Pages

Mei 27, 2014

MASA PERKEMBANGAN, KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN KESHOGUNAN




(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur II)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Sumadri, M.Hum





Disusun oleh:
1.      Eka Ariska Putri             (120210302005)
2.      Intan Permatasari           (120210302010)
3.      Dimas Sulthon Syahrir  (120210302012)

Kelas B





PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


BAB 1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Shogun adalah istilah bahasa Jepang yang berarti jenderal. Dalam konteks sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang dimaksudkan adalah Sei-i Taishōgun yang berarti Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi melawan orang biadab (istilah "Taishōgun" berarti panglima angkatan bersenjata). Gelar Sei-i Taishōgun diberikan kepada panglima keshogunan sejak zaman Kamakura hingga zaman Edo. Sei-i Taishōgun merupakan salah satu jabatan jenderal yang dibuat di luar sistem Taihō Ritsuryō yaitu kitab hukum yang dibuat dari tahun 701 dan mulai diberlakukan pada tahun 702. Jabatan Sei-i Taishōgun dihapus sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam bahasa Jepang, istilah shōgun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap digunakan hingga sekarang.
Awal keshogunan dimulai saat kelas penguasa (kaum aristokrat) mendapat kekuatan dan legitimasi dari kaisar yang berkuasa pada saat itu, ini semua berkat usaha mereka mendekati dan mempengaruhi kaisar. Mereka berasal dari kalangan kaum tani kaya yang membentuk suatu perkumpulan keluarga dari klan-nya sendiri dan mereka berhasil menemukan dasar yang baik untuk menggalang kekuatan melalui pengelolaan pertanian yang baik. Berpangkal pada ikatan-ikatan itulah mereka berhasil mengukuhkan kelas penguasa tradisional dan menciptakan masyarakat feodal baru.
Pemerintahan ke-Shogun-an terbentuk pada periode Kamakura antara tahun 1192-an M. Periode Nara dan Heian, kekuasaan pemerintahan dapat dikatakan berada secara langsung dalam tangan kaisar . Yang kemudian pada periode selanjutnya di serahkan kepada pejabat tinggi kerajaan, yang dapat kenal sebagai Wasir (perdana menteri), tetapi pada periode kamakura ini mulailah pemerintahan dipegang oleh kaum samurai.
Shogun memiliki peranan besar dalam pemerintahan jepang. Akan tetapi, bukan Shogun pemimpin Negara Jepang yang sebenarnya. Kaisar adalah pemimpin tertinggi Negara Jepang. Kaisar yang mengangkat dan memerintah Shogun. Kaisar dianggap sebagai keturunan amaterasu (dewi matahari) karena itu kaisar dianggap terlalu suci untuk berperan aktif dalam masalah pemerintahan dan masalah kemiliteran. Kaisar hanya berperan aktif dalam kegiatan seremonial Negara.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi pokok penulisan pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)      Bagaimana asal – usul masa Keshogunan ?
2)      Bagaimana perkembangan masa Keshogunan ?
3)      Bagaimana kemunduran masa Keshogunan ?
4)      Bagaimana keruntuhan masa Keshogunan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini diantaranya adalah :
1)      Mengetahui asal – usul masa Keshogunan
2)      Mengetahui perkembangan pada masa Keshogunan
3)      Mengetahui kemunduuran masa Keshogunan
4)      Mengetahui Keruntuhan masa Keshogunan


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1  Asal – Usul  Keshugunan
Awal keshogunan dimulai saat kelas penguasa ( kaum aristokrat ) mendapat kekuatan dan legitimasi dari kaisar yang berkuasa pada saat itu, ini semua berkat usaha mereka mendekati dan mempengaruhi kaisar. Mereka berasal dari kalangan kaum tani kaya atau tuan tanah yang membentuk suatu perkumpulan keluarga dari klan-nya sendiri dan mereka berhasil menemukan dasar yang baik untuk menggalang kekuatan melalui pengelolaan pertanian yang baik.
Tanah yang dimiliki oleh para tuan tanah ini sangat luas yang kemudian diciptakan pos-pos penjagaan untuk mengawasi tanah tersebut. para penjaganya berasal dari masyarakat sendiri yang dikenal dengan sebutan samurai, dan untuk tempat penjagaannya (pos) dinamakan bakufu. Dengan kekuatan politik dan sumber daya yang dimiliki oleh para tuan tanah ini, akhirnya dilancarkanlah sebuah pemberontakan kepada pemerintah, yaitu dengan car amembekali para samurai dengan senjata. Untuk mengorganisasikan para samurai ini maka diangkatlah seorang pemimpin yang dikenal dengan istilah shogun. Semangat kemiliteran bushido dijadikan sebagai karakter jiwa dari negara Jepang.  Berpangkal pada ikatan-ikatan itulah mereka berhasil mengukuhkan kelas penguasa tradisional dan menciptakan masyarakat feodal baru.
Pemerintahan ke-Shogun-an terbentuk pada periode Kamakura antara tahun 1192-an M. Dibandingkan dengan periode Nara dan Heian, kekuasaan pemerintahan dapat dikatakan berada secara langsung dalam tangan kaisar . Yang kemudian pada periode selanjutnya di serahkan kepada pejabat tinggi kerajaan, yang biasa kita kenal sebagai Wasir (perdana menteri), tetapi pada periode kamakura ini mulailah pemerintahan dipegang oleh kaum samurai.
Di tahun 1192 ini, kaisar menunjuk Minamoto no Yoritomo sebagai Shogun pertama di jepang. Shogun sendiri mempunyai arti panglima tertinggi tentara. Tapi sebelum kaisar menunjuk Minamoto no Yoritomo sebagai Shogun , Minamoto no Yoritomo telah lebih dahulu mengangkat dirinya sebagai shogun yang pertama. Dan akar politik ke-Shogun-an selanjutnya berasal dari periode Kamakura ini.
Pada periode ke-Shogun-an ini, kaum samurai diangkat sebagai polisi dan pemungut pajak dan ditempatkan pada semua distrik di seluruh kerajaan. Di periode ini muncul sekte budha baru dengan doktrin-doktrinnya yang tersebar amat cepat ke dalam kalangan rakyat jepang. Doktrin-doktrin itu diajarkan oleh sekte –sekte Jodo, Jodo Shinshu, Zen dan Nichiren. Dalam tahun 1227, Sotoshu, yaitu salah satu cabang dari sekte Zen diperkenalkan pula di jepang. Walaupun pada periode ini ,kekuatan fisik menjadi kecenderungan umum untuk dibangun dan diikuti dimana-mana, namun kegiatan kebudayaan rohaniahpun mendapat tempat yang sewajarnya. Pada periode ini di kalangan masyarakat dan samurai, sekte yang banyak dianut adalah sekte budha Zen, karna sekte ini mengajarkan bahwa manusia dapat mengalami kehidupan abadi, asal percaya kepada ajaran budha.
Sebenarnya kembalinya kekuasaan ke dalam tangan kaisar adalah dambaan kebanyakan kaum lemah yang disokong oleh kaum agama ( terutama agama Shinto). Pada periode ke-Shogun-an yang mengutamakan kekuasaan duniawi ,menjadikan kekerasan sebagai dasar pelaksanaan kekuasaan. Sebaliknya ,kekuasaan keagamaan yang berdasarkan kelembutan dan keserasian yang menjadi ciri kekaisaran jepang ,menjadi minat yang besar dari kebanyakan orang bebas.
2.2  Perkembangan Keshogunan
2.2.1   Keshogunan Kamakura (鎌倉幕府 / Kamakura Bakufu)
Keshogunan Kamakura (Kamakura Bakufu) adalah pemerintahan militer oleh samurai yang didirikan Minamoto no Yoritomo di Kamakura. Pada jaman Kamakura (1185 - 1333) lahir suatu kelas baru dalam masyarakat Jepang yaitu kelas militer (biushl). Kelahiran kelas militer ini adalah akibat timbulnya penjalinan kekuasaan antara militer daerah dan kaum bangsawan pedesaan yang memanfaatkan kemunduran pemerintah pusat dan kekacauan di dalam negeri untuk memperbesar kekuasaan mereka. Lahirnya kelas militer ini kemudian diikuti oleh pembentukan pemerintahan militer atau yang dikenal dengan Bakufu yang secara harafiah disebut (pemerintahan di tenda) atau "Keshogunan". Sistem politik yang disebut keshogunan (bakufu) terus bertahan hingga Keshogunan Muromachi (Muromachi Bakufu) dan Keshogunan Edo (Edo Bakufu).
Dalam literatur klasik Azuma Kagami, istilah bakufu hanya digunakan untuk rumah kediaman shogun, dan tidak digunakan untuk menyebut pemerintah pusat oleh kalangan militer. Istilah "bakufu" untuk menyebut pemerintahan kalangan samurai pertama kali digunakan sejarawan di zaman Edo. Kalangan samurai biasanya menyebut pemerintahan Kamakura sebagai Kamakura-dono (Yang Dipertuan Kamakura).Zaman bakufu Kamakura menghasilkan kebudayaan tersendiri dengan menggabungkan unsur –unsur kebudayaan samurai yang baru bangkit pada kebudayaan istana. Dapat dikatakan bahwa hal ini berarti kebangkitan kembali kebudayaan asli Jepang. Yang paling menonjol dalam kebudayaan zaman ini adalah bangkitnya aliran – aliran agama budha.Pembentukan bakufu ini sekaligus menan_dai berakhirnya awal jaman pertengahan dan dimulainya jaman feodalisme di Jepang. Pemerintahan oleh kelas militer ini berlangsung kurang lebih 700 tahun dan secara garis besar terbagi atas 2 jaman yaitu feodal awal dan feodal akhir. Jaman feodal awal meliputi jaman Kamakura (1185 - 1333), Muromachi (1333 - 1573), Berta Azuchi Mornoyama (1573 - 1603). Semen_tara jaman feodal akhir hanya meliputi satu jaman yaitu jaman Edo (1603 - 1867).          

a.       Industri dan Kebudayaan Pada Zaman Kamakura
Pada masa keshogunan kamakura industry mengalami kemajuan. Karena dibukanya daerah – daerah baru untuk penanaman padi dan kemajuan dalam teknik pertanian, produksi pertanian berlipat ganda dan kerajianan tangan juga mengalami perberkembangan. Perdagangan tumbuh dengan subur dan pasar –pasar yang diadakan 3 kali dalam sebulan, berkembang di pusat –pusat dalam shoen, di pusat komunikasi penting, dan di depan pintu gerbang kuil –kuil dan tempat ibadat. Pembuatan mata uang di Jepang telah lama dihentikan, tetapi system ekonominya mulai berkembang.
Dalam bidang kesenian, masa ini merupakan zaman emas seni pahat yang berupa patung keagamaan maupun patung manusia biasa. Dalam bidang seni lukis, dihasilkan lukisan gulung yang bermutu, sedangkan dalam bidang arsitektur terjadi pembangunan kuil dengan corak Sung yang di Jepang dikenal sebagai tenjiko-yo dan karayo. Sedangkan, dalam bidang kesusastraan, zaman ini ditandai dengan munculkan apa yang disebut “ Babat Ksatria” disamping puisi dan prosa bangsawan tradisional.

b.       Keadaan Shogun Setelah Pemerintahan Yuritomo
Setelah Yoritomo wafat jabatan shogun digantikan oleh putranya yoriie dan Sonetomo yang menjabat secara bergantian. Namun sanetomo dibunuh oleh putra Yoriie, Kugyo dan keturunan Minomoto berakhir setelah tiga generasi. Kujo Yoritsune saudara jauh Yoritomo dari Kyoto dan diangkat menjadi shogun. Melihat kondisi Yoritsune yang masih kanak – kanak maka ia hanya dijadikan boneka. Maka pemerintahan berada di tangan mangkubumi. Yamg waktu itu depegang oleh Hojo Tokimasa, dan setelah wafatnya Hojo Tokimasa jabatan mangkubumi dijabat oleh putranya Yoshitoki.
Dengan terhapusnya garis keturunan Minomoto membuka kesempatan bagi kaisar Gotoba  dalam usaha pengembalian kekuasaan kaisar dalam pemerintahan. Kesempatan yang terbuka di manfaatkan oleh Kaisar Gotoba untuk memberikan perintah kepada propinsi untuk menggulingkan Yoshitoki. Dan Kaisar Gotoba mengundurkan diri dan putranya kaisar Juntoku yang juga telah menarik diri, dibuang ke pulau Sado. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Jokyu.  Akibat kemenangannya bakufu mengambil alih lebih dari tiga ribu daerah milik istana. Dengan hal ini Yoshitoki diganti oleh Yasutoki dan kemudian oleh Tokiyori yang memperoleh sumpah setia rakyat banyak karena cara pemerinahannya yang adil dan tegas. 

