I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cina
merupakan negara terbesar di Asia timur sehingga selama berabad-abad selalu
menduduki posisi penting dalam sejarah Asia Timur. Sampai akhir abad ke 19,
Korea dan Jepang kebudayaannya masih berinduk pada Cina. Cina merupakan sumber
peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur. Cina juga merupakan
negara yang memiliki peradaban tua. Cina memiliki wilayah yang begitu luas
serta keadaan alam yang sangat heterogen, sejarah bangsa Cina juga sudah di
mulai berabad-abad sebelum masehi. Dataran Cina sangatlah luas dan ada beberapa
macam-macam tanah dan daerah. Hal ini akan menyebabkan bermunculan berbagai
tanaman, tumbuhan dan binatang. Daerah yang beraneka ragam merupakan salah satu
faktor tumbuh dan berkembangya kebudayaan suatu negara. Hal yang istimewa dari
Cina walaupun wilayahnya luas dan berbeda namun tetap bisa bersatu.
Pusat
kelahiran dinasti/pemerintahan di Cina berada di daerah pertemuan lembah sungai
Hoang Ho dan lembah sungai Yang tze Kiang. Secara geografis pusat pemerintahan
dinasti terletak di Cina Utara. Perjalanan kekaisaran Cina ditandai oleh
pemerintahan dinasti yang silih berganti dalam kurun waktu tertentu. Banyak
dinasti yang memerintah namun dinasti-dinasti yang besar memerintah di Cina
sampai awal masehi secara berurutan adalah sebagai berikut: Hsia Shang (Yin),
Chou, Chin (Qin), dan Han.
Jika
kita mengkaji dinasti-dinasti yang tumbuh di Cina, perhatian kita pasti tak
akan lepas pada Dinasti Ch’in. walaupun usia dinasti ini tidak panjang, tetapi
dari segi sejarah dan budaya, masa dinasti ini banyak sekali goresan tinta
sejarah yang tak dapat dilupakan sampai sekarang. Diantara karya terbesar
dinasti ini adalah pembangunan tembok raksasa terbesar dan terpanjang didunia
yang masuk dalam delapan keajaiban dunia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cikal-bakal berdirinya Dinasti Chin?
1.2.2 Bagaimana perkembangan Dinasti Chin?
1.2.3 Apa yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Chin?
1.2.4 Bagaimana Perkembangan seni dan teknologi pada masa
Dinasti Chin?
1.2.5 Bagaimana pasca runtuhnya Dinasti Chin dan berdirinya
Dinasti Han?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Mengetahui cikal-bakal berdirinya Dinasti Chin
1.3.2 Mengetahui perkembangan pada masa Dinasti Chin
1.3.3 Mengetahui penyebab runtuhnya Dinasti Chin
1.3.4 Mengetahui perkembangan seni dan teknologi pada masa
Dinasti Chin
II.
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Berdirinya Dinasti Chin
2.2.1 Perjalanan Panjang Dinasti Chin Menjadi Penguasa China
Dinasti Qin menurut leluhurnya pada seseorang bernama Bo Yi
uang hidup semasa pemerintahan kaisar legendaris Shun. Para sejarawan. Para
sejarawan mengatakan bahwa tidak berbeda dengan leluhur Dinasti Zhou, leluhur
Dinasti Qin ini dahulunya merupakan salah satu anggota suku barbar Yi yang
menghuni bagian barat China. Mereka selanjutnya meninggalkan budaya barbar
mereka dan mengadopsi budaya China tengah. Ayah Bo Yi yang bernama Da Ye
merupakan seorang putra dari wanita bernama Nuxiu. Legenda menyatakan bahwa
wanita tersebut hamil setelah menelan telur burung layang-layang. Hal ini
barangkali membuktikan bahwa puak Qin dahulunya merupakan keturunan suku Yi
Timur (Dongyi) yang memiliki totem pemujaan berbentuk burung.
Bo Yi memiliki dua orang anak, yakni Niaoshu-shi dan Fei
shi. Kata Niao sendiri berarti burung, fakta ini mungkin sekali lagi menegaskan
bahwa mereka dulunya adalah anggota suku pemuja burung Yi Timur (Doongyi).
Keturunan Fei shi bernama Fei Chang pernah membantu mengulingkan Dinasti Xia. Sementara
itu, keturunan Niaoushu-shi bernama Zhongyan dikatakan memiliki mulut dan cakar
seperti burung. Keturunan yang bernama Fei Zi hidup semasa pemerintahan kaisar
Zhou Xiaowang (± 909-894 SM). Ketika kaisar Xiaowang memerintahkan Bangsawan
Shen (Shenhou) untuk menyerang suku barbar Quang-rong pada tahun 909 SM, pada
saat bersamaan, Fei Zi hidup di sebuah tempat bernama Quanqiu (Propinsi Shenxi
sekarang) dan berhasil membudidayakan kuda di daerah sekitar Sungai Weishui.
Bangsawan Shen yang putrinya menikah dengan Daluo (ayah Fei Zi), suatu saat
membujuk kaisar Xiaowang agar menganugerahkan nama Ying pada keturunan Daluo
agar mereka bersedia membantu mengendalikan suku barbar Xirong, dimana ini
memperlihatkan betapa besarnya pengaruh keturunan Daluo pada suku barbar itu.
Kaisar Xiaowang mengabulkan saran ini dan menganugarahkan keturunan Daluo
sebuah negeri yang bernama Qin (Kini di timur propinsi Ganzu) dan untuk
seterusnya putra Daluo dikenal sebagai Qiin Ying. Qin selanjutnya mennjadi
salah satu negara bagian Dinasti Zhou.
Qin Yin dianggap sebagai raja Qin yang pertama. Sepak
terjang penguasa Qin berikutnya tampak pada Kaisar Zhou Liwang. Pada saat itu
suku barbar Xiring telah menyerang bagian barat Dinasti Zhou dan telah membunuh
banyak kerturunan Daluo. Penguasa Qin saat itu, Qin Zhong (memerintah 845-822
SM) keturunan keempat Qin Ying ikut terbunuh. Putra pertama Qin Zhong dengan
bantuan adik-adiknya menbalas dendam ayahnyadan mengalahkan suku Xirong dengan
didukung 7.000 tentara pinjaman dari Dinasti Zhou. Putra pertama Qin Zhong ini
kemudian mengantikan ayahnya yang telah terbunuh sebagai raja dengan gelar
Zhuanggong (memrintah 821-779 SM). Ia mengamankan wilayan barat kerajaan dan
menerima gelar Xichui Dafu (atau Penguasa Agung Wilayah Paling Barat).
Pada tahun 771 SM, suku barbar Quanrong menyerang Dinasti
Zhou dan membunuh kaisar Youngwang (781-771 SM). Pangeran Ji Yijui berhasil
melarikan diri dan memindahkan ibukotanya kesebelah timur setelah diangkat
menjadi kaisar dengan gelar Pingwang (770-720 SM). Sejak saat itu Dinati Zhou
mencapai babak baru yang disebut Zhou Timur. Negara bagian Qin kemudian menjadi
pelindung kaisar dari serangan suku barbar. Sebagai imbalannya kaisar
menjanjikan kepada suku Qin untuk memberikan daerah Feng dan Qishan bila berhasil
mengalahkan suku Quanrong serta mengambalikan kedaulatan Dinasti Zhou. Kaisar
Pingwang lalu menganugerahkan gelar Xianggong pada putra raja Qin Zhuanggong
yang bernama Ying Kia (memerintah 777-786 SM). Dengan bantuan raja muda Qin ini
suku Quanrong berhasil ditundukan.
