Chang pernah membantu mengulingkan Dinasti Xia. Sementara itu, keturunan Niaoushu-shi bernama Zhongyan dikatakan memiliki mulut dan cakar seperti burung. Keturunan yang bernama Fei Zi hidup semasa pemerintahan kaisar Zhou Xiaowang (± 909-894 SM). Ketika kaisar Xiaowang memerintahkan Bangsawan Shen (Shenhou) untuk menyerang suku barbar Quang-rong pada tahun 909 SM, pada saat bersamaan, Fei Zi hidup di sebuah tempat bernama Quanqiu (Propinsi Shenxi sekarang) dan berhasil membudidayakan kuda di daerah sekitar Sungai Weishui. Bangsawan Shen yang putrinya menikah dengan Daluo (ayah Fei Zi), suatu saat membujuk kaisar Xiaowang agar menganugerahkan nama Ying pada keturunan Daluo agar mereka bersedia membantu mengendalikan suku barbar Xirong, dimana ini memperlihatkan betapa besarnya pengaruh keturunan Daluo pada suku barbar itu. Kaisar Xiaowang mengabulkan saran ini dan menganugarahkan keturunan Daluo sebuah negeri yang bernama Qin (Kini di timur propinsi Ganzu) dan untuk seterusnya putra Daluo dikenal sebagai Qiin Ying. Qin selanjutnya mennjadi salah satu negara bagian Dinasti Zhou.
Qin Yin dianggap sebagai raja Qin yang pertama. Sepak terjang penguasa Qin berikutnya tampak pada Kaisar Zhou Liwang. Pada saat itu suku barbar Xiring telah menyerang bagian barat Dinasti Zhou dan telah membunuh banyak kerturunan Daluo. Penguasa Qin saat itu, Qin Zhong (memerintah 845-822 SM) keturunan keempat Qin Ying ikut terbunuh. Putra pertama Qin Zhong dengan bantuan adik-adiknya menbalas dendam ayahnyadan mengalahkan suku Xirong dengan didukung 7.000 tentara pinjaman dari Dinasti Zhou. Putra pertama Qin Zhong ini kemudian mengantikan ayahnya yang telah terbunuh sebagai raja dengan gelar Zhuanggong (memrintah 821-779 SM). Ia mengamankan wilayan barat kerajaan dan menerima gelar Xichui Dafu  (atau Penguasa Agung Wilayah Paling Barat).
Pada tahun 771 SM, suku barbar Quanrong menyerang Dinasti Zhou dan membunuh kaisar Youngwang (781-771 SM). Pangeran Ji Yijui berhasil melarikan diri dan memindahkan ibukotanya kesebelah timur setelah diangkat menjadi kaisar dengan gelar Pingwang (770-720 SM). Sejak saat itu Dinati Zhou mencapai babak baru yang disebut Zhou Timur. Negara bagian Qin kemudian menjadi pelindung kaisar dari serangan suku barbar. Sebagai imbalannya kaisar menjanjikan kepada suku Qin untuk memberikan daerah Feng dan Qishan bila berhasil mengalahkan suku Quanrong serta mengambalikan kedaulatan Dinasti Zhou. Kaisar Pingwang lalu menganugerahkan gelar Xianggong pada putra raja Qin Zhuanggong yang bernama Ying Kia (memerintah 777-786 SM). Dengan bantuan raja muda Qin ini suku Quanrong berhasil ditundukan.
Raja muda Xianggong meninggal pada tahun 786 SM ketika sedang berperang melawan suku barbar Rong di Qishan dan digantikan oleh Wengong (memerintah 765-716 SM). Pada tahun ke-13 pemerintahannya, ia memutuskan untuk membangun ibu kota di Qishan, menahlukan suku Rong disana serta merebut kembali sebagian wilayah Zhou saat itu dikuasai oleh suku barbar. Raja-raja Qin berikutnya masih sering terlibat peperangan dengan suku barbar di sekitarnya.
Penguasa negeri Qin terkemuka berikutnya adalah Mugong (659-621 SM), yang berhasil menahlukan negara-negara di bagian Barat wilayah China dan menjadi penguasa belahan Barat kekaisaran. Kaisar menghadiahkan sebuah genderang emas kepada raja Qin sebagai ucapan selamat atas kesuksesannya itu.