c.       Restorasi Kemmu
Pada masa terjadinya pertikaian kaisar Godaigo dari garis keturunaan Daikakuji Sungguh menyadari praktek pemerintahan oleh kaisardam berusaha mengembalikan pemerintahan ketangan kaisar. Kaisar bakufu berusaha memanfaatkan kesepatan dari lembaga Bakufu yang mengalami kemunduran dan menunjukkan kekesalan terhadap kediktatoran oleh para Shogun Hojo. Oleh sebab itu kaisar mengirim tentara ke provinsi untuk mengumpulkan pasukan demi melancarkan serangan terhadap Rokuhara Tandai, wakil bakufu resmi di Kyoto. Tetapi usaha itu gagal.
Melihat kekalahnya tersebut kisar Gotoba tidak menyerah dan dia tetap melancarkan seranganya sebagai akibatn dari tindakan kaisar Gotoba ini dia dibuang kepulau Okki. Dan sebagai gantinya Bakufu mengangkat garis keturunan jimyoin. Kaisar Kogon untuk duduk diatas tahta.
Perjuangan dalam pengambilan kembali pemerintahan tidak seluruhnya gagal cita – cita kaisar ini diteruskan oleh putra mahkotanya Morinaga, mengeluarkan perintah untuk menghimpun para samurai dipropinsi untuk membantunya. Mereka mendapatkan pemimpin yang terkenal yaitu Kusunoki massasige dari kawachi. Dan bangkit menentang bakufu. Ashikaga Takauji, anggota keluarga Minomoto menghancurkan rokuhara tandai, dan Nitta Yoshisada dari keluarga yang sama menyerang kamakura dan mengalahkan Hojo. Ini terjadi pada tahun 1333 kaisar meloloskan diri dari Okki dan kembali menduduki tahta.
Dengan kekalahan bakufu kaisar memegang pemerintahan secara langsung dan pribadi ia menolak siistem pemerintahan dari biara, koma menolak mengangkat Sessho atau kampaku, dan memberikan kedudukan yang sama kepada bangsawan serta samurai di pusat pemerintahannya. Peristiwa ini dikenal dengan restorasi kemmu merupakan nama zaman ini.
Pada dasarnya retorasi ini sangat baik, namun pada kenyataannya tidak terealisasikan. Dalam banyak hal ara bangsawan dan para samurai sering berselisih faham.perselisihan ini berkaitan dengan pembagian tanda jasa sehingga urusan kenegaraan banyak yang terbengkalai. Pemerintaha ini hanya bertahan selama dua tahun.
Pemerintahan ini berakhir dengan pemulihan oleh Ashikaga Takauji. Ia mengalahkan Kusunoki Masashige di Minatogawa, Kobe dan menduduki Kyoto serta medudukkan adik kaisar kogon diatas tahta. Dengan sebutan kaisar komyo. Kaisar godaigo berlindung di gunung Hiei, kemudian pindah di gunung Yoshino bagian selatan Yamato. beliau bersam para samurai yang setia padanya. Dengan terjadinya peristiwa maka terdapat dua kaisar pada saat itu. Yang berada di Kyoto ” istana utara “ dan Yoshinona  “istana selatan“.
Setelah terjadinya peristiwa tersebut Ashikaga Takauji diangkat menjadi panglima besar yang bertugas mengawasi istana utara dan mendirikan bakufu di Kyoto dan didukung oleh kekuatan Shogun. Dengan keadaan yang demikian istana selatan masih bersikeras menolak dan tetap melakukan perlawanan.
Pertentangan yang terjadi antara kedua istana terjadi selama 57 tahun. Tetapi dengan perantara Shogun ashikaga Yosimitsu (cucu takauji) pada tahun 1392 terjadi pendekatan kembali diantara kedua istana dan hasil dari perundingan tersebut kaisar gokameyama yang pada waktu itu memerintah selatan menyerahkan tahta kepada kaisar Gokomatsu yang memerintah di istana utara. Dengan demikian berakhirlah masa perpecahan dikalangan istana.

2.2.2   Keshogunan Muromachi (室町幕府 Muromachi Bakufu) atau Keshogunan Ashikaga (1336—1573)


2.2.3   Keshogunan Tokugawa (徳川幕府 Tokugawa Bakufu, 1603—1868) atau Keshogunan Edo (Edo Bakufu)
a.       Pemerintahan Tokugawa dibawah Lesayu
Kekuasaan bakufu Tokugawa diawali dengan naiknya Tokugawa Ieyasu sebagai shogun pasca wafatnya Tooyotomi Hideyoshi. Tokugawa lesayu meneruskan pekerjaannya dan menyempurnakan persatuan bangsa. Ia merupakan putra keluarga kaya di Mikawa dan memperkuat kedudukannya selama zaman Nobunaga. Dan Hideyosi diberi wilayah dalam delapan profinsi diwilayah Kanto oleh Hideyoshi. Dengan demikian ia membangun kekuatannya yang bermarkas besar di Edo. Setelah wafatnya Hideyoshi ia memiliki keuntungan dari pertikaian yang terjadi anatara tentara bayaran Hideyoshi dengan Ishida Mitsunari. Hasilnya adalah pengukuhan hegemoni kaum Tokugawa. Pada tahun 1603 Leyasu ditunjuk sebagai Shogun oleh kaisar dan bakufu yang telah terbengkalai selama 30 tahun setelah jatuhyan shougun Ashikaga, dihidupkan kembali.
Pada waktu Shogun Tokugawa ketiga, yaitu cucu Lesayu yang bernama Lemitshu, landasan bakufu lebih kokoh jika dibandingkan dengan sebelumnya. Pemerintah samuurai pusat didirikan untuk mengambil langkah untuk menjamin pengendalian para daimyo, takanan terhadap istana serta pengawasan terhadap petani. Pengendalian terhadap para daimyo memakan hampir seluruh tenaga lesayu, karena beberapa diantaranya menjadi kawasan sejawatnya dibawah Hideyoshi sehingga menganggap dirinya memiliki kedudukan yang sama dengan lesayu sendiri.
Lesayu sadar akan keuntungan yang diperoleh melalui perdagangan dan mengambil langkah-langkah positif untuk mendorongnya. Pada tahun 1600 kapal Belanda untuk pertama kalinya tiba di Jepang di pelabuhan Bungo, Kyushu. Lesayung memanggil dua awak kapal yaitu William Adams berkebangsaan Inggris dan Jan Joosten berkebangsaan Belanda, ke Edo dan memperlakukan mereka secara khusus dengan cara mengangkat mereka menjadi  penasehat untuk urusan luar negeri. Sejak itu Belanda mulai mengunjungi Jepang secara teratur dan membangun kantor dagang di Hirado sebagai basis perdangangna mereka dengan Jepang. Sebuah kapal Inggris juga memasuki pelabuhan dan mendirikan kantor dagang tetapi mereka tidak bisa menyaingi bangsa Belanda dan terpaka meninggalkan usaha itu.
Lesayu juga cenderung pada perdagangan Portugal dan Spanyol. Ia berusaha mengadakan perdagangan langsung dengan wilayah Spanyol yaitu Spanyol baru atau Meksico namun usaha itu gagal.
Karena dorongan Lesayu, perjalanan keluar negeri dan perdagangan Jepang mulai maju. Jumlah sertifikat bersegel merah yang diberikan kepada pedagang untuk izin resmi pergi keluar negeri antara tahun 1604 dan 1616 berjumlah lebih dari 180. Tujuan kapal bersertifikat meraah ini mencakup Formosa dan Pescadores hingga pulau Jawa, Kalimantan, Maluku, Semenanjung Melayu, terutama daerah Annam, Luzon dan Siam.para pedagang yang berlayar dengan sertifikat bersegel merah itu adang-kadang menetap di tempat-tempat itu untuk waktu yang cukup lama dan dipekerjakan sebagai awak kapal atau tentara. Mereka berkumpul di daerah-daerah tertentu dan membentuk kota-kota kecil yang seluruh penduduknya berbangsa Jepang. Beberapa diantaranya menjadi terkenal di negara dimana mereka menetap. Seseorang bernama Yamada Nagamasa mencapai jabatan  tertinggi di Siam dan menjadi termahsyur karena berhasil menunpas pemberontakan disana.
b.      Kebijakan Pemerintahan Shogun Tokugawa
Pada tahun 1603 Kaisar Go Yozei mengangkat Lesayu sebagai Shigun. Lesayu memusatkan pemerintahannya di Edo dan mengambil kebijakan – kebijakan dalam pemerintahan Jepang. Kebijakan – kebijakan yang di tentukan oleh Tokugawa Lesayu dalam memerintah Jepang diantaranya adalah :
1)      Pengawasan Terhadap Daimyo
Setelah pertempuran Sekigahara, ia mengadakan perubahan-perubahan penting dalam pembagian wilayah dengan memberikan daerah-daerah kinai, Kanto dan Tokai kepada daimyo yang telah mengabdi kepadanya secara turun temurun. Ia juga menempatkan daimyo yang tidak memiliki ikatan erat dengan keluarga Tokugawa, di daerah-daerah yang jauh seperti Tohoku, Shikoku dan Kyushu. Ia menetapkan kitap undang-undang bagi keluarga ksatria yang mengatur secara tertulis kewajiban daimyo. Ia juga menetapkan sistem yang dikenal sebagai sankinkotai yang mewajibkan para daimyo untuk mengabdi secara bergantian di Edo dan diwilayahnya sendiri sementara istri dan anak-anaknya harus tetap di Edo.
Para daimyo memiliki wewenang yang luas diwilayahnya sendiri, bukan hanya hak untuk memungut pajak tapi juga wewenang legislatif, administratif dan peradilan. Akan tetapi mereka berada dibawah pengawasan lembaga bakufu dan secara mutlak mengabdi kepada shogun. Mereka ditunjuk kewilayah-wilayah tersebut sebagai tenaga bayaran shogun, yang harus diperbaharui setiap pergantian generasi. Dengan didirikannya sistem clan ini, maka sistem feodal dapat dikatakan muncul dengan bentuknya yang paling murni.
2)      Pengawasan Terhadap Istana
Kitap undang-undang untuk keluarga bangsawan ditetapkan untuk mengatur istana, kitap ini mengizinkan bakufu untuk campur tangan dengan tindakan kaisar dan untuk diajak bicara dalam penunjukan dan pemberian pangkat. Para petani yaitu para produsen yang membentuk dasar masyarakat feodal memiliki kedudukan langsung dibawah samurai dalam sistem empat kasta pada zaman feodal. Tetapi dalam praktek kehidupan mereka cukup menyedihkan karena secara mutlak terikat dengan penggarapan tanah dan dibebani pajak tanah yang berat.
3)      Sistem shi-no-ko-sho
Sistem yang menentukan kedudukan sosial seorang dengan cara menggolongkannya kedalam salah satu dari keempat kelas samurai, petani, buruh atau pedagang (shi-no-ko-sho) diterapkan secara ketat. Pekerjaan ditentukan oleh kelas sosial dan perkawinan dibatasi dengan anggota dari kelas sosial yang sama. Hubungan feodal antara tuan-hamba yang dipegang oleh golongan samurai diperluas kesetiap kelas. Ikatan ketat yang serupoaa mengikat tuan tanah dan penghuni di kalangan para petani mengikat murud kepada karyawan ahli di kalangan pertukangan dan mengingat pegawai kepada kepala usaha dikalangan kaum pedagang.
4)      Penerapan Politik Isolasi (Sakoku)
Perdaganga luar negeri yang maju mendorong perluasan agama Kristen dan sekitar tahun 1605 jumlah penganutnya mencapai lebih dari 700 ribu orang. Akan tetapi berbagai hal menyadarkan Lesayu bahwa agama Kristen merupakan ancaman bersar terhadap bangsa dan ia mulai menjalankan tindakan-tindakan untuk menekan agama itu. Agama kristen tidak mengemal pendewaan terhadap kaisar karena itulah agama ini dianggap dapat mengoyahkan kedudukan kaisar, sedangkan menurut agama Shinto kaisar merupakan keturunan dewa yang wajib disembah dan didewakan. Oleh karena itulah diterapkan politik isolasi dan para misionaris diusir dari Jepang.
Shogun ketiga, Lemitshu, memperkuat larangan tersebut dengan menolak orang Spanyol yang datang kejepang dan ingin berdagang, dan ia melarang orang Jepang pergi keluar negeri dan kalau mereka pergimereka dilarang kembali ke Jepang. Sekitar zaman itu terjadi ikki (pemberontakan petani) yang dilancarkan oleh para petani-petani yang umumnya beragama Kristen di semenanjung Shimabara di Kyushu. Ini menjadi kesukaran besar bagi organisasi militer bakufu, dan menjadikan tindakan yang semakin keras terhadap agama Kristen. Para penganut agama ini dicari melalui infornam dan di fumi-e (praktek untuk memaksa orang menginjak ke lukisan atau mendali dengan keyakinan bahwa setiap pengannut agama tersebut akan menolak untuk melakukan hal itu) dan semua orang Jepang diharapkan menjadi anggota kuil Budha melalui pendaftaran.
Pada tahun 1639 larangan serupa berlaku bagi kapal Portugis dan pada tahun 1641 kantor dagang Belanda di Hirado dipindahkan ke pulai Dejima pelabuhan Nagasaki. Kunjungan-kunjungan ke daerah oleh orang Belanda dilarang. Nagasaki menjadi pelabuhan satu-satunya yang masih terbuka bagi perdagangan luar dan hanya orang Belanda dan Cina yang diizinkan berdagang. Dengan cara ini isolasi nasional jepang dimulai. Isolasi membantu memperkuat dan mengamankan pengendalian bakufu atas seluruh negara dan juga membantu perkembangan kebudayaan khas Jepang. Tetapi pengasingan seperti ini juga menebabkan penekanan keinginan bangsa Jepang akan perkembangan di luar negeri dan menutup mata mereka akan apa yang terjadi di dunia luar. Berbagai pendapat dibicarakan mengenai untung ruginya zaman penutupan Jepang ini.
c.       Pembangunan Administrasi Sipil
Sejak zaman shogun keempat, Lestuna, bakufu mulai melonggarkan cara pemerintahan militer yang ketat untuk memberi tekanan pada usaha pendidikan dan kebudayaan karena landasan bakufu telah aman dan perlu adanya pengendalian terusmenerus terhadap daimyo melalui tindakan represif telah berlaku. Kecenderungan ini menjadi semakain nyata dibawah shogun kelima., Tsunayoshi. Zaman yang bertepatan dengan masa pemerintahan Tsunayoshi dinamakan zaman Gnroku.
Selama zaman administrasi birokrasi, industri domestik memperlihatkan perkembangan luarbiasa dan produksi bertambah dengan cepat. Perhubungan juga mengalami perbaikan , peeredaran bahan-bahan konsumsi menjadi lebih lancar dan perdagangan juga maju dengan baik. Kota-kota berkembang pesat, terutamam disekitar kediaman daimyo. Pada puncak kemakmuran dari zaman Edo, yaitu kota terbesar dikota istana diperkirakan mempunyai penduduk sekitar satu jutat orang. Atas dasar kemakmuran ekonomi ini ilmu pengetahuan, kesaastraan dan kesenian maju dengan pesatnya.