Raja muda Xianggong meninggal pada tahun 786 SM ketika
sedang berperang melawan suku barbar Rong di Qishan dan digantikan oleh Wengong
(memerintah 765-716 SM). Pada tahun ke-13 pemerintahannya, ia memutuskan untuk
membangun ibu kota di Qishan, menahlukan suku Rong disana serta merebut kembali
sebagian wilayah Zhou saat itu dikuasai oleh suku barbar. Raja-raja Qin
berikutnya masih sering terlibat peperangan dengan suku barbar di sekitarnya.
Penguasa negeri Qin terkemuka berikutnya adalah Mugong
(659-621 SM), yang berhasil menahlukan negara-negara di bagian Barat wilayah
China dan menjadi penguasa belahan Barat kekaisaran. Kaisar menghadiahkan
sebuah genderang emas kepada raja Qin sebagai ucapan selamat atas kesuksesannya
itu.
2.2.2
Reformasi Shang Yang
Kemajuan negeri
Qin bertambah pesat semasa pemerintahan Raja Qin Xiaorong (memerintah 361-338
SM).Pada tahun pertama pemerintahannya, ia mencari orang berbakat dari seluruh
wilayahnya untuk membantunya memulihkan kejayaan negeri Qin. Seorang penganut
aliran legalisme (fajia) yang bernama
Shang Yang (?-338SM) mendengar pengumuman raja Qin dan mendaftarkan dirinya.
Raja menerima lamarannya dan ia mulai mengabdi di istana Qin semenjak tahun 361
SM. Shang Yang mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia itu jahat dan harus
diperintah dengan mengunakan kekerasan. Ia adalah penganut legalisme yang
menekankan penerapan hukum dengan tegas sebagai landasan bagi pembangunan
negara, tetapi bukan berarti memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror)
sehingga rakyat takut. Tegasnya, pelaksanaan undang-undang ini tidak pandang
bulu, bahkan seorang bangsawan harus dihukum sesuai undang-undang yang berlaku.
Kebijaksanaan yang digariskan oleh Shang Yng untuk negara Qin antara lain:
§ Menghapus
gelar bangsawan berdasarkan warisan, dan hanya orang berjasa dalam peperangan
yang dapat memperoleh gelar bangsawan, sedangkan anak cuccunya tidak dapat
mewarisinya.
§ Menata
administrasi pemerintahan dengan jalan mengelompok-kelompokan kota kecil
menjadi 31 kabupaten dan mengangkat pejabat sebagai kepanjanan tangan
pemerintah pusat.
§ Melarang
terbentuknya keluarga besar.
§ Melaksanakan
reformasi pertanian. Rakyat yang membuka lahan baru duberi kesempatan untk memiliki lahan tersebut, sehingga
pertumbuhan ekonomi meningkat dan pendapatan rakyat bertambah.
§ Menerapkan
ekonomi daerah dengan jalan membagi rakyat di daerh-daerah menjadi beberapa
kelonpok dan masing-masing diizinkan memilih sendiri ketua kelompoknya.
§ Menetapkan
jenjang pangakat dalam kemiliteran serta anugerah atas jasa-jasa mereka,
sehingga kemampuan militernya meningkat drastis.
§ Memberikan
hadiah kepada petani yang sukses bercocok tanam dan menghukum mereka yang
panennya berkurang. Hal ini memaksa petani untukterus menigkatkan hasil
pertanian mereka.
§ Mendirikan
ibukota baru di Xianyang yang lebih strategis.
§ Menetapkan
suatu standar ukuran, antara lain ukuran satuan panjang, ukuran kereta, lebar
jalan raya, dan sebaginya agar terjadi keseragaman di seantero kerajaan.
§ Menetapkan
undang-undang yang adil dan tegas dalam pelaksanaannya. Jika putra mahkota
melangar hukm, bukan ia saja yang di hukum, namun guru yang mengajarnya juga
harus menerima hukuman. (Zaman dulu guru selali menetap di istana dan
mendampingi putra mahkota).
Reformasi Shang Yng tersebut diterapkan pada masa
pemerintahan Raja Qin Qiaogong, kurang lebih seratus tahun sebelum lahirnya
Ying Zheng (Qin Shihuang) pendiri Dinasti Qin yang kelak mempersatukan kembali
seluruh China. Guna memperkenalkan hukum pada rakyat, Shang Yng mengadakan
sayembara untuk memindahkan sebatang tongkan kegerbanglainnya di kota itu,
suatu pekerjaan yang tentunya sangat mudah dengan menghadiahkan 10 ons emas
(suatu jumlah yang relatif besar menurut ukuran jaman itu). Orang menertawakan
dan tidak mempecayai sayembara itu. Karena tidak ada yang bersedia mengikuti
sayembara ini, Shang Yang menaikan hadiahnya menkadi 50 ons emas, rakyat masih
juga tidak mempercayainya, hingga ada seorang pemuda yang melakukannya dan
benar-benar di beri hadiah oleh Shang Yang. Tindakan ini membangkitkan kepercayaan
rakyat terhadap hukum yang memberikan imbalan bagi seseorang yang berjasa dan
menghukum mereka yang bersalah.Shang Yng menerapkan hukuman ini tanpa pandang
bulu, bahkan kaum bangsawan juga tidak luput dari hukuman. Sebagai contoh,
tatkala Pangeran Huewenjun melangar hukum Shang Yang menyalahkan dan menghukum
guru pangeran yang bernama Gongsu Jia dengan jalan memotong hidungnya. Shang
Yang juga mengembangkan sistem saling
memeta-matai dikalangan rakyat.Ia menjadikan lima keluarga sebagai saatu bao dan sepuluh bao akan dihukum bersama-sama bila mereka gagal melaporkan
kejahatan yang dilakukan oleh tetangganya. Lebih jauh lagi ia juga melarang
dibukanya gerbang-gerbang kota pada malam hari untuk mencegah larinya para
penjahat atau buronan.
Negeri bagian Wei barusaja di kalahkan oleh Qi yang dibantu
oleh seorang strategi militer bernama Sun Bin. Shang Yang mengusulkan pada raja
Qin untukmenyeeerang Wei yang saat itu kondisinya masiih kacau. Qin menyerang
Wei dan pengerannya yang bernama Gongsi Mau berhasilditawan dengan tipu
muslihat. Penyanderaan ini berhasilmemaksa Wei untuk menyerah dan memindahkan
ibukotanya dari Anyi ke Daliyang (Kaifeng sekarang) serta meyerahkan wilayahnya
yang terletak di bagian barat sungai pada Qin. Atas keberhasilannya ini Shang
Yang diberi gelar pangeran dan di beri suatu daerah kekuasaan.
Setelah mencapai beberapa kesuksesan Shang Yang akhirnya
mulai makin membabi buta dalam menerapkan prinsipnya itu sehingga menjadi
terlalu keras dan terkesan seperti teror. Banyak orang yang berubah
membencinya. Seseorang bernama Zhang Liang berusaha untuk menasihatinya dengan
menganjurkan agar Shang Yang tidak bertindak terlalu tegas dan keras dengan
prinsipnya itu, dimana ketegasan yang berlebihan justru akan lebih banyak
menimbulkan musuh. Ia mengutip Shijing
yang mengatakan bahwa seseorang yang dapat memenangkan hati rakyat akan
berhasil dan sebaliknya orang yang kehilangan simpati mereka akan jatuh. Selain
itu, Zhang Liang juga mengutip Shangshu yang
menyebutkan bahwa mereka yang melandaskan dirinya pada kekerasan akan
musnah,sedangkan mereka yang menyadari dirinya pada kebijakan akan bertahan.