2.2.2 Reformasi Shang Yang
Kemajuan negeri Qin bertambah pesat semasa pemerintahan Raja Qin Xiaorong (memerintah 361-338 SM).Pada tahun pertama pemerintahannya, ia mencari orang berbakat dari seluruh wilayahnya untuk membantunya memulihkan kejayaan negeri Qin. Seorang penganut aliran legalisme (fajia) yang bernama Shang Yang (?-338SM) mendengar pengumuman raja Qin dan mendaftarkan dirinya. Raja menerima lamarannya dan ia mulai mengabdi di istana Qin semenjak tahun 361 SM. Shang Yang mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia itu jahat dan harus diperintah dengan mengunakan kekerasan. Ia adalah penganut legalisme yang menekankan penerapan hukum dengan tegas sebagai landasan bagi pembangunan negara, tetapi bukan berarti memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror) sehingga rakyat takut. Tegasnya, pelaksanaan undang-undang ini tidak pandang bulu, bahkan seorang bangsawan harus dihukum sesuai undang-undang yang berlaku. Kebijaksanaan yang digariskan oleh Shang Yng untuk negara Qin antara lain:
§  Menghapus gelar bangsawan berdasarkan warisan, dan hanya orang berjasa dalam peperangan yang dapat memperoleh gelar bangsawan, sedangkan anak cuccunya tidak dapat mewarisinya.
§  Menata administrasi pemerintahan dengan jalan mengelompok-kelompokan kota kecil menjadi 31 kabupaten dan mengangkat pejabat sebagai kepanjanan tangan pemerintah pusat.
§  Melarang terbentuknya keluarga besar.
§  Melaksanakan reformasi pertanian. Rakyat yang membuka lahan baru duberi kesempatan  untk memiliki lahan tersebut, sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat dan pendapatan rakyat bertambah.
§  Menerapkan ekonomi daerah dengan jalan membagi rakyat di daerh-daerah menjadi beberapa kelonpok dan masing-masing diizinkan memilih sendiri ketua kelompoknya.
§  Menetapkan jenjang pangakat dalam kemiliteran serta anugerah atas jasa-jasa mereka, sehingga kemampuan militernya meningkat drastis.
§  Memberikan hadiah kepada petani yang sukses bercocok tanam dan menghukum mereka yang panennya berkurang. Hal ini memaksa petani untukterus menigkatkan hasil pertanian mereka.
§  Mendirikan ibukota baru di Xianyang yang lebih strategis.
§  Menetapkan suatu standar ukuran, antara lain ukuran satuan panjang, ukuran kereta, lebar jalan raya, dan sebaginya agar terjadi keseragaman di seantero kerajaan.
§  Menetapkan undang-undang yang adil dan tegas dalam pelaksanaannya. Jika putra mahkota melangar hukm, bukan ia saja yang di hukum, namun guru yang mengajarnya juga harus menerima hukuman. (Zaman dulu guru selali menetap di istana dan mendampingi putra mahkota).
Reformasi Shang Yng tersebut diterapkan pada masa pemerintahan Raja Qin Qiaogong, kurang lebih seratus tahun sebelum lahirnya Ying Zheng (Qin Shihuang) pendiri Dinasti Qin yang kelak mempersatukan kembali seluruh China. Guna memperkenalkan hukum pada rakyat, Shang Yng mengadakan sayembara untuk memindahkan sebatang tongkan kegerbanglainnya di kota itu, suatu pekerjaan yang tentunya sangat mudah dengan menghadiahkan 10 ons emas (suatu jumlah yang relatif besar menurut ukuran jaman itu). Orang menertawakan dan tidak mempecayai sayembara itu. Karena tidak ada yang bersedia mengikuti sayembara ini, Shang Yang menaikan hadiahnya menkadi 50 ons emas, rakyat masih juga tidak mempercayainya, hingga ada seorang pemuda yang melakukannya dan benar-benar di beri hadiah oleh Shang Yang. Tindakan ini membangkitkan kepercayaan rakyat terhadap hukum yang memberikan imbalan bagi seseorang yang berjasa dan menghukum mereka yang bersalah.Shang Yng menerapkan hukuman ini tanpa pandang bulu, bahkan kaum bangsawan juga tidak luput dari hukuman. Sebagai contoh, tatkala Pangeran Huewenjun melangar hukum Shang Yang menyalahkan dan menghukum guru pangeran yang bernama Gongsu Jia dengan jalan memotong hidungnya. Shang Yang juga  mengembangkan sistem saling memeta-matai dikalangan rakyat.Ia menjadikan lima keluarga sebagai saatu bao dan sepuluh bao akan dihukum bersama-sama bila mereka gagal melaporkan kejahatan yang dilakukan oleh tetangganya. Lebih jauh lagi ia juga melarang dibukanya gerbang-gerbang kota pada malam hari untuk mencegah larinya para penjahat atau buronan.
Negeri bagian Wei barusaja di kalahkan oleh Qi yang dibantu oleh seorang strategi militer bernama Sun Bin. Shang Yang mengusulkan pada raja Qin untukmenyeeerang Wei yang saat itu kondisinya masiih kacau. Qin menyerang Wei dan pengerannya yang bernama Gongsi Mau berhasilditawan dengan tipu muslihat. Penyanderaan ini berhasilmemaksa Wei untuk menyerah dan memindahkan ibukotanya dari Anyi ke Daliyang (Kaifeng sekarang) serta meyerahkan wilayahnya yang terletak di bagian barat sungai pada Qin. Atas keberhasilannya ini Shang Yang diberi gelar pangeran dan di beri suatu daerah kekuasaan.
Setelah mencapai beberapa kesuksesan Shang Yang akhirnya mulai makin membabi buta dalam menerapkan prinsipnya itu sehingga menjadi terlalu keras dan terkesan seperti teror. Banyak orang yang berubah membencinya. Seseorang bernama Zhang Liang berusaha untuk menasihatinya dengan menganjurkan agar Shang Yang tidak bertindak terlalu tegas dan keras dengan prinsipnya itu, dimana ketegasan yang berlebihan justru akan lebih banyak menimbulkan musuh. Ia mengutip Shijing yang mengatakan bahwa seseorang yang dapat memenangkan hati rakyat akan berhasil dan sebaliknya orang yang kehilangan simpati mereka akan jatuh. Selain itu, Zhang Liang juga mengutip Shangshu yang menyebutkan bahwa mereka yang melandaskan dirinya pada kekerasan akan musnah,sedangkan mereka yang menyadari dirinya pada kebijakan akan bertahan. Sebagai jalan keluarnya Zhang Liang menganjurkan agar Shang Yang untuk pensiun saja, tetapi ia menolak saran ini.
Belakangan setelahkematian Qin Xiaogong pada tahun 339 SM, orang-orang yang membencinyaberusaha untuk membalas dendam, terutama pada bangsawan yang kehilangan gelar dan hak istimewa mereka dalam hal kekebalan hukum. Gongsi Qian yang pernah dihukum oleh Shang Yang menuduhnya sebagi penghianat. Kini dari seseorang yang berkuasa dan ditakuti, Shang Yang telah berbalik nasibnya menjadi seseorang buronan. Ia berusaha melarikan diri pada malam hari tetapi gagal, karena dahulu telah diperintahkan kepadanya bahwa gerbang kota tidak boleh di buka pada malam hari (demi menjaga melarikan dirinya seorang penjahat). Dicobanya untuk beristitahat dan bersembunyo di rumah penduduk, tapi di tolak oleh tuan rumah dengan alasan bahwa dulu Shang Yang pernah melarang mereka menyembunyikan penjahat atau buronan. Shang Yang mencobamelarikan diri ke negeri Wei, tetapi rakyat dari negeri itu mngusirnya, karena dahulu ia pernah menganjurkanraja Qin menyerang mereka serta menyandera pangeranWei. Karena tidak ada jalan lain akhirnya S hang Yang terpaksa pulang ke daerh kekuasaannya sendiri dan mengumpulakn pasukan guna melakukan pemberontakan melawan Qin yang dahulu pernah diabdinya. Terapi, pasukan Qin yang lebih kuat berhasil mengalahkan dan menangkapnya. Pangeran Huewenjung yang dahulu gurunya pernah dihukum oleh Shang Yang kini telah menjadi raja mengantikan ayahnya dengan gelar Huiwang (337-311 SM). Ia masih menaruh dendam pada Shang Yang dan karenanya ia memberikan hukuman yang kejam. Tubuh Shang Yang diikatkan pada lima ekor kuda yang berlari ke arah yang berlainan hingga tercabik-cabik. Meskipun Shang Yang meninggal dengan caratragis (sama seoerti Wu Qi), sepuluh tahun setelah reformasi yang dicanagkannya itu, Qin tumbuh menjadi negara bagian terkuat di seluruh China.
Pada tahun 262 SM, Q in mengirimkan pasukannya untuk melakukan ekspedisi penahkukan ke daerah Shangdang yang merupakan wilayah negeri Han yang paling lemah. Gubernur Shangdangdengan cerdik memberikan tujuh puluh kota yang berada di bawabh kekuasaanya pada pihak Zhao dengan harapan agar pihak Qin mengalihkan serangannya ke pihak Zhao. Begitu serangan dialihkan pada pihak Zhao, Han berharap agar Zhao bersedia untuk bersekutu dengannya untuk menghentikan aksi militer Qin. Zhao segera mengerahkan 200.000 prajurit dibawah pimpinan Jenderal Lian Po untuk mempertahankan Shangdang. Ternyata ketika Lian Po tiba, Shangdangtelahjatuh ketangan Qin. Lian Po selanjutnya membangun perkemahan bagi pasukannya di tepi sungai Merah, membangun benteng pertahanan, dan menggali parit penyimpana air yang dalam. Dengan demikian pihak Zhao dapat bertahan dari serangan Qin selama tiga tahun.
Pihak Qin tentu tidak ingin peperangan itu menjadi berlarut-larut. Fan Ju, seorang strategi milliter Qin, mencoba untuk mengakhiri kondisi berimbang ini. Langkah pertama yang dilakukannya adalah menyebarkan kebohongan mengenai Lian Po bahwa Jenderak yang paling ditakuti oleh pihak Qin sesunguhnya adalah Zhao kuoyang kemampuannya sangat jauh di bawah Lian Po. Zhao termakan desas-desus ini dan mengantikan Lian Po dengan Zhao Kou. Di medan pertempuran, Zhao Kuo tertipu oleh siasat Qin dengan mengerahkan 10.000 perajurtnya melawan 3.000 prajurit Qin yang dipimpin oleh Jenderal Bai Qi. Zhao kuo berhasil memenagkanperperangan ini dan merasa bangga, padahal ini memang siasat Qin demi membangkitkan sikap takabur tadalm diri Zhao. Keesokan harinya, dua orang Jenderal Qin yang masing-masing membawa 10.000 pasukan mengempur Zhao dan membiarkannya menag guna memancingnya jauh memasuki daerah musuh. Zhao termakan siasat itu, dan secara tiba-tiba muncul dua orang Jenderal Qin lain yang masing-masing memimpin 15.000 pasukan menghadang bagian belakang pasukannya guna memutuskan mata rantai perbekalannya. Dlam pertempuran ini Zhao berhasil dikalahkan dan kelak dalam beberapa puluh tahun berikutnya negeri ini jatuh sepenuhnya  ke tangan Qin.