d.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Kesenian
Meskipun dapat mengendalikan negara dengan kekuasaan senjata, Lesayu sadar bahwa tidak mungkin memerintah dengan cara itu. Maka sesuai dengan kesadaran ia mengambil langkah untuk mendrong ilmu pengetahuan. Ia khususnya berminat untuk pelajaran neo-Kong Hu Cu dari Chu Shi (Sushi-gaku) yang dengan menekankan jiwa penguasa dan rakyat serta hormat pada moralitas biasa, memenuhi syarat sebagai dukungan teoritis bagi pemerintahan feodal bakufu. Sarjana Sushi-gaku, Hayashi Razan nerturut-turut mengabdi kepada bakufu sebagai eksponen ilmu pengetahuan resmi meskipun timbul aliran pengetahuan lain seperti Youmei-gaku, dan Ko-gaku yang berbesa dengan Sushi-gaku yang resmi.
Kemajuan juga tercapai dalam penelitian sejarah Jepang. Tokogawa Mitsokuni dari clan Miti mengumpulkan sejarah Jepang sejak jaman Kaisar Jimmu hingga rekonsiliasi Istana Utara dan Selatan, sedangkan Arai Hakuseki menetapkan metode-metode rasional untuk pertama kalinya pada studi sejarah bangsa dan dengan demikian membawa pendekatan baru kepada studi mithe-mithe itu.
Dalam bidang kesastraan timbul banyak karya sastra yang bersumber pada kehidupan kelas pedagang dan memperkuat nilai kelas tersebit. Hal yang menarik adalah Haiku ciptaan Matshuo Basho, roman-roman olelh Ihara Saikaku serta drama boneka oleh Chikamatsu Monzaemon yang semuanya merupakan bentukbaru dalalm kesusasrtraan Jepang. Ketiga bentuk itu hanya sedikit berhubungan degan kaum bangsawan berpangkat tinggi atau dengan kaum samurai berpangkat tinggi tetapi mewakili pandangan rakyat dan karenanya hingga tersebar hingga keluar Jepang.
Dalam bidang kesenian aliran Kano menjadi sumber-sumber bagi pelukis resmi bagi lembaga Shogun dan oleh karena itu hanya mengerjakan terusan corak dan gaya tertentu secara turun temurun tetapigaya baru muncul dalam pelukis-pelukis tidak resmi pada zaman itu. Salah satu contoh adalah lukisan dekoratif oleh Hon’ami Koetshu, Tawaraya Sotatshu, dan Ogata Korin. Contoh laian ialah cukilan kayu ukiyo-e yang mulai dengan Hishikawa Moronubo, yang terakhir n kemudian berkembang menjadi nishiki-e yang sangat populer.

2.3    Kemunduran Keshogunan
Dengan masuknya ekonomi uang keseluruh bangsa dan dengan semakin banyaknya tunturan selera pakaian maka kekayaan juga semakin menumpuk dikalangan pedangang sedangka bakufu berada dalam kesulitan dan para samurai serta petani tenggelam dalam kemiskinan. Selama zaman Genroku bakufu bereusaha untuk membangun kembali keuangannya dengan cara mencetak ulang mata uang, mentapkan pajak kemewahan bagi pejabat kaya dan tindakan lain yang serupa tapi tidak berhasil.
Yoshimune, shogun kedelapan mengeluarkan larangan keras terhadap kemewahan dan dekadensi. Ia mendorong berkembangnya seni bela diri di kalangansamurai dan memeriintah seluruh bangsa untuk hidup dalam keserhanaan. sebagai langkah positif untuk membantu keuangan, ia berusaha mendorong pembukaan petanian baru dan pertumbuhan industri namun hasilnya juga tidak memuaskan.
Dibawah shogun kesepuluh Leharu, Tanuma Okitshugu mentri utama shigun memegang pemerintahan yang hampir bersifat eksklusif. Pemerintahan mengambil sikap laissez faire dan terjadi degenerasi. Kaum samurai menjadi dekaden dan korupsi menjadi merajalela. Namun tanuma juga memiliki segi yang baik, sejauh ia menggunakan modal usaha perdagangan untuk memperkuat rezimnya.
Dibaah shogun kesebelas, Lenari, menteri utama Matshudaira Sadanobu menjalankan memperkuat kebijaksanaan dengan memperkuat pemerintahan yang contohnya dari tindakan Yoshimune. Ia mendorong tumbuhnya ilmu dan seni bela diri. Mamaksa untuk hidup sederhana dan mengambil cara lain cukup ekstrim dan keras. Setelahia lenyap dari pemerintahan kemalasan dan masa bodo kembali muncul. Sekitar masa Banka dan Bunsei merupakan zaman perkembangan ahkir yang masuk dari kebudayaan Edo. Kelonggaran sistem pemerintahan diperburuk lagi oleh bencana alam yang berturut-turut serta kelaparan nasional yang terus terjadi.
Berbagai usaha pemulihan tidak berhasil dan bakufu menjadi terpuruk dalam perubahan sosial dan ekonomi. Para daimyo juga menemukan kesultan yang serupa. Beberapa diantara mereka mengusahakan perbaikan dalam pemerintahan clan, mamaksa pengendalian atas produksi serta penjualan produk penting dalam usaha mereka untuk memulihkankeadaan keuangan clan. Beberapa clan yang kuat seperti Satsuna dan Choshu berhasil dalam perbaikan itu.
Dengan bertambahnya kesulitan keuangan, bakufu dan daimyo bertambah kerasa dalam usaha memungut pajak dari petani yang mengaibtakan para petani menderitakemiskinan yang semakin parah. Banyak diantara mereka yang melepas tanahnya dan menjadi buruh tani meskipun banyak petani yang lain membuak toko minuman keras atau menjadi lintah darat. Dengan cara ini mereka menjadi kaya. Petani miskin mulai membentuk kelonpok unutk menuuntut haknya dengan cara paksaan atau memberontak, percobaan ini menjadi sering terjadi.
a.         Kondisi Kebudayaan Pada Masa Kemunduran
Dengan latar belakang kegelisihan sosial, kebudayaan menjadi surut juda dekeden. Kebudayaan yang berasal dari zaman sebelumnya tetap berlangsung di Kyoto dan Osaka tapi kota Edo menjadi pusat baru. Dari kehiidupan dekaden orang borjuis di Edo muncul berbagai kebudayaan baru dari kalangan  pedagang.
Novel-novel populer dicetak dalam jumlah banyak termasuk share-bon, yaitu novel pendek yang mengambil tema di tempat-tempat hiburan dan yamihon yaitu roman sejarah panjanga. Juga kabuki mencapai puncak ketenaran bahkan beberapa dramawan terkenal tampil berturut-turut di panggung kabuki.
Dalam bidang kesenian, bentuk-bentk baru seperti naga yang berasal dengan gaya populer di Cina Ming dan Ch’ing atau gaya realisme yang berasala dari geya penelitian alam seperti terlihat dalam karya Maruyama Okyu dan pengikutnya yang disebut okiyo-e mencapai kemajuan dalam segi teknis yang menuju pada zaman emas ninshiki-e, baik dalam tema maupun dalam pribadi senimannya, ninkishi-e merupakan hasil karya murni yang berasal dari kelas pedagang, kebudayaanya menemukan perwujudan paling lengkap dan bebas dalam buku ini.
Pendidikan tersebar keseluruh negara. Disamping sekolah-sekolah yang didselenggarakan bakufu dan clan, juga terdapat terakoya atau sekolah dikuil yang merupakan sumber pendidikakn bagi kaum pedagang dan petani, dan merupakan tempat dimana mereka dapat memperoleh dasar-dasar pendidikan yaitu memb aca menulis dan berhitung.
Dalam bidang ilmu pengetahuan ajaran Kong Hu Chu resmi tetap berlangsung dengan baik seperti biasanya, tapi zaman ini menyaksikan tampilnya koku-gaku yang mulai mengimbangi perhatian yang dimulai dengan kada-no-Azumamaro hingga kebebasan baru bagi ilmu pengetahuan Jepang dan mengnjurkan kembalinaya cara hidup dan pemikiran kuno dan bersifat pribumi. Koku-gaku judga dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan baru dalam pengertian bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atasnya terutama daari kalangan pedangan dan petani.
Cabang ilmu pengetahuan lain, ron-gaku atau ilmu pengetahuan Belanda. Maeno Ryotaku muris Aoki dan sarjana lain berusaha keras dan brehasil menerjemahkakn buku Tefel anatomia karya beanda mengenai anatomi dan sejak saat itu bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan yang berhubungan denganny amenjadi cabang ilmu pengetahuan yang diakui oeleh Jepang yang dikenal dengan ron-gaku. Melalui ilmu bahasa cabang pendidikan ini berembang ingga mencapai pelajaran dalam berbagai dunia barat dan banyak pengetahuan baru seperti kedokteran, astronomi, ilmu alam, dan kimia diperkenalkan di Jepang.
Baik Kon-gaku maupun Ron-gaku tidak dengan sendirinya melakukan penolakan terhadap masyarakat feodal. Secara ironis gerakan melawan bakufu dimulai antara Syshigaku yang dibina oleh bakufu sendiri. Moto-gaku yang berpusat dengan usaha pengumpulan sejarah Jepang lengkap dimulai oleh Tokugawa Mitsokuni, penguasa dari Miti dan mengembangkan teori kewajiban moral antara atasan dan bawahan yang menitikberatkan pada penghormatan edngan kaisar. Teori ini mendorong para sarjana untuk mempertanyakan eksistensi lembaga bakufu.
Pemerintah Tokugawa mengalami masa kejayaan yang panjang tetapi pada abad ke-19, kekuasaan Tokugawa mulai mengalami kemunduran. Kaum samurai makin mengalami kesulitan keuangan dan hutang yang terus meningkat. Di kota-kota mulai terjadi ketegangan-ketegangan antara pedagang kaya dengan rakyat miskin, di desa-desa mulai ada perbedaan antara yang memiliki tanah dan yang tidak memiliki tanah (Suryohadiprojo,1982:21).