Sebagai jalan keluarnya Zhang Liang menganjurkan agar Shang Yang untuk pensiun
saja, tetapi ia menolak saran ini.
Belakangan setelahkematian Qin Xiaogong pada tahun 339 SM,
orang-orang yang membencinyaberusaha untuk membalas dendam, terutama pada
bangsawan yang kehilangan gelar dan hak istimewa mereka dalam hal kekebalan
hukum. Gongsi Qian yang pernah dihukum oleh Shang Yang menuduhnya sebagi
penghianat. Kini dari seseorang yang berkuasa dan ditakuti, Shang Yang telah
berbalik nasibnya menjadi seseorang buronan. Ia berusaha melarikan diri pada
malam hari tetapi gagal, karena dahulu telah diperintahkan kepadanya bahwa
gerbang kota tidak boleh di buka pada malam hari (demi menjaga melarikan
dirinya seorang penjahat). Dicobanya untuk beristitahat dan bersembunyo di
rumah penduduk, tapi di tolak oleh tuan rumah dengan alasan bahwa dulu Shang
Yang pernah melarang mereka menyembunyikan penjahat atau buronan. Shang Yang
mencobamelarikan diri ke negeri Wei, tetapi rakyat dari negeri itu mngusirnya,
karena dahulu ia pernah menganjurkanraja Qin menyerang mereka serta menyandera
pangeranWei. Karena tidak ada jalan lain akhirnya S hang Yang terpaksa pulang ke
daerh kekuasaannya sendiri dan mengumpulakn pasukan guna melakukan
pemberontakan melawan Qin yang dahulu pernah diabdinya. Terapi, pasukan Qin
yang lebih kuat berhasil mengalahkan dan menangkapnya. Pangeran Huewenjung yang
dahulu gurunya pernah dihukum oleh Shang Yang kini telah menjadi raja
mengantikan ayahnya dengan gelar Huiwang (337-311 SM). Ia masih menaruh dendam
pada Shang Yang dan karenanya ia memberikan hukuman yang kejam. Tubuh Shang
Yang diikatkan pada lima ekor kuda yang berlari ke arah yang berlainan hingga
tercabik-cabik. Meskipun Shang Yang meninggal dengan caratragis (sama seoerti
Wu Qi), sepuluh tahun setelah reformasi yang dicanagkannya itu, Qin tumbuh
menjadi negara bagian terkuat di seluruh China.
Pada tahun 262 SM, Q in mengirimkan pasukannya untuk
melakukan ekspedisi penahkukan ke daerah Shangdang yang merupakan wilayah
negeri Han yang paling lemah. Gubernur Shangdangdengan cerdik memberikan tujuh
puluh kota yang berada di bawabh kekuasaanya pada pihak Zhao dengan harapan
agar pihak Qin mengalihkan serangannya ke pihak Zhao. Begitu serangan dialihkan
pada pihak Zhao, Han berharap agar Zhao bersedia untuk bersekutu dengannya
untuk menghentikan aksi militer Qin. Zhao segera mengerahkan 200.000 prajurit
dibawah pimpinan Jenderal Lian Po untuk mempertahankan Shangdang. Ternyata
ketika Lian Po tiba, Shangdangtelahjatuh ketangan Qin. Lian Po selanjutnya
membangun perkemahan bagi pasukannya di tepi sungai Merah, membangun benteng
pertahanan, dan menggali parit penyimpana air yang dalam. Dengan demikian pihak
Zhao dapat bertahan dari serangan Qin selama tiga tahun.
Pihak Qin tentu tidak ingin peperangan itu menjadi
berlarut-larut. Fan Ju, seorang strategi milliter Qin, mencoba untuk mengakhiri
kondisi berimbang ini. Langkah pertama yang dilakukannya adalah menyebarkan
kebohongan mengenai Lian Po bahwa Jenderak yang paling ditakuti oleh pihak Qin
sesunguhnya adalah Zhao kuoyang kemampuannya sangat jauh di bawah Lian Po. Zhao
termakan desas-desus ini dan mengantikan Lian Po dengan Zhao Kou. Di medan
pertempuran, Zhao Kuo tertipu oleh siasat Qin dengan mengerahkan 10.000
perajurtnya melawan 3.000 prajurit Qin yang dipimpin oleh Jenderal Bai Qi. Zhao
kuo berhasil memenagkanperperangan ini dan merasa bangga, padahal ini memang
siasat Qin demi membangkitkan sikap takabur tadalm diri Zhao. Keesokan harinya,
dua orang Jenderal Qin yang masing-masing membawa 10.000 pasukan mengempur Zhao
dan membiarkannya menag guna memancingnya jauh memasuki daerah musuh. Zhao
termakan siasat itu, dan secara tiba-tiba muncul dua orang Jenderal Qin lain
yang masing-masing memimpin 15.000 pasukan menghadang bagian belakang
pasukannya guna memutuskan mata rantai perbekalannya. Dlam pertempuran ini Zhao
berhasil dikalahkan dan kelak dalam beberapa puluh tahun berikutnya negeri ini
jatuh sepenuhnya ke tangan Qin.
2.2.3 Yin Zheng Menyatukan Seluruh China dan Mendirikan
Dinasti Chin
Kurun
waktu pemerintahan Dinasti Qin ini sesenguhnya tergolong singkat,
yakni dari tahun 221
hingga 207 SM atau hanyasekitar 14 tahun. Kita telah mengetahui sebelumnya
bahwa Qin adalah salah satu dari sekian banyak negara bagian Dinasti Zhou. Dari
sebuah negara kecilia mampu berubah menjadi sebuah kemaharajaan besar yang
menguasai seluruh China. Meskipun usianya hanya singkat, namun dinasti ini
memiliki beberapa arti penting bagi perkembangn budaya Tionghoa. Untuk
memahaminya, kita perlu mempelajari secara singkat riwayat pendiri dinasti ini
yang bergelar Qin Shihuangdi.
Kaisar Qin Shihuangdi dilahirkan pada tahun
259 SM dengan nama Ying Zheng. Masa kelahirannya merupakan saat peperangan yang
tidak ada putus-putusnya diantara negara-negara bagian feodal untuk
memperbutkan kekuasaan tertinggi (disebut denga “Masa Perang Antar Negeri” ysng
berlangsung dari tahun 475-221 SM). Ayahnya adalah Raja Zhuangxiangwang
(Pangeran Zhichu alias Yiren, memerintah 250-246 SM) dari kerajaan Qin dan
Ibunya bernama Zhao Ji yangmmreupakan bekas selir pedangang kaya Lu Buwei. Para
sejarawan kemudian mengatakan bahwa Zheng sesungguhnya adalah putera Lu Buwei, namun
sifat-sifat anak tersebut, yakni kemampuannya dalam stategi di gabungkan dengan
semangat peperangan telah menjadi ciri khas penguasa Qin sebelumnya. Ketika
masih muda ayah Ying Zheng adalah sandera di negeri Zhao dan Lu Buwei telah
berjasa kepadanya untuk melarikan diri dari negeri tersebut. Sebagai balas jasa
Lu Buwei diangkat sebagai peerdana menteri setelahia menjadi raja. Lu kemudian
dititahkan untuk menyerang ibukota Dinasti Zhou pada 256 SM dan berhasil
menahlukannya. Ia membuang Kaisar serta Bangsawan Dinasti Zhou Belahan Barat ke
Lingxian yang terletak di Provinsi Henan sekarang. Kaisar Zhou Nanwang serta
Bangsawan penguasa Dinasti Zhou Belahan Barat wafat pada tahun itu juga, sehingga
menamatkan riwayat Dinasti Zhou yang telah berkuasa selama kurang lebih 8 abad.