2.2.3 Yin Zheng Menyatukan Seluruh China dan Mendirikan Dinasti Chin
Kurun waktu pemerintahan Dinasti Qin ini sesenguhnya tergolong singkat,
yakni dari tahun 221 hingga 207 SM atau hanyasekitar 14 tahun. Kita telah mengetahui sebelumnya bahwa Qin adalah salah satu dari sekian banyak negara bagian Dinasti Zhou. Dari sebuah negara kecilia mampu berubah menjadi sebuah kemaharajaan besar yang menguasai seluruh China. Meskipun usianya hanya singkat, namun dinasti ini memiliki beberapa arti penting bagi perkembangn budaya Tionghoa. Untuk memahaminya, kita perlu mempelajari secara singkat riwayat pendiri dinasti ini yang bergelar Qin Shihuangdi.
 Kaisar Qin Shihuangdi dilahirkan pada tahun 259 SM dengan nama Ying Zheng. Masa kelahirannya merupakan saat peperangan yang tidak ada putus-putusnya diantara negara-negara bagian feodal untuk memperbutkan kekuasaan tertinggi (disebut denga “Masa Perang Antar Negeri” ysng berlangsung dari tahun 475-221 SM). Ayahnya adalah Raja Zhuangxiangwang (Pangeran Zhichu alias Yiren, memerintah 250-246 SM) dari kerajaan Qin dan Ibunya bernama Zhao Ji yangmmreupakan bekas selir pedangang kaya Lu Buwei. Para sejarawan kemudian mengatakan bahwa Zheng sesungguhnya adalah putera Lu Buwei, namun sifat-sifat anak tersebut, yakni kemampuannya dalam stategi di gabungkan dengan semangat peperangan telah menjadi ciri khas penguasa Qin sebelumnya. Ketika masih muda ayah Ying Zheng adalah sandera di negeri Zhao dan Lu Buwei telah berjasa kepadanya untuk melarikan diri dari negeri tersebut. Sebagai balas jasa Lu Buwei diangkat sebagai peerdana menteri setelahia menjadi raja. Lu kemudian dititahkan untuk menyerang ibukota Dinasti Zhou pada 256 SM dan berhasil menahlukannya. Ia membuang Kaisar serta Bangsawan Dinasti Zhou Belahan Barat ke Lingxian yang terletak di Provinsi Henan sekarang. Kaisar Zhou Nanwang serta Bangsawan penguasa Dinasti Zhou Belahan Barat wafat pada tahun itu juga, sehingga menamatkan riwayat Dinasti Zhou yang telah berkuasa selama kurang lebih 8 abad.
Tatkala berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dan Zheng dinobatkan sebagai penguasa baru kerajaan Qin.Pada mulanya Lu Buwei dan Ratu Zhao Ji memerintah sebagai wali, namun tatkal keduanya terlibat skandal, jabatan sebagai wali rajapun diambil alih dari mereka. Semenjak tahun 238 SM, Zheng memerintah sendirian. Kerajaan Qin saat itu menganut ajaran legalisme (fajia)ShangYang, yang mengatakan bahwa pemerintahanharus diperintah dengan disiplin keras. Ajaran Shang Yang ini diterapkan semasa pemerintahan raja Qin Xiaogong, kurang lebih seabad sebelum Ying Zheng lahir, sehingga dengan demikian ia telah memiliki modal kuat untuk menyatuk an daratan China. Usaha untuk menyatukan China kini terbebankan pada pundak Ying Zheng. Antara tahun 240-221 SM, mulailah usaha Zheng untuk menahlukan seluruh China. Pada masa awal kekuasaannya, Qin telah meguasai seluruh profinsi Sichuan serta daerah Yang terletak diantara Sichuan serta Shenxi. daerah ini selanjutnya dinamakan Nan Jun. Qin juga telah menguasai bekas wilayah Dinasti Zhou dan menamaknnya San Chuan Jun.
Qin mulai menahlukan negeri-negeri yang masih tersisa satu-persatu. Pada tahun 244 SM, pasukan Qin yang dipimpin oleh Jenderal Meng Ao merebut 13 kota dari Kerajaan Han dan 2 tahun kemudian 20 kota direbut dari pihak Wei. Demikianlah, dalam serangkaian peperangan antara tahun 230-221 SM, kaisar Qin menahlukan Han, Zhao, Wei, Yan, Chu, dan Qi. Raja Han (An) menyerah pada tahun 230 SM, sedang raja Zhao menyerah pada tahun 228 SM. Ying Zheng pergike Handan, ibukota Zhao dan membantai seluruh rakyat Zhao yang dahulu pernah menghinanya semasa menjadi tahanan di sana bersama ayahnya. Salah seorang pangeran dari Negeri Zhao yang bernama Jia melarikan diri ke Prefektur Dai serta menyatakan dirinya sebagai raja Dai. Pangeran Jia kemudian bersekutu dengan kerajaan Yan. Pada tahun 227 SM mengirim seorang pembunuh bernama Jing Ke untuk membunuh Ying Zheng.
Cara yang dilakukan untuk mendekati raja Qin itu adalah dengan berpura-pura hendak menyerahkan peta negeri Yan sambil menyelipkan sebilah pisau dalam gulungan peta itu. Rencananya, ketika sedang bersama-sama membuka gulungan itu Jing Ke akan meraih belati itu dan membunuh raja, tetapiternyata gagal. Tahun 224 SM, Jenderal Wang Jian diperintahkan untuk menyerang Chu. Raja Chu Fuchu terpaksa menyerah, tetapi sementara itu Jenderal Xiang Yan dari negeri Chumengangkat Pangran Changpingjun sebagai raja Chu yang baru dan menahan serangan Qin di sebelah selatan Sungai Huai. Namun, pada tahun 223 SM, Jenderal Wang Jian dan Jenderal Meng Wu mengalahkan sisa-sisa pasukan Chu ini dan membunuh Changpingjun, sedangkan Jendeal Xiang Yan membunuh dirinya sendiri serangan dialihkan ke negeri Dai yang didirikan oleh Pangeran Jia dan berhasil menangkap rajanya. Kini tinggal Qi yang belum ditahlukan dan Ying Zheng segera mengirim Jenderal Wang Ben kesana untuk menyerang negeri tersebut. Tahun 221 SM, Raja Qi Jian meyerah tanpa syarat dan wilayahnya digabungkan ke dalam daerah kekuasaan Qin.
Kini paripurna telah meyudahi usahanya untuk meyatukan kembali seluruh China. Ying Zheng mendirikan dinasti baru sebagai dinasti penganti Dinasti Zhou serta mengelari dirinya Qin Shihuangdi, yang berarti kaisar pertama Dinasti Qin. Ia adalah penguasa pertama yang tidak mengelari dirinya wang  (raja), melainkan kaisar (huangdi). Istilah baru yang digunakan untuk mengelari dirinya ini terdiri dari dua kata, huang dan di,  yang kedua-duanya sama-ssam aberarti penguasa atau raja (penggunaan dua kata yang sama artinya ini, menegaskan bahwa Ying Zheng hendak menyatakan bahwa dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan sekedar raja). Gelar baru bagi sebutan kaisar tersebut bertahan selama lebih dari 2.000 tahun, yakini hingga berakhirnya sistem monarki pada tahun 1911. Jeberhasilan ini menunjukan keberhasilan Ying Zheng dalam menyatukna China dari keterpecah belahannya selama ratusan tahun menjadi suatu pemerintahan terpusat yang kuat. Guna mengadakan administrasi pemerintahan, Ying Zheng membagi negerinya menjadi 36 provinsi yang dihubungkan oleh jalan raya dengan panjang keseluruhan 7.500 km, suatu prestasi yang melebihi Bangsa Romawi.
Pada masa pemerinyahannya China masih sering mengalami serangan bangsa barbar dari utara. Untuk mengatasinya, Kaisar Qin Shihuangdi memerintahkan pembangunan tembok besar yang kemudian pada praktiknya dilakukan dengan penuh kekejaman. Kendati demikian, tembok yang membentang sekitar 3.000 km in dapat dikatakan sebagai salah satu mahakarya Bangsa Tionghoa. Kaisar Qin juga melakukan standarisasi huruf dan ukuran yang berlaku di negerinya, sehingga kita pada saat ini hanya mengenal satu sistem penulisan huruf Tionghoa saja.
Terlepas dari jasa tersebut, kaisar Qin Shihuangdi merupakan seorang tiran yang kejam. Salah satu kekejaman yang dilakukannya adalahdengan membakar buku-buku karya ahli filsafat zaman dahulu yang isinya bertentangan dengan pokok-pokok pikiran legalis (misalnya Konfusianisme). Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kritik terhadap pemerintahannya. Para sarjana yang menolak untuk menyerahkan kitab-kitab tersebut dihukum denga jalan dikkubur hidu-hidup. Sebaliknya, kitab-kkitab yang tidak perlu dimusnahkan adalah kitab-kitab yang membahas mengenai ilmu pertanian (nongjia), ilmu perang (bingjia), ramalan dan ilmu pengobatan.
Pada kenyataanya tidak semua buku-buku terlarang musnah, buktinyaa pada masa DinastiHan masih banyak orang-orang memiliki buku-buku bernafaskan ajaran rujia (Konfusianisme) itu. Salahsatu faktor yang membuat Qin Shihuangdi marah terhaddap penganut rujia adalah ketika ia hendak mengadakan upacara Fengchan (semacam upacara pengukuhan/legitimasi sebagai kaisar oleh para leluhur) di Gunung Tai, ternyata penganut rujia tidak tau bagaimana tatacara upacara Fengchan itu, bahkan sesama mereka sendiri malah saling mempertengkarkan tatacara upacara ritual itu. Faktor lain adalah kemarahan kaisar terhadap dua orang penganut konfusianisme yang bernama Lu Sheng dan Huo Sheng, karena menipu dalam pembuatan obat panjang usia. Li Si yang juga pernah berselisih dengan sarjana Konfusianisme bernama ChunyuYe juga mendukung kaisar untuk membakar buku-buku filsafat selain ajaran legalisme. Tercatat 346 sarjana menjadi korban dari kebiadaban ini. Putra mahkota Fu Su pernah memohon kepada ayahnya untuk mengampuni para sarjana yang di hukum mati tersebut, tetapi kaisar menjadi muka dan membuangnya ke daerah Changjun. Kaisar menipu para gubernur provinsi agar mengirim para sarjana Konfusianisme yang berada di wilayahnya sehingga terkumpulsekitar 700 sarjana. Mereka semua lalu dilempari batu hingga mati disebuah lembah yang belakangnya disebut dengan “Lembah Pembantaian Para Sarjana Konfusianisme”.
Pembangunan tembok besar banyak menimbulkan korban jiwa. Hal ini dikarenakan buasnya alam dan minimnya prasarana pada masa itu. Bahkan,  karena tidak ada waktu untuk memakamkannya, mayat-mayat orang yang meninggal ikut ditembok begiti saja.