2.4    Keruntuhan Keshogunan
Sementara Jepang semakin tenggelam dalam keterasingannya, evolusi bentuk negara modern dan persatuan nasional sedang berlangsung di dunia bagian barat. Lebih dari itu perkembangan kapitalisme mengakibatkan revolusi industri yang mengakibatkan bangsa barat melihat keluar negeri untuk rencana pasaran bagi hasil industrinya dan uhtuk sumber-sumber bahan baku baru.dengan cara ini muali merntang ke Jepang.
a.    Pembukaan Negara
Bangsa pertana yang mengetuk pintu Jepang adalah Rusia. Pada tahun 1972 Rusia telah memperluas kekuasaanya hingga ke Siberia, mengirim seorang utusannya Adam Lexmann ke Nemuro di Hokkaido untuk memulangkakn awak kapal Jepang yang kandas di Rusiadan untuk memajukan nota resmi yang memohon dibukannya hubungan perdagangan antara kedua negara itu. Bakufu memberitahu utusan ini tentang kebijaksanaan pengasingan Jepang, mengatakan bahwa pembicaraan lebih lanjut harus dilaksanakan di Nagasaki dan memintanya untuk pulang kembali. Setelah itu Rusia mengirim utusan ke Nagasaki, tetapi utusan itupun diusir olehpemerintah Jepang yang menyebabkan Rrusia kemudian mengunakan kekuatan militernya untuk menyerang wilayah bagian utara Jepang. Karena ini bakufu meletakan Hokaido langsung dibawah pengawasannya dan memperkuat pertahanan disana. Sementara seorang tentara bayaran bakufu bernama Kondo Jusho menjelajah daerah Kuriles dan Mamia Rizo membuaut survei atas Karafuto dan memastikan bahwa apa yang selama in dianggap bagian dari benua sebenarnya merupakan pulau-pulau tersendiri.
Pada tahun 1853 Komodor Perry, komandan dari Squadron Hindia Timur dari Amerika Serikat, memasuki pelabuhan Ugara dengan kapal-kapal perangnya embawa surat dari presiden Amerika yang ingin membuka hubungan dagang dengan Jepang. Bakufu meminta persetujuan dari kaisar dan para daimyo mengenai cara membalsa surat ini tetapi kesalah pahaman membuaut perselisihan antara mereka yang menyrtujui hal tersebut degan yang menentang orang biadab tersebut untuk diusir. Tetapi ketika Perry kembali pada tahun berikutnya untuk meminta jawaban, bakufu menyerah dan perjanjian persahabatan antara Jepang dan Amerika ditandatangani. Perjanjian itu mengatur dua pelabuhan, Shimoda dan Hokadate akan dibuka bagi kapal amaerika untuk memberi persediaan bahan bakar, air dan air dan makanan. Ini disusul perjanjian yang serupa dengan Inggris, Rusia dan Belanda. Dengan demikin pintu negara Jepang dibuka kembali setelah prengasingan yang berlangsung selama dua abad.
Menyusul perjanjian persahabatan tersebut, Amerika Seriakt mendorong bakufu uuntuk mengadakan perjanjian dagang tetapi istana tidak mengizinkan Menteri bakufu Li Naosuke tidak mengindahkan penolakan dari istana dan tetapi menandatangani perjanjian dan pada tahun 1858 perjanjian dagang dan persahabatan ditandtanganni antara Jepang dan Amerika Serikat. Perjanjian ini dirasa kurang adil, selain Shimora dan Hokadate empat pelabihan lain yaitu kanagawa, Nagasaki, Niigata, dan Hyogo serta kota Edo dan Osaka terbuka untuk perdagangan. Terdapat pul ahak menetap bagi warga Amerika. Pemenpatan menteri ddan konsul serta hak ekstra teritorial untuk warga negara Amerika. Selain itu juga terdapat perjanjian tentang pabean. Beberapa tahun kemudian perjanjian serupa juga dilakukan dengan Belanda, Rusia, Inggris dan Prancis. Penandatangan perjanjian tanpa adanya persetujuan dengan kaisar menyebabkan kekesalan dari kaisar. Li Naosuke mengambil tindakan represif keras dengan melawan oposisi dan banyak orang yang setia terhadap kaisar dibunuhnya, pada ahirnya ia bidunuh oleh samurai dari Clan Satsuma dan Mito. Pada saat yang bersamaan pembukaan hubungan dagang dengan negara-negara asing sangat mengacaukan perekonomian Jepang. Pembelian barang-barang eksprt dalam jumlah besar menyebabkan ketidakseimbangan permintaan dan persediaan yang meyebabkan kenaikan harga.
b.        Pemberontakan Dalam Negeri
Sejak terjadinya pembukaan negara, pemberontakan dalam negeri semakin meningkat karena rakyat Jepang tidak menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani oleh pemerintahan Tokugawa, terutama pihak kekaisaran karena perjanjian itu belum memperoleh izin dari kaisar.Penandatanganan perjanjian ini menimbulkan kekesalan dan gerakan anti pemerintahan bakufu yang diwakili oleh daimyo Tozama. Hal-hal yang mereka tentang antara lain adalah menentang adanya hubungan dagang dengan orang asing, menginginkan pengembalian fungsi politik kepada kaisar, dan ingin menegakkan kembali pemujaan terhadap Tenno dan agama Shinto serta kembali pada Shintoisme yang murni sebagai reaksi dari Ryobu Shinto dan Budhisme (Nurhayati,1987:45). 
Perjanjian dengan negara Barat juga membawa dampak dimana perdagangan berkembang pesat. Golongan petani merupakan produsen yang sangat membantu kehidupan golongan lain. Tetapi mereka sangat menderita karena diwajibkan membayar pajak yang sangat tinggi dengan sebagian hasil panen mereka.Ada semboyan yang berbunyi “kepada petani jangan diberi kehidupan maupun kematian” artinya bahwa setiap petani harus ditempatkan sebagai kelas masyarakat yang hanya wajib berproduksi dan membayar pajak. 
Akibatnya kehidupan petani semakin sulit dan akhirnya banyak yang meninggalkan lahan pertaniannya dan menjadi buruh tani di tanah pertanian orang lain. Mereka juga mulai membentuk kelompok-kelompok untuk membela haknya dengan kekerasan, memberontak, dan melawan pemerintah (Nurhayati,1987:19). Pemberontakan petani yang tidak puas terhadap pemerintah semakin hari semakin mengacaukan keadaan Jepang saat itu.Disamping bencana alam dan bahaya kelaparan yang sering terjadi pada pemerintahan Tokugawa menambah semangat rakyat untuk meruntuhkan kedudukan shogun.
Akibat dari penandatanganan perjanjian tersebut, pemerintah Tokugawa tidak lagi memperoleh kepercayaan dari rakyat untuk melindungi mereka dari pengaruh luar dan tidak dapat memberikan perlindungan terhadap rakyatnya.Alasan ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menggulingkan kekuasaan Tokugawa.Setelah terjadi beberapa peristiwa buruk, maka pada tahun 1867 pemerintah Tokugawa menyerahkan kekuasaan pada kaisar Meiji. Dengan demikian pemerintahan Tokugawa berakhir dan kekuasaan penuh berada di tangan kaisar (Sihombing,1997:51). 
Pada awalnya pemerintahan Shogun dapat membuat kedamaian.Tetapi di balik itu pemerintahn Shogun mempraktekan pemerintahan dengan tangan besi dan untuk kepentingan rezimnya. Keluarga Tokugawa sebagai keluarga Shogun terakhir yang memerintah Jepang sebelum Restorasi mempunyai koordinasi sebagai berikut: 
1)        Shogun, sebagai pemimpin pemerintahan (kaisar hanya sebagai lambang saja). 
2)        Daimyo, sebagai pemerintahan Gubernur/ Provinsi. 
3)        Samurai-samurai, sebagai serdadu. 
Semua Shogun Tokugawa berpegang pada tradisi kuno yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan Amaterasu Omokami dan disusun memerintah dengan tangan besi.Kaisar terakhir pada masa Tokugawa adalah Keiji sedangkan ibukota negaranya adalah Yedo. Kota tersebut merupakan pusat administrasi dengan segala hukum dan undang-undangnya yang akan menjamin supremasi bagi Shogun Tokugawa. Pemerintahan Shogun selalu menentang aktifitas dan inisiatif dari setiap inidividu.Semua aktifitas diawasi oleh pemerintah Shogun.Pada pertengahan abad ke-19 bagian kedua pemerintah Shogun menghadapi keruntuhan. 
c.    Gokajo no Goseimon 
Tokugawa Yoshinobu, Shogun Tokugawa yang ke-15, menyampaikan pengunduran dirinya kepada kaisar pada bulan November 1867, mengakhiri kekuasaannya yang kurang lebih dua abad lamanya. Pada tanggal 3 Januari 1868 dikeluarkanlah sebuah pernyataan resmi tentang restorasi dan kemudian dibentuk suatu pemerintahan yang sesuai dengan pola kuno dimana kaisar menangani masalah-masalah politik.Pada tanggal 3 Januari itu pulalah para pendukung restorasi mengambil keputusan-keputusan penting tentang peranan keluarga Tokugawa dalam rezim yang baru.
Pada tanggal 6 April 1868 kaisar mengeluarkan Sumpah Jabatan (Gokajo no Goseimon) yang sangat penting yang terdiri dari lima pasal, yang menggambarkan garis besar asas-asas yang harus dianut oleh pemerintahnya. Isi dari piagam tersebut yakni :
1)        Dewan-dewan musyawarah akan dibentuk secara luas dan tiap-tiap kebijaksanaan akan ditetapkan berdasarkan musyawarah ; golongan tinggi dan rendah harus bersatu dalam melaksanakan rencana-rencana bangsa dengan penuh gairah.
2)        Semua warga sipil dan pejabat militer dan rakyat diijinkan untuk memenuhi cita-cita mereka, dengan demikian tidak ada ketidak puasan antara mereka.
3)        Adat istiadat masa lalu yang tidak baik harus dihapus, dan asas-asas yang adil dan wajar haruslah menjadi dasar kebijaksanaan kita ; Pengetahuan harus dicari keseluruh dunia dan dengan demikian kesejahteraan kerajaan dapat ditingkatkan. 
Meskipun pasal yang pertama tidak dimaksudkan sebagai suatu pernyataan tentang demokrasi modern, sumpah jabatan itu, bagaimanapun adalah sangat progresif untuk masa itu.Sumpah itu menguatkan asas politik yang baru berupa mendengarkan pendapat umum dan membuka negeri bagi hubungan persahabaan dengan semua negeri di dunia.
Pemerintah kerajaan segera mengumumkan satu rangkaian pemusatan otoritas politis di dalam negara kesatuan, industrialisasi ekonomi, undang-undang pokok kaisar, wajib militer yang universal, dan penciptaan suatu sistem pendidikan di seluruh negara.Dengan demikian di masa datang tidak ada masyarakat yang buta huruf.
Perubahan-perubahan dalam pemerintahan ini disusul dengan langkah-langkah yang meninggalkan tradisi lama. Pemerintah baru mencatat kenyataan bahwa Edo merupakan pusat politik bangsa, dan dalam bulan November 1868 pemerintah secara resmi memberinya nama baru Tokyo (ibukota sebelah timur). Dalam bulan November kaisar hijrah dari Kyoto ke ibukota baru itu dalam suatu pawai kebesaran, dan menetapkan kediaman resmi tetapnya disana pada awal tahun 1869.
Pada umumnya rezim baru itu menekankan pentingnya kaisar memerintah bangsa.Maka setelah wafatnya kaisar Komei pada tahun 1866, anak laki-lakinya yang baru berumur empat belas tahun yaitu Mutsuhito menggantikannya.Semua pengumuman resmi pemerintah baru dibuat atas namanya. Pada bulan Oktober 1868 Kaisar mengumumkan bahwa masa tahun-tahun pemerintahannya adalah ”Meiji” (pemerintahan yang cerah). Dengan demikian maka restorasi kerajaan tahun 1867 – 1868 dikenal dengan nama Restorasi Meiji, dan tahun-tahun antara 1868 – 1912 disebut era Meiji, karena Mutsuhito wafat tahun 1912.