Tatkala
berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dan Zheng dinobatkan sebagai penguasa baru
kerajaan Qin.Pada mulanya Lu Buwei dan Ratu Zhao Ji memerintah sebagai wali,
namun tatkal keduanya terlibat skandal, jabatan sebagai wali rajapun diambil
alih dari mereka. Semenjak tahun 238 SM, Zheng memerintah sendirian. Kerajaan
Qin saat itu menganut ajaran legalisme (fajia)ShangYang,
yang mengatakan bahwa pemerintahanharus diperintah dengan disiplin keras.
Ajaran Shang Yang ini diterapkan semasa pemerintahan raja Qin Xiaogong, kurang
lebih seabad sebelum Ying Zheng lahir, sehingga dengan demikian ia telah
memiliki modal kuat untuk menyatuk an daratan China. Usaha untuk menyatukan
China kini terbebankan pada pundak Ying Zheng. Antara tahun 240-221 SM,
mulailah usaha Zheng untuk menahlukan seluruh China. Pada masa awal
kekuasaannya, Qin telah meguasai seluruh profinsi Sichuan serta daerah Yang
terletak diantara Sichuan serta Shenxi. daerah ini selanjutnya dinamakan Nan
Jun. Qin juga telah menguasai bekas wilayah Dinasti Zhou dan menamaknnya San
Chuan Jun.
Qin
mulai menahlukan negeri-negeri yang masih tersisa satu-persatu. Pada tahun 244
SM, pasukan Qin yang dipimpin oleh Jenderal Meng Ao merebut 13 kota dari
Kerajaan Han dan 2 tahun kemudian 20 kota direbut dari pihak Wei. Demikianlah,
dalam serangkaian peperangan antara tahun 230-221 SM, kaisar Qin menahlukan
Han, Zhao, Wei, Yan, Chu, dan Qi. Raja Han (An) menyerah pada tahun 230 SM,
sedang raja Zhao menyerah pada tahun 228 SM. Ying Zheng pergike Handan, ibukota
Zhao dan membantai seluruh rakyat Zhao yang dahulu pernah menghinanya semasa
menjadi tahanan di sana bersama ayahnya. Salah seorang pangeran dari Negeri
Zhao yang bernama Jia melarikan diri ke Prefektur Dai serta menyatakan dirinya
sebagai raja Dai. Pangeran Jia kemudian bersekutu dengan kerajaan Yan. Pada
tahun 227 SM mengirim seorang pembunuh bernama Jing Ke untuk membunuh Ying
Zheng.
Cara
yang dilakukan untuk mendekati raja Qin itu adalah dengan berpura-pura hendak
menyerahkan peta negeri Yan sambil menyelipkan sebilah pisau dalam gulungan
peta itu. Rencananya, ketika sedang bersama-sama membuka gulungan itu Jing Ke
akan meraih belati itu dan membunuh raja, tetapiternyata gagal. Tahun 224 SM,
Jenderal Wang Jian diperintahkan untuk menyerang Chu. Raja Chu Fuchu terpaksa
menyerah, tetapi sementara itu Jenderal Xiang Yan dari negeri Chumengangkat
Pangran Changpingjun sebagai raja Chu yang baru dan menahan serangan Qin di
sebelah selatan Sungai Huai. Namun, pada tahun 223 SM, Jenderal Wang Jian dan
Jenderal Meng Wu mengalahkan sisa-sisa pasukan Chu ini dan membunuh
Changpingjun, sedangkan Jendeal Xiang Yan membunuh dirinya sendiri serangan
dialihkan ke negeri Dai yang didirikan oleh Pangeran Jia dan berhasil menangkap
rajanya. Kini tinggal Qi yang belum ditahlukan dan Ying Zheng segera mengirim
Jenderal Wang Ben kesana untuk menyerang negeri tersebut. Tahun 221 SM, Raja Qi
Jian meyerah tanpa syarat dan wilayahnya digabungkan ke dalam daerah kekuasaan
Qin.
Kini
paripurna telah meyudahi usahanya untuk meyatukan kembali seluruh China. Ying
Zheng mendirikan dinasti baru sebagai dinasti penganti Dinasti Zhou serta
mengelari dirinya Qin Shihuangdi, yang berarti kaisar pertama Dinasti Qin. Ia
adalah penguasa pertama yang tidak mengelari dirinya wang (raja), melainkan kaisar
(huangdi). Istilah baru yang
digunakan untuk mengelari dirinya ini terdiri dari dua kata, huang dan di, yang kedua-duanya
sama-ssam aberarti penguasa atau raja (penggunaan dua kata yang sama artinya
ini, menegaskan bahwa Ying Zheng hendak menyatakan bahwa dirinya lebih tinggi
dibandingkan dengan sekedar raja). Gelar baru bagi sebutan kaisar tersebut
bertahan selama lebih dari 2.000 tahun, yakini hingga berakhirnya sistem
monarki pada tahun 1911. Jeberhasilan ini menunjukan keberhasilan Ying Zheng
dalam menyatukna China dari keterpecah belahannya selama ratusan tahun menjadi
suatu pemerintahan terpusat yang kuat. Guna mengadakan administrasi
pemerintahan, Ying Zheng membagi negerinya menjadi 36 provinsi yang dihubungkan
oleh jalan raya dengan panjang keseluruhan 7.500 km, suatu prestasi yang
melebihi Bangsa Romawi.
Pada
masa pemerinyahannya China masih sering mengalami serangan bangsa barbar dari
utara. Untuk mengatasinya, Kaisar Qin Shihuangdi memerintahkan pembangunan
tembok besar yang kemudian pada praktiknya dilakukan dengan penuh kekejaman.
Kendati demikian, tembok yang membentang sekitar 3.000 km in dapat dikatakan
sebagai salah satu mahakarya Bangsa Tionghoa. Kaisar Qin juga melakukan
standarisasi huruf dan ukuran yang berlaku di negerinya, sehingga kita pada
saat ini hanya mengenal satu sistem penulisan huruf Tionghoa saja.
Terlepas
dari jasa tersebut, kaisar Qin Shihuangdi merupakan seorang tiran yang kejam.
Salah satu kekejaman yang dilakukannya adalahdengan membakar buku-buku karya
ahli filsafat zaman dahulu yang isinya bertentangan dengan pokok-pokok pikiran
legalis (misalnya Konfusianisme). Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kritik
terhadap pemerintahannya. Para sarjana yang menolak untuk menyerahkan
kitab-kitab tersebut dihukum denga jalan dikkubur hidu-hidup. Sebaliknya,
kitab-kkitab yang tidak perlu dimusnahkan adalah kitab-kitab yang membahas
mengenai ilmu pertanian (nongjia),
ilmu perang (bingjia), ramalan dan
ilmu pengobatan.