2.2 Perkembangan Dinasti Chin
            Karena kekejaman dan kekerasannya, rezim Qin tidak bertahan lama dan hanya bertahan selama dua generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM saat berada dalam perjalanan mengelilingi kerajaan.
seharusnya yang ditunjuk sebagai pengganti adalah putra mahkota Fu Su, yang saat itu sedang dihukum oleh ayahnya di Changjjun. Namun, Li Si (penasihat kaisar) dan Zhao Gao (seorang kasimlicik yang belakangan mengendalikan kekuasaan Dinasti Qin) memalsukan surat wasiat yang isinya memerintahkan agar Fu Su melakukan bunuh diri. Zhao Gao kemudian merekayasa agar putra kedua raja, yang bernama Hu Hai naik tahta dengan gelar Er Shihuangdi (Kaisar Kedua). Rekayasa politik ini dilakukan karena khawatir apabila Fu Su yang naik tahta, mereka berdua akan kehilangan jabatannya. Pada zamannya terjadi penindasan yang lebih besar terhadap rakyat dengan jalan menaikan pajak. Para petani yang hidupnya telah menderita dibawah Dinasti Qin melakukan berbagai pemberontakan, yang semakin subur bagaikan cendawan di musim hujan. Sejarawan terkenal pada masa Dinasti Han, Tong Zhingshu menguraikan kesengsaraan rakyat pada zaman tersebut dengan ungkapan sebagai berikut “Orang miskin kerapkali memakai pakaian lembu dan kuda serta makan makanan anjing dan babi” Belakangan, Zhao Gao menyingkirkan Li Si dengan jalan memfitnah, sehingga dia dan keluargnya di jatuhi hukuman mati.
Zhao Gao makin menanamkan pengaruhnya yang besar kepada Hu Hai dan mengendalikan seutuhnya roda pemerintahan Dinasti Qin. Untuk menunjukan betapa besar pengaruhnya pada kaisar, suatu kali Zhao Gao menghadiahkan rusa pada kaisar denagan mengatakan bahwa itu adalah kuda. Kaisar merasa kebingungan dan berkata bukankah itu rusa. Zhao Gao menyarankan agar kaisar menanyakan sendiri pada para menterinya. Menteri-menteri yang ketakutan terpaksa mengiyakan saja apa yang dikatakan Zhao Gao, kecuali beberapa menteri yang setia dan berpegang pada kebenaran. Sebagai akibat pembangkangan itu, mereka kemudian dihukum mati oleh Zhao Gao. Dengan liciknya, Zhao Gao menganjurkan agar kaisar bersenag-senang saja dan mempercayakan semua urusan negara padanya. Ia bahkan tidak pernah melaporkan pada kaisar mengenai pecahnya pemberontakan dimana-mana yang mengancam keberlangsungan Dinasti Qin dan bertapa sengsaranya rakyat saat itu.