DAFTAR PUSTAKA

1.        Sumber Utama
a.       Rosidi, Ajip. 1981. Mengenal Jepang. Pusat kebudayaan Jepang Jakarta : Jakarta.
b.      Sakamoto, Taro. 1992. Jepang Dulu dan Sekarang, terjemahan oleh Sylvia Tiwon. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
c.       Handayani, Sri. 2014. Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568 – 1945. Jember
d.      Lan, Nio Joe. 1962. Djepang Sepanjang Masa. PT. Kinta Jakarta : Jakarta

2.        Sumber Penunjang
c.       http://mutiazulfahriani.blogspot.com/2013/06/zaman-feodal-jepang.html

MASA PERKEMBANGAN, KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN KESHOGUNAN




(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur II)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Sumadri, M.Hum





Disusun oleh:
1.      Eka Ariska Putri             (120210302005)
2.      Intan Permatasari           (120210302010)
3.      Dimas Sulthon Syahrir  (120210302012)

Kelas B





PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


BAB 1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Shogun adalah istilah bahasa Jepang yang berarti jenderal. Dalam konteks sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang dimaksudkan adalah Sei-i Taishōgun yang berarti Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi melawan orang biadab (istilah "Taishōgun" berarti panglima angkatan bersenjata). Gelar Sei-i Taishōgun diberikan kepada panglima keshogunan sejak zaman Kamakura hingga zaman Edo. Sei-i Taishōgun merupakan salah satu jabatan jenderal yang dibuat di luar sistem Taihō Ritsuryō yaitu kitab hukum yang dibuat dari tahun 701 dan mulai diberlakukan pada tahun 702. Jabatan Sei-i Taishōgun dihapus sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam bahasa Jepang, istilah shōgun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap digunakan hingga sekarang.
Awal keshogunan dimulai saat kelas penguasa (kaum aristokrat) mendapat kekuatan dan legitimasi dari kaisar yang berkuasa pada saat itu, ini semua berkat usaha mereka mendekati dan mempengaruhi kaisar. Mereka berasal dari kalangan kaum tani kaya yang membentuk suatu perkumpulan keluarga dari klan-nya sendiri dan mereka berhasil menemukan dasar yang baik untuk menggalang kekuatan melalui pengelolaan pertanian yang baik. Berpangkal pada ikatan-ikatan itulah mereka berhasil mengukuhkan kelas penguasa tradisional dan menciptakan masyarakat feodal baru.
Pemerintahan ke-Shogun-an terbentuk pada periode Kamakura antara tahun 1192-an M. Periode Nara dan Heian, kekuasaan pemerintahan dapat dikatakan berada secara langsung dalam tangan kaisar . Yang kemudian pada periode selanjutnya di serahkan kepada pejabat tinggi kerajaan, yang dapat kenal sebagai Wasir (perdana menteri), tetapi pada periode kamakura ini mulailah pemerintahan dipegang oleh kaum samurai.
Shogun memiliki peranan besar dalam pemerintahan jepang. Akan tetapi, bukan Shogun pemimpin Negara Jepang yang sebenarnya. Kaisar adalah pemimpin tertinggi Negara Jepang. Kaisar yang mengangkat dan memerintah Shogun. Kaisar dianggap sebagai keturunan amaterasu (dewi matahari) karena itu kaisar dianggap terlalu suci untuk berperan aktif dalam masalah pemerintahan dan masalah kemiliteran. Kaisar hanya berperan aktif dalam kegiatan seremonial Negara.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi pokok penulisan pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)      Bagaimana asal – usul masa Keshogunan ?
2)      Bagaimana perkembangan masa Keshogunan ?
3)      Bagaimana kemunduran masa Keshogunan ?
4)      Bagaimana keruntuhan masa Keshogunan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini diantaranya adalah :
1)      Mengetahui asal – usul masa Keshogunan
2)      Mengetahui perkembangan pada masa Keshogunan
3)      Mengetahui kemunduuran masa Keshogunan
4)      Mengetahui Keruntuhan masa Keshogunan


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1  Asal – Usul  Keshugunan
Awal keshogunan dimulai saat kelas penguasa ( kaum aristokrat ) mendapat kekuatan dan legitimasi dari kaisar yang berkuasa pada saat itu, ini semua berkat usaha mereka mendekati dan mempengaruhi kaisar. Mereka berasal dari kalangan kaum tani kaya atau tuan tanah yang membentuk suatu perkumpulan keluarga dari klan-nya sendiri dan mereka berhasil menemukan dasar yang baik untuk menggalang kekuatan melalui pengelolaan pertanian yang baik.
Tanah yang dimiliki oleh para tuan tanah ini sangat luas yang kemudian diciptakan pos-pos penjagaan untuk mengawasi tanah tersebut. para penjaganya berasal dari masyarakat sendiri yang dikenal dengan sebutan samurai, dan untuk tempat penjagaannya (pos) dinamakan bakufu. Dengan kekuatan politik dan sumber daya yang dimiliki oleh para tuan tanah ini, akhirnya dilancarkanlah sebuah pemberontakan kepada pemerintah, yaitu dengan car amembekali para samurai dengan senjata. Untuk mengorganisasikan para samurai ini maka diangkatlah seorang pemimpin yang dikenal dengan istilah shogun. Semangat kemiliteran bushido dijadikan sebagai karakter jiwa dari negara Jepang.  Berpangkal pada ikatan-ikatan itulah mereka berhasil mengukuhkan kelas penguasa tradisional dan menciptakan masyarakat feodal baru.
Pemerintahan ke-Shogun-an terbentuk pada periode Kamakura antara tahun 1192-an M. Dibandingkan dengan periode Nara dan Heian, kekuasaan pemerintahan dapat dikatakan berada secara langsung dalam tangan kaisar . Yang kemudian pada periode selanjutnya di serahkan kepada pejabat tinggi kerajaan, yang biasa kita kenal sebagai Wasir (perdana menteri), tetapi pada periode kamakura ini mulailah pemerintahan dipegang oleh kaum samurai.
Di tahun 1192 ini, kaisar menunjuk Minamoto no Yoritomo sebagai Shogun pertama di jepang. Shogun sendiri mempunyai arti panglima tertinggi tentara. Tapi sebelum kaisar menunjuk Minamoto no Yoritomo sebagai Shogun , Minamoto no Yoritomo telah lebih dahulu mengangkat dirinya sebagai shogun yang pertama. Dan akar politik ke-Shogun-an selanjutnya berasal dari periode Kamakura ini.
Pada periode ke-Shogun-an ini, kaum samurai diangkat sebagai polisi dan pemungut pajak dan ditempatkan pada semua distrik di seluruh kerajaan. Di periode ini muncul sekte budha baru dengan doktrin-doktrinnya yang tersebar amat cepat ke dalam kalangan rakyat jepang. Doktrin-doktrin itu diajarkan oleh sekte –sekte Jodo, Jodo Shinshu, Zen dan Nichiren. Dalam tahun 1227, Sotoshu, yaitu salah satu cabang dari sekte Zen diperkenalkan pula di jepang. Walaupun pada periode ini ,kekuatan fisik menjadi kecenderungan umum untuk dibangun dan diikuti dimana-mana, namun kegiatan kebudayaan rohaniahpun mendapat tempat yang sewajarnya. Pada periode ini di kalangan masyarakat dan samurai, sekte yang banyak dianut adalah sekte budha Zen, karna sekte ini mengajarkan bahwa manusia dapat mengalami kehidupan abadi, asal percaya kepada ajaran budha.
Sebenarnya kembalinya kekuasaan ke dalam tangan kaisar adalah dambaan kebanyakan kaum lemah yang disokong oleh kaum agama ( terutama agama Shinto). Pada periode ke-Shogun-an yang mengutamakan kekuasaan duniawi ,menjadikan kekerasan sebagai dasar pelaksanaan kekuasaan. Sebaliknya ,kekuasaan keagamaan yang berdasarkan kelembutan dan keserasian yang menjadi ciri kekaisaran jepang ,menjadi minat yang besar dari kebanyakan orang bebas.
2.2  Perkembangan Keshogunan
2.2.1   Keshogunan Kamakura (鎌倉幕府 / Kamakura Bakufu)
Keshogunan Kamakura (Kamakura Bakufu) adalah pemerintahan militer oleh samurai yang didirikan Minamoto no Yoritomo di Kamakura. Pada jaman Kamakura (1185 - 1333) lahir suatu kelas baru dalam masyarakat Jepang yaitu kelas militer (biushl). Kelahiran kelas militer ini adalah akibat timbulnya penjalinan kekuasaan antara militer daerah dan kaum bangsawan pedesaan yang memanfaatkan kemunduran pemerintah pusat dan kekacauan di dalam negeri untuk memperbesar kekuasaan mereka. Lahirnya kelas militer ini kemudian diikuti oleh pembentukan pemerintahan militer atau yang dikenal dengan Bakufu yang secara harafiah disebut (pemerintahan di tenda) atau "Keshogunan". Sistem politik yang disebut keshogunan (bakufu) terus bertahan hingga Keshogunan Muromachi (Muromachi Bakufu) dan Keshogunan Edo (Edo Bakufu).
Dalam literatur klasik Azuma Kagami, istilah bakufu hanya digunakan untuk rumah kediaman shogun, dan tidak digunakan untuk menyebut pemerintah pusat oleh kalangan militer. Istilah "bakufu" untuk menyebut pemerintahan kalangan samurai pertama kali digunakan sejarawan di zaman Edo. Kalangan samurai biasanya menyebut pemerintahan Kamakura sebagai Kamakura-dono (Yang Dipertuan Kamakura).Zaman bakufu Kamakura menghasilkan kebudayaan tersendiri dengan menggabungkan unsur –unsur kebudayaan samurai yang baru bangkit pada kebudayaan istana. Dapat dikatakan bahwa hal ini berarti kebangkitan kembali kebudayaan asli Jepang. Yang paling menonjol dalam kebudayaan zaman ini adalah bangkitnya aliran – aliran agama budha.Pembentukan bakufu ini sekaligus menan_dai berakhirnya awal jaman pertengahan dan dimulainya jaman feodalisme di Jepang. Pemerintahan oleh kelas militer ini berlangsung kurang lebih 700 tahun dan secara garis besar terbagi atas 2 jaman yaitu feodal awal dan feodal akhir. Jaman feodal awal meliputi jaman Kamakura (1185 - 1333), Muromachi (1333 - 1573), Berta Azuchi Mornoyama (1573 - 1603). Semen_tara jaman feodal akhir hanya meliputi satu jaman yaitu jaman Edo (1603 - 1867).          

a.       Industri dan Kebudayaan Pada Zaman Kamakura
Pada masa keshogunan kamakura industry mengalami kemajuan. Karena dibukanya daerah – daerah baru untuk penanaman padi dan kemajuan dalam teknik pertanian, produksi pertanian berlipat ganda dan kerajianan tangan juga mengalami perberkembangan. Perdagangan tumbuh dengan subur dan pasar –pasar yang diadakan 3 kali dalam sebulan, berkembang di pusat –pusat dalam shoen, di pusat komunikasi penting, dan di depan pintu gerbang kuil –kuil dan tempat ibadat. Pembuatan mata uang di Jepang telah lama dihentikan, tetapi system ekonominya mulai berkembang.
Dalam bidang kesenian, masa ini merupakan zaman emas seni pahat yang berupa patung keagamaan maupun patung manusia biasa. Dalam bidang seni lukis, dihasilkan lukisan gulung yang bermutu, sedangkan dalam bidang arsitektur terjadi pembangunan kuil dengan corak Sung yang di Jepang dikenal sebagai tenjiko-yo dan karayo. Sedangkan, dalam bidang kesusastraan, zaman ini ditandai dengan munculkan apa yang disebut “ Babat Ksatria” disamping puisi dan prosa bangsawan tradisional.

b.       Keadaan Shogun Setelah Pemerintahan Yuritomo
Setelah Yoritomo wafat jabatan shogun digantikan oleh putranya yoriie dan Sonetomo yang menjabat secara bergantian. Namun sanetomo dibunuh oleh putra Yoriie, Kugyo dan keturunan Minomoto berakhir setelah tiga generasi. Kujo Yoritsune saudara jauh Yoritomo dari Kyoto dan diangkat menjadi shogun. Melihat kondisi Yoritsune yang masih kanak – kanak maka ia hanya dijadikan boneka. Maka pemerintahan berada di tangan mangkubumi. Yamg waktu itu depegang oleh Hojo Tokimasa, dan setelah wafatnya Hojo Tokimasa jabatan mangkubumi dijabat oleh putranya Yoshitoki.
Dengan terhapusnya garis keturunan Minomoto membuka kesempatan bagi kaisar Gotoba  dalam usaha pengembalian kekuasaan kaisar dalam pemerintahan. Kesempatan yang terbuka di manfaatkan oleh Kaisar Gotoba untuk memberikan perintah kepada propinsi untuk menggulingkan Yoshitoki. Dan Kaisar Gotoba mengundurkan diri dan putranya kaisar Juntoku yang juga telah menarik diri, dibuang ke pulau Sado. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Jokyu.  Akibat kemenangannya bakufu mengambil alih lebih dari tiga ribu daerah milik istana. Dengan hal ini Yoshitoki diganti oleh Yasutoki dan kemudian oleh Tokiyori yang memperoleh sumpah setia rakyat banyak karena cara pemerinahannya yang adil dan tegas. 