Pada
kenyataanya tidak semua buku-buku terlarang musnah, buktinyaa pada masa
DinastiHan masih banyak orang-orang memiliki buku-buku bernafaskan ajaran rujia (Konfusianisme) itu. Salahsatu
faktor yang membuat Qin Shihuangdi marah terhaddap penganut rujia adalah ketika ia hendak mengadakan
upacara Fengchan (semacam upacara pengukuhan/legitimasi sebagai kaisar oleh
para leluhur) di Gunung Tai, ternyata penganut rujia tidak tau bagaimana tatacara upacara Fengchan itu, bahkan
sesama mereka sendiri malah saling mempertengkarkan tatacara upacara ritual
itu. Faktor lain adalah kemarahan kaisar terhadap dua orang penganut
konfusianisme yang bernama Lu Sheng dan Huo Sheng, karena menipu dalam
pembuatan obat panjang usia. Li Si yang juga pernah berselisih dengan sarjana
Konfusianisme bernama ChunyuYe juga mendukung kaisar untuk membakar buku-buku
filsafat selain ajaran legalisme. Tercatat 346 sarjana menjadi korban dari
kebiadaban ini. Putra mahkota Fu Su pernah memohon kepada ayahnya untuk
mengampuni para sarjana yang di hukum mati tersebut, tetapi kaisar menjadi muka
dan membuangnya ke daerah Changjun. Kaisar menipu para gubernur provinsi agar
mengirim para sarjana Konfusianisme yang berada di wilayahnya sehingga
terkumpulsekitar 700 sarjana. Mereka semua lalu dilempari batu hingga mati
disebuah lembah yang belakangnya disebut dengan “Lembah Pembantaian Para
Sarjana Konfusianisme”.
Pembangunan
tembok besar banyak menimbulkan korban jiwa. Hal ini dikarenakan buasnya alam
dan minimnya prasarana pada masa itu. Bahkan,
karena tidak ada waktu untuk memakamkannya, mayat-mayat orang yang
meninggal ikut ditembok begiti saja.
2.2 Perkembangan
Dinasti Chin
Karena kekejaman dan kekerasannya,
rezim Qin tidak bertahan lama dan hanya bertahan selama dua generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM
saat berada dalam perjalanan mengelilingi kerajaan.
seharusnya
yang ditunjuk sebagai pengganti adalah putra mahkota Fu Su, yang saat itu
sedang dihukum oleh ayahnya di Changjjun. Namun, Li Si (penasihat kaisar) dan
Zhao Gao (seorang kasimlicik yang belakangan mengendalikan kekuasaan Dinasti
Qin) memalsukan surat wasiat yang isinya memerintahkan agar Fu Su melakukan
bunuh diri. Zhao Gao kemudian merekayasa agar putra kedua raja, yang bernama Hu
Hai naik tahta dengan gelar Er Shihuangdi (Kaisar Kedua). Rekayasa politik ini
dilakukan karena khawatir apabila Fu Su yang naik tahta, mereka berdua akan
kehilangan jabatannya. Pada zamannya terjadi penindasan yang lebih besar
terhadap rakyat dengan jalan menaikan pajak. Para petani yang hidupnya telah
menderita dibawah Dinasti Qin melakukan berbagai pemberontakan, yang semakin
subur bagaikan cendawan di musim hujan. Sejarawan terkenal pada masa Dinasti
Han, Tong Zhingshu menguraikan kesengsaraan rakyat pada zaman tersebut dengan
ungkapan sebagai berikut “Orang miskin kerapkali memakai pakaian lembu dan kuda
serta makan makanan anjing dan babi” Belakangan, Zhao Gao menyingkirkan Li Si
dengan jalan memfitnah, sehingga dia dan keluargnya di jatuhi hukuman mati.
Zhao
Gao makin menanamkan pengaruhnya yang besar kepada Hu Hai dan mengendalikan
seutuhnya roda pemerintahan Dinasti Qin. Untuk menunjukan betapa besar
pengaruhnya pada kaisar, suatu kali Zhao Gao menghadiahkan rusa pada kaisar
denagan mengatakan bahwa itu adalah kuda. Kaisar merasa kebingungan dan berkata
bukankah itu rusa. Zhao Gao menyarankan agar kaisar menanyakan sendiri pada
para menterinya. Menteri-menteri yang ketakutan terpaksa mengiyakan saja apa
yang dikatakan Zhao Gao, kecuali beberapa menteri yang setia dan berpegang pada
kebenaran. Sebagai akibat pembangkangan itu, mereka kemudian dihukum mati oleh
Zhao Gao. Dengan liciknya, Zhao Gao menganjurkan agar kaisar bersenag-senang
saja dan mempercayakan semua urusan negara padanya. Ia bahkan tidak pernah
melaporkan pada kaisar mengenai pecahnya pemberontakan dimana-mana yang
mengancam keberlangsungan Dinasti Qin dan bertapa sengsaranya rakyat saat itu.
2.3 Runtuhnya
Dinasti Qin
Pemberontakan
paling terkenal semasa akhir Dinasti Qin dipimpin oleh Chen Sheng, Wu Guang,
Xiang Yu, dan Liu Bang. Pemberontakan Cheng Sheng serta Wu Guang, berawal pada
tahun 209 SM, tatkala 900 tentara yang berasal dari Yangcheng (bekas wilayah kerajaan
Chu, salah satu negara pada musim semi dan rontok serta masa perang antar
negeri) hendak dipindahkan kemarkas utara di Yuyang (dekat Beijiing sekarang).
Tetapi, hujan deras menghadang mereka untuk melanjutkan perjalanan itu. Pada
zaman Dinasti Qin hukuman mati dapat dikenakan pada mereka yang terlambat
memenuhi pangilan tugas. Karena takut di jatuhi hukuman mati, Chen Sheng dan Wu
Guang, dua orang prajurit membunuh komandan-komandan pasukan mereka serta
menyatakan bentrokan dengan Dinasti Qin. Selogan mereka adalah hendak
membangkitkan kembaki Kerajaan Chu. Mereka berdua berhasil mengusai Distrik
Qixian yang sekarang terletak di provinsi Hubei.
Chen Sheng mengutus
seorang bernama Ge Ying untuk menahlukan wilayah sebelah timur, sedangkan ia
sendiri memimpin puluhan ribu pemberontak yang berhasil dihimpunnya dalam
hitungan bulan untuk menyerang Distrik Chenxian. Dua orang penganut
Konfusianisme yang bernama Zhang Er serta Cheng Yudatang pada Cheng Sheng serta
meyarankan agar ia mengangkakat kembali keturunan Dinasti Zhou sebagai penguasa
pada wilayah yang berhasil direbut dari Qin. Meskipun demikian, Chen Sheng
mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja Zhang Chu, yang secara harfiah berarti
“Chu yang diperluas” Ia juga mengangkat Wu Guang sebagai “Raja Tertinggi”, saat
penyerangan terhadap provinsi Henan. Zheng Er dan Chen Yu meminta bala bantuan
berupa 3.000 pasukan pada Wu Guang untuk menyerang bekas wilayah kerajaan Zhao.
Wu Guang menyetujui permintaan ini dan memngangkat seorang bernama Wu Chen
sebagai pemimpinnya.