2.3 Runtuhnya Dinasti Qin
Pemberontakan paling terkenal semasa akhir Dinasti Qin dipimpin oleh Chen Sheng, Wu Guang, Xiang Yu, dan Liu Bang. Pemberontakan Cheng Sheng serta Wu Guang, berawal pada tahun 209 SM, tatkala 900 tentara yang berasal dari Yangcheng (bekas wilayah kerajaan Chu, salah satu negara pada musim semi dan rontok serta masa perang antar negeri) hendak dipindahkan kemarkas utara di Yuyang (dekat Beijiing sekarang). Tetapi, hujan deras menghadang mereka untuk melanjutkan perjalanan itu. Pada zaman Dinasti Qin hukuman mati dapat dikenakan pada mereka yang terlambat memenuhi pangilan tugas. Karena takut di jatuhi hukuman mati, Chen Sheng dan Wu Guang, dua orang prajurit membunuh komandan-komandan pasukan mereka serta menyatakan bentrokan dengan Dinasti Qin. Selogan mereka adalah hendak membangkitkan kembaki Kerajaan Chu. Mereka berdua berhasil mengusai Distrik Qixian yang sekarang terletak di provinsi Hubei.
Chen Sheng mengutus seorang bernama Ge Ying untuk menahlukan wilayah sebelah timur, sedangkan ia sendiri memimpin puluhan ribu pemberontak yang berhasil dihimpunnya dalam hitungan bulan untuk menyerang Distrik Chenxian. Dua orang penganut Konfusianisme yang bernama Zhang Er serta Cheng Yudatang pada Cheng Sheng serta meyarankan agar ia mengangkakat kembali keturunan Dinasti Zhou sebagai penguasa pada wilayah yang berhasil direbut dari Qin. Meskipun demikian, Chen Sheng mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja Zhang Chu, yang secara harfiah berarti “Chu yang diperluas” Ia juga mengangkat Wu Guang sebagai “Raja Tertinggi”, saat penyerangan terhadap provinsi Henan. Zheng Er dan Chen Yu meminta bala bantuan berupa 3.000 pasukan pada Wu Guang untuk menyerang bekas wilayah kerajaan Zhao. Wu Guang menyetujui permintaan ini dan memngangkat seorang bernama Wu Chen sebagai pemimpinnya.
Ge Ying tiba di daerah Jiujiang dan berjumpa dengan seorang keturuna kerajaan Chu yang bernama Xiang Jiang. Ia kemudian mengangkatnya sebagai Raja Chu, tetapi begitu mendengan bahwa Chen Sheng telah mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja Zhang Chu, ia membunuh Xiang Jiang. Meskipun demikian, belakangan Ge Ying tetap dihukum mati oleh Chen Sheng karena pembunuhan ini. Untuk mengantikan Ge Ying, Chen Sheng mengutus Zhou Shi ke bekas wilayah kerajaan Wei guna bertempur melawan pasukan Qin yang masih bertahan disana. Wu Guang yang saat itu gagal merebut Yingyang di provinsi Henan meminta nasihat seseorang yang bernama Cai Ci dan mengirim hou Wen dalam suatu ekspedisi ke barart menyerbu ibukota            Qin di provinsi Shanxi. Dalam perjalanan menuju ke ibukota Qin, puluhan ribu orang bergabung dengannya. Kong Fu keturuna Konfusius ke-8, menyarankan Chen Sheng agar mempersiapkan diri dalam menghadapi pertempuran dahsyat dengan serdadu Qin.
Kini kita kembali pada Wu Cheng, ia ternyata telah berhasil menyeberangi sungai kuning dan merebut lebih dari 30 kota serta wilayah dan juga bekas ibukota kerajaanZhao yang bernama Handan. Zhang Er dan Cheng Yu membujuk Wu Cheng untuk mengangkat dirinya sebagai Raja Zhao. Njuran ini pun diterima sehingga saat itupun kerajaan Zhao telah bangkit kembali. Wu Chen saat itu melanggar perintah Chen Sheng untuk pergikearah barat membantu Zhou Wendan malah mengirim Han Guan ke bekas wilayah Yan di timur lalut China, Li Liang ke Chanshan (Shanxi utara), serta Jenderal lainnya ke Shangdang (provinsi Shianxi). Untuk menghadapi pemberontakan ini, Dinasti Qin mengirim pasukan dibawah pimpinan Jenderal Zhang Han yang berhasil mengusir Zhou Wen dari Celah Hangguguan.
Liu Bang dahulunya adalah seorang petani  yang belakangan berhasil menjadi kepala desa. Tokoh yang kelak akan menjadi kaisar China berikutnya ini, dilahirkan pada tahun 247 SM di Distrik Peixian yang kini terletak di provinsi Jianshu. Ia menyambut seruan Chen Sheng untuk ikut memberontak dengan jalan membunuh pejabat distrik. Xiang Yu, seorang tokoh pemberontak lainnya, beserta pamannya Xiang Liang, telah membunuh Gubernur Yin Tong dan berhasil megumpulkan 8.000 pasukan yang kemudian dikenal sebagai “Pasukan Xiang Bersaudara dari Timur Sungai Yangzi”.
Zhou Shi, orang yang sebelumnya telah diutus Chen Sheng untuk merebut bekas wilayah Wei, menyerang ibukota Wei yang bernama Dicheng. Pada saat yang beersamaan, seorang keturunan kerajaan Qi, yang bernama Tian Dian membunuh penguasa didaerahnya serta mengangkat dirinya sendiri sebagai raja. Qi. Zhou Shi menolak permintaan anak buahnya untuk mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar dan meminta pada Chen Sheng untuk mengangkat Pangeran Jiu, seorang  keturuna Kerajaan Wei, untuk menjadi raja, sementara itu, Han Guang, anak buah Wu Chen yang dikirim kebekas daerah Yan. enagn demikian pada saat itu, Kerajaan Chu, Zhao, Qi, Wei dan Yan telah bangkit kembali. Chu dengan Chen Sheng sebagai rajanya, Zhao dengan Wu Chen sebagai rajanya, Qi dengan Tian Dan sebagai rajanya, Wei dengan Pangeran Jiu sebagai rajanya, serta Yan dengan Han Guan sebagai rajanya.