c.       Restorasi Kemmu
Pada masa terjadinya pertikaian kaisar Godaigo dari garis keturunaan Daikakuji Sungguh menyadari praktek pemerintahan oleh kaisardam berusaha mengembalikan pemerintahan ketangan kaisar. Kaisar bakufu berusaha memanfaatkan kesepatan dari lembaga Bakufu yang mengalami kemunduran dan menunjukkan kekesalan terhadap kediktatoran oleh para Shogun Hojo. Oleh sebab itu kaisar mengirim tentara ke provinsi untuk mengumpulkan pasukan demi melancarkan serangan terhadap Rokuhara Tandai, wakil bakufu resmi di Kyoto. Tetapi usaha itu gagal.
Melihat kekalahnya tersebut kisar Gotoba tidak menyerah dan dia tetap melancarkan seranganya sebagai akibatn dari tindakan kaisar Gotoba ini dia dibuang kepulau Okki. Dan sebagai gantinya Bakufu mengangkat garis keturunan jimyoin. Kaisar Kogon untuk duduk diatas tahta.
Perjuangan dalam pengambilan kembali pemerintahan tidak seluruhnya gagal cita – cita kaisar ini diteruskan oleh putra mahkotanya Morinaga, mengeluarkan perintah untuk menghimpun para samurai dipropinsi untuk membantunya. Mereka mendapatkan pemimpin yang terkenal yaitu Kusunoki massasige dari kawachi. Dan bangkit menentang bakufu. Ashikaga Takauji, anggota keluarga Minomoto menghancurkan rokuhara tandai, dan Nitta Yoshisada dari keluarga yang sama menyerang kamakura dan mengalahkan Hojo. Ini terjadi pada tahun 1333 kaisar meloloskan diri dari Okki dan kembali menduduki tahta.
Dengan kekalahan bakufu kaisar memegang pemerintahan secara langsung dan pribadi ia menolak siistem pemerintahan dari biara, koma menolak mengangkat Sessho atau kampaku, dan memberikan kedudukan yang sama kepada bangsawan serta samurai di pusat pemerintahannya. Peristiwa ini dikenal dengan restorasi kemmu merupakan nama zaman ini.
Pada dasarnya retorasi ini sangat baik, namun pada kenyataannya tidak terealisasikan. Dalam banyak hal ara bangsawan dan para samurai sering berselisih faham.perselisihan ini berkaitan dengan pembagian tanda jasa sehingga urusan kenegaraan banyak yang terbengkalai. Pemerintaha ini hanya bertahan selama dua tahun.
Pemerintahan ini berakhir dengan pemulihan oleh Ashikaga Takauji. Ia mengalahkan Kusunoki Masashige di Minatogawa, Kobe dan menduduki Kyoto serta medudukkan adik kaisar kogon diatas tahta. Dengan sebutan kaisar komyo. Kaisar godaigo berlindung di gunung Hiei, kemudian pindah di gunung Yoshino bagian selatan Yamato. beliau bersam para samurai yang setia padanya. Dengan terjadinya peristiwa maka terdapat dua kaisar pada saat itu. Yang berada di Kyoto ” istana utara “ dan Yoshinona  “istana selatan“.
Setelah terjadinya peristiwa tersebut Ashikaga Takauji diangkat menjadi panglima besar yang bertugas mengawasi istana utara dan mendirikan bakufu di Kyoto dan didukung oleh kekuatan Shogun. Dengan keadaan yang demikian istana selatan masih bersikeras menolak dan tetap melakukan perlawanan.
Pertentangan yang terjadi antara kedua istana terjadi selama 57 tahun. Tetapi dengan perantara Shogun ashikaga Yosimitsu (cucu takauji) pada tahun 1392 terjadi pendekatan kembali diantara kedua istana dan hasil dari perundingan tersebut kaisar gokameyama yang pada waktu itu memerintah selatan menyerahkan tahta kepada kaisar Gokomatsu yang memerintah di istana utara. Dengan demikian berakhirlah masa perpecahan dikalangan istana.

2.2.2   Keshogunan Muromachi (室町幕府 Muromachi Bakufu) atau Keshogunan Ashikaga (1336—1573)


2.2.3   Keshogunan Tokugawa (徳川幕府 Tokugawa Bakufu, 1603—1868) atau Keshogunan Edo (Edo Bakufu)
a.       Pemerintahan Tokugawa dibawah Lesayu
Kekuasaan bakufu Tokugawa diawali dengan naiknya Tokugawa Ieyasu sebagai shogun pasca wafatnya Tooyotomi Hideyoshi. Tokugawa lesayu meneruskan pekerjaannya dan menyempurnakan persatuan bangsa. Ia merupakan putra keluarga kaya di Mikawa dan memperkuat kedudukannya selama zaman Nobunaga. Dan Hideyosi diberi wilayah dalam delapan profinsi diwilayah Kanto oleh Hideyoshi. Dengan demikian ia membangun kekuatannya yang bermarkas besar di Edo. Setelah wafatnya Hideyoshi ia memiliki keuntungan dari pertikaian yang terjadi anatara tentara bayaran Hideyoshi dengan Ishida Mitsunari. Hasilnya adalah pengukuhan hegemoni kaum Tokugawa. Pada tahun 1603 Leyasu ditunjuk sebagai Shogun oleh kaisar dan bakufu yang telah terbengkalai selama 30 tahun setelah jatuhyan shougun Ashikaga, dihidupkan kembali.
Pada waktu Shogun Tokugawa ketiga, yaitu cucu Lesayu yang bernama Lemitshu, landasan bakufu lebih kokoh jika dibandingkan dengan sebelumnya. Pemerintah samuurai pusat didirikan untuk mengambil langkah untuk menjamin pengendalian para daimyo, takanan terhadap istana serta pengawasan terhadap petani. Pengendalian terhadap para daimyo memakan hampir seluruh tenaga lesayu, karena beberapa diantaranya menjadi kawasan sejawatnya dibawah Hideyoshi sehingga menganggap dirinya memiliki kedudukan yang sama dengan lesayu sendiri.
Lesayu sadar akan keuntungan yang diperoleh melalui perdagangan dan mengambil langkah-langkah positif untuk mendorongnya. Pada tahun 1600 kapal Belanda untuk pertama kalinya tiba di Jepang di pelabuhan Bungo, Kyushu. Lesayung memanggil dua awak kapal yaitu William Adams berkebangsaan Inggris dan Jan Joosten berkebangsaan Belanda, ke Edo dan memperlakukan mereka secara khusus dengan cara mengangkat mereka menjadi  penasehat untuk urusan luar negeri. Sejak itu Belanda mulai mengunjungi Jepang secara teratur dan membangun kantor dagang di Hirado sebagai basis perdangangna mereka dengan Jepang. Sebuah kapal Inggris juga memasuki pelabuhan dan mendirikan kantor dagang tetapi mereka tidak bisa menyaingi bangsa Belanda dan terpaka meninggalkan usaha itu.
Lesayu juga cenderung pada perdagangan Portugal dan Spanyol. Ia berusaha mengadakan perdagangan langsung dengan wilayah Spanyol yaitu Spanyol baru atau Meksico namun usaha itu gagal.
Karena dorongan Lesayu, perjalanan keluar negeri dan perdagangan Jepang mulai maju. Jumlah sertifikat bersegel merah yang diberikan kepada pedagang untuk izin resmi pergi keluar negeri antara tahun 1604 dan 1616 berjumlah lebih dari 180. Tujuan kapal bersertifikat meraah ini mencakup Formosa dan Pescadores hingga pulau Jawa, Kalimantan, Maluku, Semenanjung Melayu, terutama daerah Annam, Luzon dan Siam.para pedagang yang berlayar dengan sertifikat bersegel merah itu adang-kadang menetap di tempat-tempat itu untuk waktu yang cukup lama dan dipekerjakan sebagai awak kapal atau tentara. Mereka berkumpul di daerah-daerah tertentu dan membentuk kota-kota kecil yang seluruh penduduknya berbangsa Jepang. Beberapa diantaranya menjadi terkenal di negara dimana mereka menetap. Seseorang bernama Yamada Nagamasa mencapai jabatan  tertinggi di Siam dan menjadi termahsyur karena berhasil menunpas pemberontakan disana.
b.      Kebijakan Pemerintahan Shogun Tokugawa
Pada tahun 1603 Kaisar Go Yozei mengangkat Lesayu sebagai Shigun. Lesayu memusatkan pemerintahannya di Edo dan mengambil kebijakan – kebijakan dalam pemerintahan Jepang. Kebijakan – kebijakan yang di tentukan oleh Tokugawa Lesayu dalam memerintah Jepang diantaranya adalah :
1)      Pengawasan Terhadap Daimyo
Setelah pertempuran Sekigahara, ia mengadakan perubahan-perubahan penting dalam pembagian wilayah dengan memberikan daerah-daerah kinai, Kanto dan Tokai kepada daimyo yang telah mengabdi kepadanya secara turun temurun. Ia juga menempatkan daimyo yang tidak memiliki ikatan erat dengan keluarga Tokugawa, di daerah-daerah yang jauh seperti Tohoku, Shikoku dan Kyushu. Ia menetapkan kitap undang-undang bagi keluarga ksatria yang mengatur secara tertulis kewajiban daimyo. Ia juga menetapkan sistem yang dikenal sebagai sankinkotai yang mewajibkan para daimyo untuk mengabdi secara bergantian di Edo dan diwilayahnya sendiri sementara istri dan anak-anaknya harus tetap di Edo.
Para daimyo memiliki wewenang yang luas diwilayahnya sendiri, bukan hanya hak untuk memungut pajak tapi juga wewenang legislatif, administratif dan peradilan. Akan tetapi mereka berada dibawah pengawasan lembaga bakufu dan secara mutlak mengabdi kepada shogun. Mereka ditunjuk kewilayah-wilayah tersebut sebagai tenaga bayaran shogun, yang harus diperbaharui setiap pergantian generasi. Dengan didirikannya sistem clan ini, maka sistem feodal dapat dikatakan muncul dengan bentuknya yang paling murni.
2)      Pengawasan Terhadap Istana
Kitap undang-undang untuk keluarga bangsawan ditetapkan untuk mengatur istana, kitap ini mengizinkan bakufu untuk campur tangan dengan tindakan kaisar dan untuk diajak bicara dalam penunjukan dan pemberian pangkat. Para petani yaitu para produsen yang membentuk dasar masyarakat feodal memiliki kedudukan langsung dibawah samurai dalam sistem empat kasta pada zaman feodal. Tetapi dalam praktek kehidupan mereka cukup menyedihkan karena secara mutlak terikat dengan penggarapan tanah dan dibebani pajak tanah yang berat.
3)      Sistem shi-no-ko-sho
Sistem yang menentukan kedudukan sosial seorang dengan cara menggolongkannya kedalam salah satu dari keempat kelas samurai, petani, buruh atau pedagang (shi-no-ko-sho) diterapkan secara ketat. Pekerjaan ditentukan oleh kelas sosial dan perkawinan dibatasi dengan anggota dari kelas sosial yang sama. Hubungan feodal antara tuan-hamba yang dipegang oleh golongan samurai diperluas kesetiap kelas. Ikatan ketat yang serupoaa mengikat tuan tanah dan penghuni di kalangan para petani mengikat murud kepada karyawan ahli di kalangan pertukangan dan mengingat pegawai kepada kepala usaha dikalangan kaum pedagang.
4)      Penerapan Politik Isolasi (Sakoku)
Perdaganga luar negeri yang maju mendorong perluasan agama Kristen dan sekitar tahun 1605 jumlah penganutnya mencapai lebih dari 700 ribu orang. Akan tetapi berbagai hal menyadarkan Lesayu bahwa agama Kristen merupakan ancaman bersar terhadap bangsa dan ia mulai menjalankan tindakan-tindakan untuk menekan agama itu. Agama kristen tidak mengemal pendewaan terhadap kaisar karena itulah agama ini dianggap dapat mengoyahkan kedudukan kaisar, sedangkan menurut agama Shinto kaisar merupakan keturunan dewa yang wajib disembah dan didewakan. Oleh karena itulah diterapkan politik isolasi dan para misionaris diusir dari Jepang.
Shogun ketiga, Lemitshu, memperkuat larangan tersebut dengan menolak orang Spanyol yang datang kejepang dan ingin berdagang, dan ia melarang orang Jepang pergi keluar negeri dan kalau mereka pergimereka dilarang kembali ke Jepang. Sekitar zaman itu terjadi ikki (pemberontakan petani) yang dilancarkan oleh para petani-petani yang umumnya beragama Kristen di semenanjung Shimabara di Kyushu. Ini menjadi kesukaran besar bagi organisasi militer bakufu, dan menjadikan tindakan yang semakin keras terhadap agama Kristen. Para penganut agama ini dicari melalui infornam dan di fumi-e (praktek untuk memaksa orang menginjak ke lukisan atau mendali dengan keyakinan bahwa setiap pengannut agama tersebut akan menolak untuk melakukan hal itu) dan semua orang Jepang diharapkan menjadi anggota kuil Budha melalui pendaftaran.
Pada tahun 1639 larangan serupa berlaku bagi kapal Portugis dan pada tahun 1641 kantor dagang Belanda di Hirado dipindahkan ke pulai Dejima pelabuhan Nagasaki. Kunjungan-kunjungan ke daerah oleh orang Belanda dilarang. Nagasaki menjadi pelabuhan satu-satunya yang masih terbuka bagi perdagangan luar dan hanya orang Belanda dan Cina yang diizinkan berdagang. Dengan cara ini isolasi nasional jepang dimulai. Isolasi membantu memperkuat dan mengamankan pengendalian bakufu atas seluruh negara dan juga membantu perkembangan kebudayaan khas Jepang. Tetapi pengasingan seperti ini juga menebabkan penekanan keinginan bangsa Jepang akan perkembangan di luar negeri dan menutup mata mereka akan apa yang terjadi di dunia luar. Berbagai pendapat dibicarakan mengenai untung ruginya zaman penutupan Jepang ini.
c.       Pembangunan Administrasi Sipil
Sejak zaman shogun keempat, Lestuna, bakufu mulai melonggarkan cara pemerintahan militer yang ketat untuk memberi tekanan pada usaha pendidikan dan kebudayaan karena landasan bakufu telah aman dan perlu adanya pengendalian terusmenerus terhadap daimyo melalui tindakan represif telah berlaku. Kecenderungan ini menjadi semakain nyata dibawah shogun kelima., Tsunayoshi. Zaman yang bertepatan dengan masa pemerintahan Tsunayoshi dinamakan zaman Gnroku.
Selama zaman administrasi birokrasi, industri domestik memperlihatkan perkembangan luarbiasa dan produksi bertambah dengan cepat. Perhubungan juga mengalami perbaikan , peeredaran bahan-bahan konsumsi menjadi lebih lancar dan perdagangan juga maju dengan baik. Kota-kota berkembang pesat, terutamam disekitar kediaman daimyo. Pada puncak kemakmuran dari zaman Edo, yaitu kota terbesar dikota istana diperkirakan mempunyai penduduk sekitar satu jutat orang. Atas dasar kemakmuran ekonomi ini ilmu pengetahuan, kesaastraan dan kesenian maju dengan pesatnya.