Ge Ying tiba di
daerah Jiujiang dan berjumpa dengan seorang keturuna kerajaan Chu yang bernama
Xiang Jiang. Ia kemudian mengangkatnya sebagai Raja Chu, tetapi begitu
mendengan bahwa Chen Sheng telah mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja Zhang
Chu, ia membunuh Xiang Jiang. Meskipun demikian, belakangan Ge Ying tetap
dihukum mati oleh Chen Sheng karena pembunuhan ini. Untuk mengantikan Ge Ying,
Chen Sheng mengutus Zhou Shi ke bekas wilayah kerajaan Wei guna bertempur
melawan pasukan Qin yang masih bertahan disana. Wu Guang yang saat itu gagal
merebut Yingyang di provinsi Henan meminta nasihat seseorang yang bernama Cai
Ci dan mengirim hou Wen dalam suatu ekspedisi ke barart menyerbu ibukota Qin di provinsi Shanxi. Dalam
perjalanan menuju ke ibukota Qin, puluhan ribu orang bergabung dengannya. Kong
Fu keturuna Konfusius ke-8, menyarankan Chen Sheng agar mempersiapkan diri
dalam menghadapi pertempuran dahsyat dengan serdadu Qin.
Kini kita
kembali pada Wu Cheng, ia ternyata telah berhasil menyeberangi sungai kuning
dan merebut lebih dari 30 kota serta wilayah dan juga bekas ibukota
kerajaanZhao yang bernama Handan. Zhang Er dan Cheng Yu membujuk Wu Cheng untuk
mengangkat dirinya sebagai Raja Zhao. Njuran ini pun diterima sehingga saat
itupun kerajaan Zhao telah bangkit kembali. Wu Chen saat itu melanggar perintah
Chen Sheng untuk pergikearah barat membantu Zhou Wendan malah mengirim Han Guan
ke bekas wilayah Yan di timur lalut China, Li Liang ke Chanshan (Shanxi utara),
serta Jenderal lainnya ke Shangdang (provinsi Shianxi). Untuk menghadapi
pemberontakan ini, Dinasti Qin mengirim pasukan dibawah pimpinan Jenderal Zhang
Han yang berhasil mengusir Zhou Wen dari Celah Hangguguan.
Liu Bang
dahulunya adalah seorang petani yang
belakangan berhasil menjadi kepala desa. Tokoh yang kelak akan menjadi kaisar
China berikutnya ini, dilahirkan pada tahun 247 SM di Distrik Peixian yang kini
terletak di provinsi Jianshu. Ia menyambut seruan Chen Sheng untuk ikut
memberontak dengan jalan membunuh pejabat distrik. Xiang Yu, seorang tokoh
pemberontak lainnya, beserta pamannya Xiang Liang, telah membunuh Gubernur Yin
Tong dan berhasil megumpulkan 8.000 pasukan yang kemudian dikenal sebagai
“Pasukan Xiang Bersaudara dari Timur Sungai Yangzi”.
Zhou Shi, orang
yang sebelumnya telah diutus Chen Sheng untuk merebut bekas wilayah Wei,
menyerang ibukota Wei yang bernama Dicheng. Pada saat yang beersamaan, seorang
keturunan kerajaan Qi, yang bernama Tian Dian membunuh penguasa didaerahnya
serta mengangkat dirinya sendiri sebagai raja. Qi. Zhou Shi menolak permintaan
anak buahnya untuk mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar dan meminta pada
Chen Sheng untuk mengangkat Pangeran Jiu, seorang keturuna Kerajaan Wei, untuk menjadi raja,
sementara itu, Han Guang, anak buah Wu Chen yang dikirim kebekas daerah Yan.
enagn demikian pada saat itu, Kerajaan Chu, Zhao, Qi, Wei dan Yan telah bangkit
kembali. Chu dengan Chen Sheng sebagai rajanya, Zhao dengan Wu Chen sebagai
rajanya, Qi dengan Tian Dan sebagai rajanya, Wei dengan Pangeran Jiu sebagai rajanya,
serta Yan dengan Han Guan sebagai rajanya.
Setelah Li
Liang berhasil merebut Changshan, raja Zhao yaitu Wu Chen memerintahkan
jenderalnya untu menyerang Taiyuan. Pihak Qin kemudian menerapkan siasat adu
domba, dan mereka membujuk Li Liang untuk membunuh Wu Chen. Zhang Er dan Chen
Yu mengangkat seorang keturunan Dinasti Zhao yang bernama Zhau Xie sebagai raja
mengantikan Wu Chen. Li Liang setelah dikalahkan oleh Raja Zhao yang baru
menyerah pada Jenderal Zhang Han dari Dinasti Qin, Jenderal Dinasti Qin ini
sebelumnya juga telah berhasil mengalahkan serta menghalau Zhou Wen, yang
kemudian bunuh diri karena kekalahan ini. Zhang Han melanjutkan ofensifnya
dengan membinasakan dua orang panglima perang Wu Guang bernama Tian Zhang dan
Li Gui. Selanjjutnya ia mengalihkan serangannya ke Chen Sheng yang dibunuh oleh
kusirnya sendiri setelah menjadi raja selama enam bulan. Pengikut setia Chen
Sheng yang bernama Lu Chen memakamkan rajanya itu di Gunung Dhangshan. Hingga
di sini seolah-olah Dinasti Qin dapat mencapai kemenangannya terhadap kaum
pemberontak.
Setelah
kematian Chen Sheng, seseorang yang bernama Qin Jia berusaha mencari
keturunanChu untuk diangkat sebagai raja Chu. Lu Chen, anak buah Chen Sheng
yang telah wafat, berjumpa dengan seorang pemberontak yang bernama Qiong Bu
(Ying Bu). Bersama-sama mereka merebut distrik Chenxian dari tangan pasukan
Qin. Ketika mendengar bahwa pasukan Xiang Yu dan Xiang Liang telah menyeberangi
sungai Yngzhi, Qiong Bu memutuskan untuk mengabungkan kekuatannya dengan
mereka. Sesungguhnya, gerakan pasukan Xiang menyeberangi Sungai Yngzhi ini
dimungkinkan karena tipuan yang dilakukan oleh anak buah Chen Sheng yang setia.
Ia mengirimkan amanat palsu yang seolah-olah ditullis oleh almarhum rajanya,
yang berisikan permohonan bala bantuan pasa Xiang bersaudara. Chen Ying seorang
bekas sekretaris Dinasti Qin di Distrik Dongyang juga mengabungkan kekuatan
dengan pasukan Xiang. Dengan banyaknya orang yang mengabungkan diri dengan
mereka, jumlah pasukan Xiang segera berlipat ganda menjadi 40.000-50.000 orang.
Pasukan
gabungan yang dipimpin oleh Xiang Yu dan Xian Liang berbaris menuju ke
Pengcheng untuk mencari calon raja Chu yang baru. Ditengah jalan, pasukan Xiang
terlibat pertempuran dengan srdadu Qin, tetapi Zhang Han berhasil mengalahkan mereka.
Xiang Liang lalu mengalihkan serdadunya ke Xiecheng. Liu Bang bergabung dengan
Xiang Liang dan diundang untuk turut serta dalam pemilihan raja Chu yang baru.
Seorang keturunan Raja Chu, yang saat itu bekerja sebagai gembala ternak,
direkomendasikan untuk menduduki jabatab itu. Usulan itu diterima dan ia
diangkat sebagai raja Chu dengan gelar Huaiwang. Zhang Liang, kawan Liu Bei
yang ditemuinya dalam perjalanan, mengusulkan agar kerajaan Han juga dihidupkan
kembali. Oleh karenaya, seseorang keturunan kerajaan Han yang bernama Cheng
diangkat sebagai raja.