Setelah Li Liang berhasil merebut Changshan, raja Zhao yaitu Wu Chen memerintahkan jenderalnya untu menyerang Taiyuan. Pihak Qin kemudian menerapkan siasat adu domba, dan mereka membujuk Li Liang untuk membunuh Wu Chen. Zhang Er dan Chen Yu mengangkat seorang keturunan Dinasti Zhao yang bernama Zhau Xie sebagai raja mengantikan Wu Chen. Li Liang setelah dikalahkan oleh Raja Zhao yang baru menyerah pada Jenderal Zhang Han dari Dinasti Qin, Jenderal Dinasti Qin ini sebelumnya juga telah berhasil mengalahkan serta menghalau Zhou Wen, yang kemudian bunuh diri karena kekalahan ini. Zhang Han melanjutkan ofensifnya dengan membinasakan dua orang panglima perang Wu Guang bernama Tian Zhang dan Li Gui. Selanjjutnya ia mengalihkan serangannya ke Chen Sheng yang dibunuh oleh kusirnya sendiri setelah menjadi raja selama enam bulan. Pengikut setia Chen Sheng yang bernama Lu Chen memakamkan rajanya itu di Gunung Dhangshan. Hingga di sini seolah-olah Dinasti Qin dapat mencapai kemenangannya terhadap kaum pemberontak.
Setelah kematian Chen Sheng, seseorang yang bernama Qin Jia berusaha mencari keturunanChu untuk diangkat sebagai raja Chu. Lu Chen, anak buah Chen Sheng yang telah wafat, berjumpa dengan seorang pemberontak yang bernama Qiong Bu (Ying Bu). Bersama-sama mereka merebut distrik Chenxian dari tangan pasukan Qin. Ketika mendengar bahwa pasukan Xiang Yu dan Xiang Liang telah menyeberangi sungai Yngzhi, Qiong Bu memutuskan untuk mengabungkan kekuatannya dengan mereka. Sesungguhnya, gerakan pasukan Xiang menyeberangi Sungai Yngzhi ini dimungkinkan karena tipuan yang dilakukan oleh anak buah Chen Sheng yang setia. Ia mengirimkan amanat palsu yang seolah-olah ditullis oleh almarhum rajanya, yang berisikan permohonan bala bantuan pasa Xiang bersaudara. Chen Ying seorang bekas sekretaris Dinasti Qin di Distrik Dongyang juga mengabungkan kekuatan dengan pasukan Xiang. Dengan banyaknya orang yang mengabungkan diri dengan mereka, jumlah pasukan Xiang segera berlipat ganda menjadi 40.000-50.000 orang.
Pasukan gabungan yang dipimpin oleh Xiang Yu dan Xian Liang berbaris menuju ke Pengcheng untuk mencari calon raja Chu yang baru. Ditengah jalan, pasukan Xiang terlibat pertempuran dengan srdadu Qin, tetapi Zhang Han berhasil mengalahkan mereka. Xiang Liang lalu mengalihkan serdadunya ke Xiecheng. Liu Bang bergabung dengan Xiang Liang dan diundang untuk turut serta dalam pemilihan raja Chu yang baru. Seorang keturunan Raja Chu, yang saat itu bekerja sebagai gembala ternak, direkomendasikan untuk menduduki jabatab itu. Usulan itu diterima dan ia diangkat sebagai raja Chu dengan gelar Huaiwang. Zhang Liang, kawan Liu Bei yang ditemuinya dalam perjalanan, mengusulkan agar kerajaan Han juga dihidupkan kembali. Oleh karenaya, seseorang keturunan kerajaan Han yang bernama Cheng diangkat sebagai raja.
Zhang Han kini hendak menumpas kaum pemberontak yang berada di Kerajaan Wei. Pasukan gabungan Qi dan Chu bergerak memberikan bala bantuan. Zhang Han berhasil membunuh Raja Qi (Tian Dan) dan Zhou Shi jenderal Negeri Wei. Karena kelakuan ini Pangeran Jiu, Raja Wei melakkukan bunuh diri. Xiang Yu menyelamatkan Pangeran Bao yang merupakan saudara Pangeran Jiu. Setelah mengalahkan Wei, Zhang Han mengalihkan perhatiannya ke ibukota Kerajaan Qi, yang saat itu dipertahankan oleh Tian Rong. Setelah Tian Dan wafat, rakyar Qi mengangkat adik bekas raja Qi terdahulu. Tian Jia sebagai penguasa. Namun, Tian Rong yang merupakan adik dari Tian Dan tidak menyetujui dan menolak pengangkatan ini. Xiang Yu selanjutnya membentu Tian Rong mengalahkan pasukan Qin. Kelluarga Tian Dan mengangkat putra Tian Dan sebagai raja Qi. Pasukan Xiang Liang bergerak merebut Diangtao dan berhasil menewaskan Jenderal Li You dari Dinasti Qin. Pada pertempuran selanjutnya, Xiang Liang gugur ditanngan Zhang Han. Kekalahan ini memaksa Xiang Yu dan Liu Bao untuk mundur keselatan dan memindahkan kedudukan raja Chu Huaiwang ke Pengcheng.
Mendengar bahwa Jenderal Zhang Han sedang berencana menyerang Zhao, Raja Huaiwang menitahkan Panngeran Bao dan Wei untuk merebut kembali wilayah Wei. Raja memutuskan bahwa barang siapa yang pertama kali berhasil memasuki ibukota Qin, dialah yang berhak menyandang Raja Qin. Baik Liu Bang maupun Xiang Yu meminta agar diizinkan menyerang Qin secara langsung di ibukota, tetapi pada saat itu Raja Zhao yang bernama Xie, memohon bala bantuan karena negerinya diserang oleh Zhang Han. Xiang Yu akhirnya terdorong untuk pergi ke Zhao dan bertempur malawan Zhang Han untuk membalas kemaatian pamannya, sehingga dengan demikian, Liu Bang yang mendapatkan kesempatan untuk menyerang ibukota Qin, Xianyang.
Peristiwa ini terjadi pada tahun207 SM. Menghadapi serbuan Liu Bang itu, Zhao Gao merasa ketakutan dan menyatakan bahwa Hu Hai tak pantaslagi menyandang gelar kaisar, karena para raja negeri-negeri yang sebelumnya ditahlukan oleh Qin telah bangkit kembali. Ia memaksa Hu Hai untu menyandang gelar raja saja. Kasim licik itu menyadari bahwa keadaan sudah sangat genting dan memutuskan unutk mengaakan negosiasi dengan Liu Bang serta berencana untuk membunuh Hu Hai. Zhao Gao merencanakan untuk membagi negaranya menjadi dua dengan Liu Bang, tetapi Liu Bang  menolak tawaran ini. Setelahmembunuh Hu Hai, Zhao Gao mengangkat Yi Zhing, keponakan Hu Hai menjadi kaisar. Tidak beberapa lama kemudian, Yi Zhing ganti membunuh Zhao Gao. Namun Yi Zing hanya memerintah selama 46 hari saja dan setelah itu menahlukan diri kepada Lliu Bang. Peristiwa ini menandai berakhirnya Dinasti Qin untuk selama-lamanya.