d.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Kesenian
Meskipun dapat mengendalikan negara dengan kekuasaan senjata, Lesayu sadar bahwa tidak mungkin memerintah dengan cara itu. Maka sesuai dengan kesadaran ia mengambil langkah untuk mendrong ilmu pengetahuan. Ia khususnya berminat untuk pelajaran neo-Kong Hu Cu dari Chu Shi (Sushi-gaku) yang dengan menekankan jiwa penguasa dan rakyat serta hormat pada moralitas biasa, memenuhi syarat sebagai dukungan teoritis bagi pemerintahan feodal bakufu. Sarjana Sushi-gaku, Hayashi Razan nerturut-turut mengabdi kepada bakufu sebagai eksponen ilmu pengetahuan resmi meskipun timbul aliran pengetahuan lain seperti Youmei-gaku, dan Ko-gaku yang berbesa dengan Sushi-gaku yang resmi.
Kemajuan juga tercapai dalam penelitian sejarah Jepang. Tokogawa Mitsokuni dari clan Miti mengumpulkan sejarah Jepang sejak jaman Kaisar Jimmu hingga rekonsiliasi Istana Utara dan Selatan, sedangkan Arai Hakuseki menetapkan metode-metode rasional untuk pertama kalinya pada studi sejarah bangsa dan dengan demikian membawa pendekatan baru kepada studi mithe-mithe itu.
Dalam bidang kesastraan timbul banyak karya sastra yang bersumber pada kehidupan kelas pedagang dan memperkuat nilai kelas tersebit. Hal yang menarik adalah Haiku ciptaan Matshuo Basho, roman-roman olelh Ihara Saikaku serta drama boneka oleh Chikamatsu Monzaemon yang semuanya merupakan bentukbaru dalalm kesusasrtraan Jepang. Ketiga bentuk itu hanya sedikit berhubungan degan kaum bangsawan berpangkat tinggi atau dengan kaum samurai berpangkat tinggi tetapi mewakili pandangan rakyat dan karenanya hingga tersebar hingga keluar Jepang.
Dalam bidang kesenian aliran Kano menjadi sumber-sumber bagi pelukis resmi bagi lembaga Shogun dan oleh karena itu hanya mengerjakan terusan corak dan gaya tertentu secara turun temurun tetapigaya baru muncul dalam pelukis-pelukis tidak resmi pada zaman itu. Salah satu contoh adalah lukisan dekoratif oleh Hon’ami Koetshu, Tawaraya Sotatshu, dan Ogata Korin. Contoh laian ialah cukilan kayu ukiyo-e yang mulai dengan Hishikawa Moronubo, yang terakhir n kemudian berkembang menjadi nishiki-e yang sangat populer.

2.3    Kemunduran Keshogunan
Dengan masuknya ekonomi uang keseluruh bangsa dan dengan semakin banyaknya tunturan selera pakaian maka kekayaan juga semakin menumpuk dikalangan pedangang sedangka bakufu berada dalam kesulitan dan para samurai serta petani tenggelam dalam kemiskinan. Selama zaman Genroku bakufu bereusaha untuk membangun kembali keuangannya dengan cara mencetak ulang mata uang, mentapkan pajak kemewahan bagi pejabat kaya dan tindakan lain yang serupa tapi tidak berhasil.
Yoshimune, shogun kedelapan mengeluarkan larangan keras terhadap kemewahan dan dekadensi. Ia mendorong berkembangnya seni bela diri di kalangansamurai dan memeriintah seluruh bangsa untuk hidup dalam keserhanaan. sebagai langkah positif untuk membantu keuangan, ia berusaha mendorong pembukaan petanian baru dan pertumbuhan industri namun hasilnya juga tidak memuaskan.
Dibawah shogun kesepuluh Leharu, Tanuma Okitshugu mentri utama shigun memegang pemerintahan yang hampir bersifat eksklusif. Pemerintahan mengambil sikap laissez faire dan terjadi degenerasi. Kaum samurai menjadi dekaden dan korupsi menjadi merajalela. Namun tanuma juga memiliki segi yang baik, sejauh ia menggunakan modal usaha perdagangan untuk memperkuat rezimnya.
Dibaah shogun kesebelas, Lenari, menteri utama Matshudaira Sadanobu menjalankan memperkuat kebijaksanaan dengan memperkuat pemerintahan yang contohnya dari tindakan Yoshimune. Ia mendorong tumbuhnya ilmu dan seni bela diri. Mamaksa untuk hidup sederhana dan mengambil cara lain cukup ekstrim dan keras. Setelahia lenyap dari pemerintahan kemalasan dan masa bodo kembali muncul. Sekitar masa Banka dan Bunsei merupakan zaman perkembangan ahkir yang masuk dari kebudayaan Edo. Kelonggaran sistem pemerintahan diperburuk lagi oleh bencana alam yang berturut-turut serta kelaparan nasional yang terus terjadi.
Berbagai usaha pemulihan tidak berhasil dan bakufu menjadi terpuruk dalam perubahan sosial dan ekonomi. Para daimyo juga menemukan kesultan yang serupa. Beberapa diantara mereka mengusahakan perbaikan dalam pemerintahan clan, mamaksa pengendalian atas produksi serta penjualan produk penting dalam usaha mereka untuk memulihkankeadaan keuangan clan. Beberapa clan yang kuat seperti Satsuna dan Choshu berhasil dalam perbaikan itu.
Dengan bertambahnya kesulitan keuangan, bakufu dan daimyo bertambah kerasa dalam usaha memungut pajak dari petani yang mengaibtakan para petani menderitakemiskinan yang semakin parah. Banyak diantara mereka yang melepas tanahnya dan menjadi buruh tani meskipun banyak petani yang lain membuak toko minuman keras atau menjadi lintah darat. Dengan cara ini mereka menjadi kaya. Petani miskin mulai membentuk kelonpok unutk menuuntut haknya dengan cara paksaan atau memberontak, percobaan ini menjadi sering terjadi.
a.         Kondisi Kebudayaan Pada Masa Kemunduran
Dengan latar belakang kegelisihan sosial, kebudayaan menjadi surut juda dekeden. Kebudayaan yang berasal dari zaman sebelumnya tetap berlangsung di Kyoto dan Osaka tapi kota Edo menjadi pusat baru. Dari kehiidupan dekaden orang borjuis di Edo muncul berbagai kebudayaan baru dari kalangan  pedagang.
Novel-novel populer dicetak dalam jumlah banyak termasuk share-bon, yaitu novel pendek yang mengambil tema di tempat-tempat hiburan dan yamihon yaitu roman sejarah panjanga. Juga kabuki mencapai puncak ketenaran bahkan beberapa dramawan terkenal tampil berturut-turut di panggung kabuki.
Dalam bidang kesenian, bentuk-bentk baru seperti naga yang berasal dengan gaya populer di Cina Ming dan Ch’ing atau gaya realisme yang berasala dari geya penelitian alam seperti terlihat dalam karya Maruyama Okyu dan pengikutnya yang disebut okiyo-e mencapai kemajuan dalam segi teknis yang menuju pada zaman emas ninshiki-e, baik dalam tema maupun dalam pribadi senimannya, ninkishi-e merupakan hasil karya murni yang berasal dari kelas pedagang, kebudayaanya menemukan perwujudan paling lengkap dan bebas dalam buku ini.
Pendidikan tersebar keseluruh negara. Disamping sekolah-sekolah yang didselenggarakan bakufu dan clan, juga terdapat terakoya atau sekolah dikuil yang merupakan sumber pendidikakn bagi kaum pedagang dan petani, dan merupakan tempat dimana mereka dapat memperoleh dasar-dasar pendidikan yaitu memb aca menulis dan berhitung.
Dalam bidang ilmu pengetahuan ajaran Kong Hu Chu resmi tetap berlangsung dengan baik seperti biasanya, tapi zaman ini menyaksikan tampilnya koku-gaku yang mulai mengimbangi perhatian yang dimulai dengan kada-no-Azumamaro hingga kebebasan baru bagi ilmu pengetahuan Jepang dan mengnjurkan kembalinaya cara hidup dan pemikiran kuno dan bersifat pribumi. Koku-gaku judga dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan baru dalam pengertian bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atasnya terutama daari kalangan pedangan dan petani.
Cabang ilmu pengetahuan lain, ron-gaku atau ilmu pengetahuan Belanda. Maeno Ryotaku muris Aoki dan sarjana lain berusaha keras dan brehasil menerjemahkakn buku Tefel anatomia karya beanda mengenai anatomi dan sejak saat itu bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan yang berhubungan denganny amenjadi cabang ilmu pengetahuan yang diakui oeleh Jepang yang dikenal dengan ron-gaku. Melalui ilmu bahasa cabang pendidikan ini berembang ingga mencapai pelajaran dalam berbagai dunia barat dan banyak pengetahuan baru seperti kedokteran, astronomi, ilmu alam, dan kimia diperkenalkan di Jepang.
Baik Kon-gaku maupun Ron-gaku tidak dengan sendirinya melakukan penolakan terhadap masyarakat feodal. Secara ironis gerakan melawan bakufu dimulai antara Syshigaku yang dibina oleh bakufu sendiri. Moto-gaku yang berpusat dengan usaha pengumpulan sejarah Jepang lengkap dimulai oleh Tokugawa Mitsokuni, penguasa dari Miti dan mengembangkan teori kewajiban moral antara atasan dan bawahan yang menitikberatkan pada penghormatan edngan kaisar. Teori ini mendorong para sarjana untuk mempertanyakan eksistensi lembaga bakufu.
Pemerintah Tokugawa mengalami masa kejayaan yang panjang tetapi pada abad ke-19, kekuasaan Tokugawa mulai mengalami kemunduran. Kaum samurai makin mengalami kesulitan keuangan dan hutang yang terus meningkat. Di kota-kota mulai terjadi ketegangan-ketegangan antara pedagang kaya dengan rakyat miskin, di desa-desa mulai ada perbedaan antara yang memiliki tanah dan yang tidak memiliki tanah (Suryohadiprojo,1982:21).