Zhang Han kini
hendak menumpas kaum pemberontak yang berada di Kerajaan Wei. Pasukan gabungan
Qi dan Chu bergerak memberikan bala bantuan. Zhang Han berhasil membunuh Raja
Qi (Tian Dan) dan Zhou Shi jenderal Negeri Wei. Karena kelakuan ini Pangeran
Jiu, Raja Wei melakkukan bunuh diri. Xiang Yu menyelamatkan Pangeran Bao yang
merupakan saudara Pangeran Jiu. Setelah mengalahkan Wei, Zhang Han mengalihkan
perhatiannya ke ibukota Kerajaan Qi, yang saat itu dipertahankan oleh Tian
Rong. Setelah Tian Dan wafat, rakyar Qi mengangkat adik bekas raja Qi
terdahulu. Tian Jia sebagai penguasa. Namun, Tian Rong yang merupakan adik dari
Tian Dan tidak menyetujui dan menolak pengangkatan ini. Xiang Yu selanjutnya membentu
Tian Rong mengalahkan pasukan Qin. Kelluarga Tian Dan mengangkat putra Tian Dan
sebagai raja Qi. Pasukan Xiang Liang bergerak merebut Diangtao dan berhasil
menewaskan Jenderal Li You dari Dinasti Qin. Pada pertempuran selanjutnya,
Xiang Liang gugur ditanngan Zhang Han. Kekalahan ini memaksa Xiang Yu dan Liu
Bao untuk mundur keselatan dan memindahkan kedudukan raja Chu Huaiwang ke
Pengcheng.
Mendengar bahwa
Jenderal Zhang Han sedang berencana menyerang Zhao, Raja Huaiwang menitahkan
Panngeran Bao dan Wei untuk merebut kembali wilayah Wei. Raja memutuskan bahwa
barang siapa yang pertama kali berhasil memasuki ibukota Qin, dialah yang
berhak menyandang Raja Qin. Baik Liu Bang maupun Xiang Yu meminta agar
diizinkan menyerang Qin secara langsung di ibukota, tetapi pada saat itu Raja
Zhao yang bernama Xie, memohon bala bantuan karena negerinya diserang oleh
Zhang Han. Xiang Yu akhirnya terdorong untuk pergi ke Zhao dan bertempur
malawan Zhang Han untuk membalas kemaatian pamannya, sehingga dengan demikian,
Liu Bang yang mendapatkan kesempatan untuk menyerang ibukota Qin, Xianyang.
Peristiwa ini
terjadi pada tahun207 SM. Menghadapi serbuan Liu Bang itu, Zhao Gao merasa
ketakutan dan menyatakan bahwa Hu Hai tak pantaslagi menyandang gelar kaisar,
karena para raja negeri-negeri yang sebelumnya ditahlukan oleh Qin telah
bangkit kembali. Ia memaksa Hu Hai untu menyandang gelar raja saja. Kasim licik
itu menyadari bahwa keadaan sudah sangat genting dan memutuskan unutk mengaakan
negosiasi dengan Liu Bang serta berencana untuk membunuh Hu Hai. Zhao Gao
merencanakan untuk membagi negaranya menjadi dua dengan Liu Bang, tetapi Liu
Bang menolak tawaran ini.
Setelahmembunuh Hu Hai, Zhao Gao mengangkat Yi Zhing, keponakan Hu Hai menjadi
kaisar. Tidak beberapa lama kemudian, Yi Zhing ganti membunuh Zhao Gao. Namun
Yi Zing hanya memerintah selama 46 hari saja dan setelah itu menahlukan diri
kepada Lliu Bang. Peristiwa ini menandai berakhirnya Dinasti Qin untuk
selama-lamanya.
2.4 Perkembangan Seni
dan Teknologi Masa Dinasti Chin
Peninggalan
terbesar Dinasti Qin adalah makam Kaisar Qin Shihuangdai yang terletak di
Xi’an, yang ditemukan pada bulan Maret 1974, serta ditemukannya patung-patung
prajurit dan kuda dalam ukuran besar. Kaisar Qin Shihuangdai memang
memerintahkan pembuatan patung-patung prajurit itu dengan maksud dapat
menyertainya di alam baka. Patung-patung ini diberi warna dari 12 hingga 13
warna. Penyatuan, perakitan dan
pewarnaanya pun di kerjakan secara manual, sehingga inilah yang membuat
patung-patung teakota ini tidak ada yang sama sepenuhnya. Secara keseluruhan
terdapat delapan jenis patung :
1. Patung
Jenderal, yang dapat dikenali melalui ukuran tubuhnya dan sosok yang berwibawa.
2. Patung
Pejabat Militer tingkat tinggi, dapat dikenali melalui baju zirah dan hiasan
yang dikenakannya.
3. Patung
Pasukan Kavaleri.
4. Patung
pengemudi kereta perang.
5. Patung
Pasukan penunggang kuda, yang dapat dikenali melalui pelindung kepala yang
dikenakan.
6. Patung
pasukan Infanteri, masing-masing memegang senjata yang berbeda-beda.
7. Pasukan
panah, dengan sosok berlutut dan akan menembakan panah.
8. Pasukan
petarung dengan tangan kosong, dengan sosok tidak bersenjata dan tidak
mengenakan baju zirah.
Terlepas dari semua itu, patung-patung ini memperlihatkan
tingginya mutu karya seni semasa Dinasti Qin. Makam luar biasa ini dilengkapi
dengan peta China beserta tiruan sungai-sungainya yang dialiri dengan air
raksa. Karya besar lainnya semasa Dinasti Qin adalah istana kerajaan yang
disebut dengan Istana E Pang, bangunan indah ini dapat memuat 10.000 orang
dalam ruang tengahnya saja. Karena kaisar Qin Shihuangdai berhasil menahklukan
enam negara, tentu saja keseluruhan juga ada enam istana lainnya disamping
istananya sendiri yang sudah sangat besar itu. Sayangnya kompleks istana ini
habis dibakar oleh Xiang Yu, dan konon karena luasnya yang luar biasa itu, api
berkobar selama 3 bulan. Adapun Prestasi lain yang dilakukan oleh Kaisar Qin
adalah penyatuan sistem penulisan, anak timbangan, ukuran, mata uang, dan lain
sebagainya.
2.5 Perkembangan Pasca
runtuhnya Dinasti Chin dan Berdirinya Dinasti Han
Peristiwa runtuhnya Dinasti Qin dan berdirinya Dinasti Han
tercatat dalam sebuah kitab yang berjudul Chuhan
Cunqiu atau Kitab Musim Semi dan
Rontok Masa Chu Han. Liu bang berhasil menakhlukan ibukota Qin karena
jenderal Xiang Yu harus menghadapi pasukan Qin dikerajaan Zhao. Begitu Jenderal
Xiang Yu tiba di Julu, pasukan gabungan segera bertempur melawan sisa-sisa
pasukan Qin. Setelah Xiang Yu berhasil menggempur pasukan Qin, ia bergerak
menuju Celah Hanguguan sampai jalan masuk menuju Xianyang (ibukota Negeri Qin)
dan berjumpa dengan pasukan Liu Bang. Merasa akan kalah untuk menghadapi
pasukan Xiang Yu, ia pun mengundurkan diri ke sebuah kota kecil di dekat
Xianyang. Xiang Yu tetap diberi kesempatan untuk memasuki Xianyang , namun
ternyata mereka merusak istana Qin. Disini kita lihat pasukan Liu Bang
mengalah terlebih dahulu agar tidak
perlu melawan pasukan yang lebih kuat, demi mencapai kemenangan di masa yang
akan datang.
Pembagian China terjadi pada tahun 206 SM dan nama Dinasti Han yang kelak didirikan
oleh Liu Bang berasal dari nama kerajaan yang dibagikan Xiung Yu itu kepadanya.