2.4 Perkembangan Seni dan Teknologi Masa Dinasti Chin
            Peninggalan terbesar Dinasti Qin adalah makam Kaisar Qin Shihuangdai yang terletak di Xi’an, yang ditemukan pada bulan Maret 1974, serta ditemukannya patung-patung prajurit dan kuda dalam ukuran besar. Kaisar Qin Shihuangdai memang memerintahkan pembuatan patung-patung prajurit itu dengan maksud dapat menyertainya di alam baka. Patung-patung ini diberi warna dari 12 hingga 13 warna.  Penyatuan, perakitan dan pewarnaanya pun di kerjakan secara manual, sehingga inilah yang membuat patung-patung teakota ini tidak ada yang sama sepenuhnya. Secara keseluruhan terdapat delapan jenis patung :
1.    Patung Jenderal, yang dapat dikenali melalui ukuran tubuhnya dan sosok yang berwibawa.
2.    Patung Pejabat Militer tingkat tinggi, dapat dikenali melalui baju zirah dan hiasan yang dikenakannya.
3.    Patung Pasukan Kavaleri.
4.    Patung pengemudi kereta perang.
5.    Patung Pasukan penunggang kuda, yang dapat dikenali melalui pelindung kepala yang dikenakan.
6.    Patung pasukan Infanteri, masing-masing memegang senjata yang berbeda-beda.
7.    Pasukan panah, dengan sosok berlutut dan akan menembakan panah.
8.    Pasukan petarung dengan tangan kosong, dengan sosok tidak bersenjata dan tidak mengenakan baju zirah.