2.4    Keruntuhan Keshogunan
Sementara Jepang semakin tenggelam dalam keterasingannya, evolusi bentuk negara modern dan persatuan nasional sedang berlangsung di dunia bagian barat. Lebih dari itu perkembangan kapitalisme mengakibatkan revolusi industri yang mengakibatkan bangsa barat melihat keluar negeri untuk rencana pasaran bagi hasil industrinya dan uhtuk sumber-sumber bahan baku baru.dengan cara ini muali merntang ke Jepang.
a.    Pembukaan Negara
Bangsa pertana yang mengetuk pintu Jepang adalah Rusia. Pada tahun 1972 Rusia telah memperluas kekuasaanya hingga ke Siberia, mengirim seorang utusannya Adam Lexmann ke Nemuro di Hokkaido untuk memulangkakn awak kapal Jepang yang kandas di Rusiadan untuk memajukan nota resmi yang memohon dibukannya hubungan perdagangan antara kedua negara itu. Bakufu memberitahu utusan ini tentang kebijaksanaan pengasingan Jepang, mengatakan bahwa pembicaraan lebih lanjut harus dilaksanakan di Nagasaki dan memintanya untuk pulang kembali. Setelah itu Rusia mengirim utusan ke Nagasaki, tetapi utusan itupun diusir olehpemerintah Jepang yang menyebabkan Rrusia kemudian mengunakan kekuatan militernya untuk menyerang wilayah bagian utara Jepang. Karena ini bakufu meletakan Hokaido langsung dibawah pengawasannya dan memperkuat pertahanan disana. Sementara seorang tentara bayaran bakufu bernama Kondo Jusho menjelajah daerah Kuriles dan Mamia Rizo membuaut survei atas Karafuto dan memastikan bahwa apa yang selama in dianggap bagian dari benua sebenarnya merupakan pulau-pulau tersendiri.
Pada tahun 1853 Komodor Perry, komandan dari Squadron Hindia Timur dari Amerika Serikat, memasuki pelabuhan Ugara dengan kapal-kapal perangnya embawa surat dari presiden Amerika yang ingin membuka hubungan dagang dengan Jepang. Bakufu meminta persetujuan dari kaisar dan para daimyo mengenai cara membalsa surat ini tetapi kesalah pahaman membuaut perselisihan antara mereka yang menyrtujui hal tersebut degan yang menentang orang biadab tersebut untuk diusir. Tetapi ketika Perry kembali pada tahun berikutnya untuk meminta jawaban, bakufu menyerah dan perjanjian persahabatan antara Jepang dan Amerika ditandatangani. Perjanjian itu mengatur dua pelabuhan, Shimoda dan Hokadate akan dibuka bagi kapal amaerika untuk memberi persediaan bahan bakar, air dan air dan makanan. Ini disusul perjanjian yang serupa dengan Inggris, Rusia dan Belanda. Dengan demikin pintu negara Jepang dibuka kembali setelah prengasingan yang berlangsung selama dua abad.
Menyusul perjanjian persahabatan tersebut, Amerika Seriakt mendorong bakufu uuntuk mengadakan perjanjian dagang tetapi istana tidak mengizinkan Menteri bakufu Li Naosuke tidak mengindahkan penolakan dari istana dan tetapi menandatangani perjanjian dan pada tahun 1858 perjanjian dagang dan persahabatan ditandtanganni antara Jepang dan Amerika Serikat. Perjanjian ini dirasa kurang adil, selain Shimora dan Hokadate empat pelabihan lain yaitu kanagawa, Nagasaki, Niigata, dan Hyogo serta kota Edo dan Osaka terbuka untuk perdagangan. Terdapat pul ahak menetap bagi warga Amerika. Pemenpatan menteri ddan konsul serta hak ekstra teritorial untuk warga negara Amerika. Selain itu juga terdapat perjanjian tentang pabean. Beberapa tahun kemudian perjanjian serupa juga dilakukan dengan Belanda, Rusia, Inggris dan Prancis. Penandatangan perjanjian tanpa adanya persetujuan dengan kaisar menyebabkan kekesalan dari kaisar. Li Naosuke mengambil tindakan represif keras dengan melawan oposisi dan banyak orang yang setia terhadap kaisar dibunuhnya, pada ahirnya ia bidunuh oleh samurai dari Clan Satsuma dan Mito. Pada saat yang bersamaan pembukaan hubungan dagang dengan negara-negara asing sangat mengacaukan perekonomian Jepang. Pembelian barang-barang eksprt dalam jumlah besar menyebabkan ketidakseimbangan permintaan dan persediaan yang meyebabkan kenaikan harga.
b.        Pemberontakan Dalam Negeri
Sejak terjadinya pembukaan negara, pemberontakan dalam negeri semakin meningkat karena rakyat Jepang tidak menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani oleh pemerintahan Tokugawa, terutama pihak kekaisaran karena perjanjian itu belum memperoleh izin dari kaisar.Penandatanganan perjanjian ini menimbulkan kekesalan dan gerakan anti pemerintahan bakufu yang diwakili oleh daimyo Tozama. Hal-hal yang mereka tentang antara lain adalah menentang adanya hubungan dagang dengan orang asing, menginginkan pengembalian fungsi politik kepada kaisar, dan ingin menegakkan kembali pemujaan terhadap Tenno dan agama Shinto serta kembali pada Shintoisme yang murni sebagai reaksi dari Ryobu Shinto dan Budhisme (Nurhayati,1987:45). 
Perjanjian dengan negara Barat juga membawa dampak dimana perdagangan berkembang pesat. Golongan petani merupakan produsen yang sangat membantu kehidupan golongan lain. Tetapi mereka sangat menderita karena diwajibkan membayar pajak yang sangat tinggi dengan sebagian hasil panen mereka.Ada semboyan yang berbunyi “kepada petani jangan diberi kehidupan maupun kematian” artinya bahwa setiap petani harus ditempatkan sebagai kelas masyarakat yang hanya wajib berproduksi dan membayar pajak. 
Akibatnya kehidupan petani semakin sulit dan akhirnya banyak yang meninggalkan lahan pertaniannya dan menjadi buruh tani di tanah pertanian orang lain. Mereka juga mulai membentuk kelompok-kelompok untuk membela haknya dengan kekerasan, memberontak, dan melawan pemerintah (Nurhayati,1987:19). Pemberontakan petani yang tidak puas terhadap pemerintah semakin hari semakin mengacaukan keadaan Jepang saat itu.Disamping bencana alam dan bahaya kelaparan yang sering terjadi pada pemerintahan Tokugawa menambah semangat rakyat untuk meruntuhkan kedudukan shogun.
Akibat dari penandatanganan perjanjian tersebut, pemerintah Tokugawa tidak lagi memperoleh kepercayaan dari rakyat untuk melindungi mereka dari pengaruh luar dan tidak dapat memberikan perlindungan terhadap rakyatnya.Alasan ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menggulingkan kekuasaan Tokugawa.Setelah terjadi beberapa peristiwa buruk, maka pada tahun 1867 pemerintah Tokugawa menyerahkan kekuasaan pada kaisar Meiji. Dengan demikian pemerintahan Tokugawa berakhir dan kekuasaan penuh berada di tangan kaisar (Sihombing,1997:51). 
Pada awalnya pemerintahan Shogun dapat membuat kedamaian.Tetapi di balik itu pemerintahn Shogun mempraktekan pemerintahan dengan tangan besi dan untuk kepentingan rezimnya. Keluarga Tokugawa sebagai keluarga Shogun terakhir yang memerintah Jepang sebelum Restorasi mempunyai koordinasi sebagai berikut: 
1)        Shogun, sebagai pemimpin pemerintahan (kaisar hanya sebagai lambang saja). 
2)        Daimyo, sebagai pemerintahan Gubernur/ Provinsi. 
3)        Samurai-samurai, sebagai serdadu. 
Semua Shogun Tokugawa berpegang pada tradisi kuno yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan Amaterasu Omokami dan disusun memerintah dengan tangan besi.Kaisar terakhir pada masa Tokugawa adalah Keiji sedangkan ibukota negaranya adalah Yedo. Kota tersebut merupakan pusat administrasi dengan segala hukum dan undang-undangnya yang akan menjamin supremasi bagi Shogun Tokugawa. Pemerintahan Shogun selalu menentang aktifitas dan inisiatif dari setiap inidividu.Semua aktifitas diawasi oleh pemerintah Shogun.Pada pertengahan abad ke-19 bagian kedua pemerintah Shogun menghadapi keruntuhan. 
c.    Gokajo no Goseimon 
Tokugawa Yoshinobu, Shogun Tokugawa yang ke-15, menyampaikan pengunduran dirinya kepada kaisar pada bulan November 1867, mengakhiri kekuasaannya yang kurang lebih dua abad lamanya. Pada tanggal 3 Januari 1868 dikeluarkanlah sebuah pernyataan resmi tentang restorasi dan kemudian dibentuk suatu pemerintahan yang sesuai dengan pola kuno dimana kaisar menangani masalah-masalah politik.Pada tanggal 3 Januari itu pulalah para pendukung restorasi mengambil keputusan-keputusan penting tentang peranan keluarga Tokugawa dalam rezim yang baru.
Pada tanggal 6 April 1868 kaisar mengeluarkan Sumpah Jabatan (Gokajo no Goseimon) yang sangat penting yang terdiri dari lima pasal, yang menggambarkan garis besar asas-asas yang harus dianut oleh pemerintahnya. Isi dari piagam tersebut yakni :
1)        Dewan-dewan musyawarah akan dibentuk secara luas dan tiap-tiap kebijaksanaan akan ditetapkan berdasarkan musyawarah ; golongan tinggi dan rendah harus bersatu dalam melaksanakan rencana-rencana bangsa dengan penuh gairah.
2)        Semua warga sipil dan pejabat militer dan rakyat diijinkan untuk memenuhi cita-cita mereka, dengan demikian tidak ada ketidak puasan antara mereka.
3)        Adat istiadat masa lalu yang tidak baik harus dihapus, dan asas-asas yang adil dan wajar haruslah menjadi dasar kebijaksanaan kita ; Pengetahuan harus dicari keseluruh dunia dan dengan demikian kesejahteraan kerajaan dapat ditingkatkan. 
Meskipun pasal yang pertama tidak dimaksudkan sebagai suatu pernyataan tentang demokrasi modern, sumpah jabatan itu, bagaimanapun adalah sangat progresif untuk masa itu.Sumpah itu menguatkan asas politik yang baru berupa mendengarkan pendapat umum dan membuka negeri bagi hubungan persahabaan dengan semua negeri di dunia.
Pemerintah kerajaan segera mengumumkan satu rangkaian pemusatan otoritas politis di dalam negara kesatuan, industrialisasi ekonomi, undang-undang pokok kaisar, wajib militer yang universal, dan penciptaan suatu sistem pendidikan di seluruh negara.Dengan demikian di masa datang tidak ada masyarakat yang buta huruf.
Perubahan-perubahan dalam pemerintahan ini disusul dengan langkah-langkah yang meninggalkan tradisi lama. Pemerintah baru mencatat kenyataan bahwa Edo merupakan pusat politik bangsa, dan dalam bulan November 1868 pemerintah secara resmi memberinya nama baru Tokyo (ibukota sebelah timur). Dalam bulan November kaisar hijrah dari Kyoto ke ibukota baru itu dalam suatu pawai kebesaran, dan menetapkan kediaman resmi tetapnya disana pada awal tahun 1869.
Pada umumnya rezim baru itu menekankan pentingnya kaisar memerintah bangsa.Maka setelah wafatnya kaisar Komei pada tahun 1866, anak laki-lakinya yang baru berumur empat belas tahun yaitu Mutsuhito menggantikannya.Semua pengumuman resmi pemerintah baru dibuat atas namanya. Pada bulan Oktober 1868 Kaisar mengumumkan bahwa masa tahun-tahun pemerintahannya adalah ”Meiji” (pemerintahan yang cerah). Dengan demikian maka restorasi kerajaan tahun 1867 – 1868 dikenal dengan nama Restorasi Meiji, dan tahun-tahun antara 1868 – 1912 disebut era Meiji, karena Mutsuhito wafat tahun 1912.


DAFTAR PUSTAKA

1.        Sumber Utama
a.       Rosidi, Ajip. 1981. Mengenal Jepang. Pusat kebudayaan Jepang Jakarta : Jakarta.
b.      Sakamoto, Taro. 1992. Jepang Dulu dan Sekarang, terjemahan oleh Sylvia Tiwon. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
c.       Handayani, Sri. 2014. Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568 – 1945. Jember
d.      Lan, Nio Joe. 1962. Djepang Sepanjang Masa. PT. Kinta Jakarta : Jakarta

2.        Sumber Penunjang
c.       http://mutiazulfahriani.blogspot.com/2013/06/zaman-feodal-jepang.html