Setelah pembagian wilayah diantara panglima perang ini, tidak lama berselang
terjadilah perang saudara diantara mereka. Xiang Yu yang telah
memporak-porandakan ibukota dinasti Qin kemudian meninggalkan tempat itu dan
bertolak menuju ke Pengcheng. Untuk memperlihatkan bahwa seolah-olah ia tidak
berambisi sedikit pun untuk terlibat dalam perang saudara itu, Liu Bang atas
nasihat Zhang Liang menghancurkan jembatan kayu yang merupakan satu-satunya
jalan masuk ke Negerinya, sambil memperkuat angkatan perangnya sendiri secara
diam-diam. Tidak lama berselang , angkatan perang yang dipimpin oleh Han Xin
tiba di wilayah Yong dan berhasil mengalahkan rajanya yang bernama Zhang Han.
Dalam waktu kurang sebulan, raja Sima Xin dari Sai dan Dong Yi dari Di juga
menyerah. Kini tiga wilayah bekas kerajaan Qin menjadi daerah kekuasaan Liu
Bang.
Guna menghadapi manuver Xiang Yu, Liu Bang mengangkat Han Xin
sebagi Raja Han tandingan. Pada tahun 205 SM, Liu Bang mengirimkan rombongan
untuk menjemput ayah dan istrinya, tetapi rombongan ini dihentikan oleh Xiang
Yu. Akan tetapi di lain tempat pasukan Liu Bang berhasil menahklukan Zheng
Cheng Raja Han, Sheng Yang Raja Henan, dan Sima Mao Raja Yin yang melarikan diri di Chaoge.
Setelah menerima saran dari sosok orang tua bernama Donggong untuk melaksanakan
acara perkabungan selama tiga hari bagi Kaisar Yidi yang telah dibunuh
oleh Xiang Yu di Xianyang. Beberapa Raja
lain pun ikut serta menggabungkan kekuatannya dengan Liu Bang. Sehingga mereka
pun berhasil merebut ibukota Chu, Pengcheng, tanpa pertumpahan darah.
Mendengar bahwa
ibukotanya telah direbut, Xiang Yu memimpin 30.000 pasukannya untuk melakukan
perlawanan, dan telah berhasil menewaskan 100.000 pasukan Liu Bang. Beruntung
sekali nasib Liu Bang yang berhasil meloloskan diri dari marabahaya itu meski
setelah memohon belas kasihan pada dua
orang Jenderal Chu. Belakangan, Liu Bang berhasil berjumpa dan bergabung
kembali dengan tentearanya yang dipimpin oleh Lu Ze dan melanjutkan pertempuran
melawan Xiang Yu. Han Xin bergabung dengan Liu Bang di Yingyang, serta berhasil
mengalahkan pasukan Chu diberbagai tempat. Kenudian Liu Bang mengangkat
puteranya yang berusia 5 tahun, Liu Ying, sebagai putera mahkotadan
memerintahkan jenderalnya yang bernama Xiao He menjaga wilayah yang berada di
dalam Celah Hanguguan. Raja Wei yang bernama Bao, dimana yang semula ia meminta izin kepada Liu Bang
untuk pulang ke kampung halamannya, sekembalinya ia disana ia malah menerbitkan
pemberontakan melawan Liu Bang. Namun seketika Han Xin diutus oleh Liu Bang
untuk memadamkan pemberontakan tersebut. Han Xin sengaja membuat perahu –perahu
perang di Linjin untuk mengecoh pasukan Wei, akan tetapi secara diam-diam ia
membuat jembatan dari kayu di Xiayang dan mengalahkan pasukan Wei di Dhongzan.
Pasukan Han berhasil pula merebut kota Anyi. Sementara itu di Quyang Han Xin
berhasil menawan Wei dan dilanjutkan dengan menahklukan ibukota Wei di
Pingyang.
Selanjutnya Han Xin meminta 30.000 tentara guna menahklukan
kerajaan Zhao. Han Xin berencana menahklukan Zhao, Yan, dan Qi sebelum
menahklukan Xiang Yu. Pertempuran sengit pun segera pecah dan pihak Zhao
berhasil dikalahkan dan Rajanya Zhao Xie dihukum mati oleh Han Xin. Raja Yan
Zang Tu berhasil di bujuk oleh Han Xin untuk menyerah secara damai, dan Raja
Qiujiang berhasil dibujuk untuk menyerah dan bergabung dengan Liu Bang.
Akhirnya, seluruh Rajamuda berhasil disatukan di bawah panji-panji Liu Bang.
Lawan Tangguh Liu Bang kini tinggallah Xiang Yu. Pertempuran
yang menentukan dilancarkan di suatu tempat yang kini menjadi bagian provinsi
Anhui. Karena putus asa Xiang Yu melarikan diri, Yuji selirnya membunuh dirinya
sendiri agar tidak menyusahkan Xiang Yu. Xiang yu kini mulai merasa hidup sudah
tidak ada artinya lagi, dan ia pun ikut bunuh diri menyusul selir kesayangannya
itu ke alam baka. Kini terbukalah jalan bagi Liu Bang untuk mengangkat dirinya
sendiri sebagai Kaisar pertama Dinasti Han. Peristiwa ini terjadi pada Tahun
202 SM.
III.
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dinasti Chin merupakan
dinasti yang usianya tidak panjang. Pada dinasti ini terjadi berbagai perubahan
yang cukup signifikan bagi perkembangan sejarah Cina. Bukan hanya dari segi politik
(proses unifikasi), tetapi dari segi budaya yaitu pembangunan tembok raksasa
terpanjang. Kasiar yang paling terkenal pada dinasti ini adalah Shih Huang Ti,
yang dikenal dengan sebutan golongan pendiri kerajaan-kerajaan besar.
Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh kaisar ini cenderung otoriterian,
terlihat dari sikap egoisme dan ketidakadilan pada rakyat. Diantaranya
kebijakan satu ideology tertentu yaitu faham legalisme, dan dihapuskannya
system feudal, yang justru menimbulkan bentuk penjajahan gaya bartu, petani
dipaksa membayar upeti dan pajak kepada kaisar.
Salah satu peninggalan terbesar
Dinasti Chin adalah makam Kaisar Chin
Shihuangdi yang terletak di Xi’an, provinsi Shaanxi dan istana kerajaan yang
disebut dengan Istana E Pang.
3.2 Saran
Setelah membahas materi tentang
Sejarah Asia Timur, saran yang dapat disampaikan umumnya bagi khalayak yang
telah membaca makalah ini, diharapkan mampumengetahui
Sejarah Berdirinya Dinasti Chin Pada Masa China Kuno, sehingga
dengan mengkaji hal tersebut diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan.
DAFTAR RUJUKAN
a) Sumber Utama
Taniputera,
Ivan. 2008. History Of China.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Chunjiang,
Fu. 2009. Chinese History. Jakarta:
PT Elex Fu Chunjiang
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2003. Sejarah Peradaban Cina.
Jakarta: Katalog
Dalam Terbitan
A
Bain, Chester. 1962. The Far East
Wilkinson, Endymion Porter, Chinese history : a manual, revised and enlarged
b) Sumber Penunjang
http://Sejarah-Cina-Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html
http://Sejarah-Cina.html
http://Peradaban-dan-Perkembangan-Dinasti-di-Cina.html
1 komentar:
halo ..
tolong donkkasih tau tindakan kaisar yg manusiawi dan tidak manusiawi kaisar Qin shi huang pada dinasti Qin
Posting Komentar