Terlepas dari semua itu, patung-patung ini memperlihatkan tingginya mutu karya seni semasa Dinasti Qin. Makam luar biasa ini dilengkapi dengan peta China beserta tiruan sungai-sungainya yang dialiri dengan air raksa. Karya besar lainnya semasa Dinasti Qin adalah istana kerajaan yang disebut dengan Istana E Pang, bangunan indah ini dapat memuat 10.000 orang dalam ruang tengahnya saja. Karena kaisar Qin Shihuangdai berhasil menahklukan enam negara, tentu saja keseluruhan juga ada enam istana lainnya disamping istananya sendiri yang sudah sangat besar itu. Sayangnya kompleks istana ini habis dibakar oleh Xiang Yu, dan konon karena luasnya yang luar biasa itu, api berkobar selama 3 bulan. Adapun Prestasi lain yang dilakukan oleh Kaisar Qin adalah penyatuan sistem penulisan, anak timbangan, ukuran, mata uang, dan lain sebagainya.

2.5 Perkembangan Pasca runtuhnya Dinasti Chin dan Berdirinya Dinasti  Han
Peristiwa runtuhnya Dinasti Qin dan berdirinya Dinasti Han tercatat dalam sebuah kitab yang berjudul Chuhan Cunqiu atau Kitab Musim Semi dan Rontok Masa Chu Han. Liu bang berhasil menakhlukan ibukota Qin karena jenderal Xiang Yu harus menghadapi pasukan Qin dikerajaan Zhao. Begitu Jenderal Xiang Yu tiba di Julu, pasukan gabungan segera bertempur melawan sisa-sisa pasukan Qin. Setelah Xiang Yu berhasil menggempur pasukan Qin, ia bergerak menuju Celah Hanguguan sampai jalan masuk menuju Xianyang (ibukota Negeri Qin) dan berjumpa dengan pasukan Liu Bang. Merasa akan kalah untuk menghadapi pasukan Xiang Yu, ia pun mengundurkan diri ke sebuah kota kecil di dekat Xianyang. Xiang Yu tetap diberi kesempatan untuk memasuki Xianyang , namun ternyata mereka merusak  istana Qin. Disini kita lihat pasukan Liu Bang mengalah  terlebih dahulu agar tidak perlu melawan pasukan yang lebih kuat, demi mencapai kemenangan di masa yang akan datang.
Pembagian China terjadi pada tahun 206 SM  dan nama Dinasti Han yang kelak didirikan oleh Liu Bang berasal dari nama kerajaan yang dibagikan Xiung Yu itu kepadanya. Setelah pembagian wilayah diantara panglima perang ini, tidak lama berselang terjadilah perang saudara diantara mereka. Xiang Yu yang telah memporak-porandakan ibukota dinasti Qin kemudian meninggalkan tempat itu dan bertolak menuju ke Pengcheng. Untuk memperlihatkan bahwa seolah-olah ia tidak berambisi sedikit pun untuk terlibat dalam perang saudara itu, Liu Bang atas nasihat Zhang Liang menghancurkan jembatan kayu yang merupakan satu-satunya jalan masuk ke Negerinya, sambil memperkuat angkatan perangnya sendiri secara diam-diam. Tidak lama berselang , angkatan perang yang dipimpin oleh Han Xin tiba di wilayah Yong dan berhasil mengalahkan rajanya yang bernama Zhang Han. Dalam waktu kurang sebulan, raja Sima Xin dari Sai dan Dong Yi dari Di juga menyerah. Kini tiga wilayah bekas kerajaan Qin menjadi daerah kekuasaan Liu Bang.
Guna menghadapi manuver Xiang Yu, Liu Bang mengangkat Han Xin sebagi Raja Han tandingan. Pada tahun 205 SM, Liu Bang mengirimkan rombongan untuk menjemput ayah dan istrinya, tetapi rombongan ini dihentikan oleh Xiang Yu. Akan tetapi di lain tempat pasukan Liu Bang berhasil menahklukan Zheng Cheng Raja Han, Sheng Yang Raja Henan, dan Sima Mao Raja Yin yang melarikan diri di Chaoge. Setelah menerima saran dari sosok orang tua bernama Donggong untuk melaksanakan acara perkabungan selama tiga hari bagi Kaisar Yidi yang telah dibunuh oleh  Xiang Yu di Xianyang. Beberapa Raja lain pun ikut serta menggabungkan kekuatannya dengan Liu Bang. Sehingga mereka pun berhasil merebut ibukota Chu, Pengcheng, tanpa pertumpahan darah.
Mendengar  bahwa ibukotanya telah direbut, Xiang Yu memimpin 30.000 pasukannya untuk melakukan perlawanan, dan telah berhasil menewaskan 100.000 pasukan Liu Bang. Beruntung sekali nasib Liu Bang yang berhasil meloloskan diri dari marabahaya itu meski setelah memohon  belas kasihan pada dua orang Jenderal Chu. Belakangan, Liu Bang berhasil berjumpa dan bergabung kembali dengan tentearanya yang dipimpin oleh Lu Ze dan melanjutkan pertempuran melawan Xiang Yu. Han Xin bergabung dengan Liu Bang di Yingyang, serta berhasil mengalahkan pasukan Chu diberbagai tempat. Kenudian Liu Bang mengangkat puteranya yang berusia 5 tahun, Liu Ying, sebagai putera mahkotadan memerintahkan jenderalnya yang bernama Xiao He menjaga wilayah yang berada di dalam Celah Hanguguan. Raja Wei yang bernama Bao, dimana  yang semula ia meminta izin kepada Liu Bang untuk pulang ke kampung halamannya, sekembalinya ia disana ia malah menerbitkan pemberontakan melawan Liu Bang. Namun seketika Han Xin diutus oleh Liu Bang untuk memadamkan pemberontakan tersebut. Han Xin sengaja membuat perahu –perahu perang di Linjin untuk mengecoh pasukan Wei, akan tetapi secara diam-diam ia membuat jembatan dari kayu di Xiayang dan mengalahkan pasukan Wei di Dhongzan. Pasukan Han berhasil pula merebut kota Anyi. Sementara itu di Quyang Han Xin berhasil menawan Wei dan dilanjutkan dengan menahklukan ibukota Wei di Pingyang.
Selanjutnya Han Xin meminta 30.000 tentara guna menahklukan kerajaan Zhao. Han Xin berencana menahklukan Zhao, Yan, dan Qi sebelum menahklukan Xiang Yu. Pertempuran sengit pun segera pecah dan pihak Zhao berhasil dikalahkan dan Rajanya Zhao Xie dihukum mati oleh Han Xin. Raja Yan Zang Tu berhasil di bujuk oleh Han Xin untuk menyerah secara damai, dan Raja Qiujiang berhasil dibujuk untuk menyerah dan bergabung dengan Liu Bang. Akhirnya, seluruh Rajamuda berhasil disatukan di bawah panji-panji Liu Bang.
Lawan Tangguh Liu Bang kini tinggallah Xiang Yu. Pertempuran yang menentukan dilancarkan di suatu tempat yang kini menjadi bagian provinsi Anhui. Karena putus asa Xiang Yu melarikan diri, Yuji selirnya membunuh dirinya sendiri agar tidak menyusahkan Xiang Yu. Xiang yu kini mulai merasa hidup sudah tidak ada artinya lagi, dan ia pun ikut bunuh diri menyusul selir kesayangannya itu ke alam baka. Kini terbukalah jalan bagi Liu Bang untuk mengangkat dirinya sendiri sebagai Kaisar pertama Dinasti Han. Peristiwa ini terjadi pada Tahun 202 SM.


III.           PENUTUP

3.1 Simpulan
            Dinasti Chin merupakan dinasti yang usianya tidak panjang. Pada dinasti ini terjadi berbagai perubahan yang cukup signifikan bagi perkembangan sejarah Cina. Bukan hanya dari segi politik (proses unifikasi), tetapi dari segi budaya yaitu pembangunan tembok raksasa terpanjang. Kasiar yang paling terkenal pada dinasti ini adalah Shih Huang Ti, yang dikenal dengan sebutan golongan pendiri kerajaan-kerajaan besar. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh kaisar ini cenderung otoriterian, terlihat dari sikap egoisme dan ketidakadilan pada rakyat. Diantaranya kebijakan satu ideology tertentu yaitu faham legalisme, dan dihapuskannya system feudal, yang justru menimbulkan bentuk penjajahan gaya bartu, petani dipaksa membayar upeti dan pajak kepada kaisar.
            Salah satu peninggalan terbesar Dinasti Chin  adalah makam Kaisar Chin Shihuangdi yang terletak di Xi’an, provinsi Shaanxi dan istana kerajaan yang disebut dengan Istana E Pang.

3.2 Saran
            Setelah membahas materi tentang Sejarah Asia Timur, saran yang dapat disampaikan umumnya bagi khalayak yang telah membaca makalah ini, diharapkan mampumengetahui Sejarah Berdirinya Dinasti Chin Pada Masa China Kuno, sehingga dengan mengkaji hal tersebut diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan.



DAFTAR RUJUKAN

a) Sumber Utama
Taniputera, Ivan. 2008. History Of China. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Chunjiang, Fu. 2009. Chinese History. Jakarta: PT Elex Fu Chunjiang
Wiriaatmadja, Rochiati. 2003. Sejarah Peradaban Cina. Jakarta: Katalog
            Dalam Terbitan
A Bain, Chester. 1962. The Far East

b) Sumber Penunjang
http://Sejarah-Cina-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html
http://Sejarah-Cina.html
http://Peradaban-dan-Perkembangan-Dinasti-di-Cina.html

1 komentar:

Unknown mengatakan...

halo ..

tolong donkkasih tau tindakan kaisar yg manusiawi dan tidak manusiawi kaisar Qin shi huang pada dinasti Qin