Pages

Mei 25, 2014

PENGARUH DOCRIN MONROE TERHADAP AWAL IMPERIALISME AMERIKA DAN KETERLIBATAN AMERIKA DALAM PERANG DUNIA

 
(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Amerika)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto, M.Pd.





Disusun oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Kelas B






PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Doktrin monroe memberikam keabsahan kepada perasaan isolanis (mengasingkan diri) orang Amerika di adad ke-19, yang sudah berpaling dari Eropa dalam usaha mencari kekayaan dan kebebasan dari lingkungan dan dominasi Eropa. Negara ini sibuk dengan pertumbuhan kota-kota, perluasan wilayah, perkembangan industri, perbudakan, trauma sebelum dan sesudah Perang Saudara. Perhatian Amerika tidak dipusatkan ke Eropa, akan tetapi pada Amerika Tengah dan Karibia serta Pasifik.
Isolasionis ini mula-mula dipegang teguh oleh Amerika, Akan tetapi dengan adanya Perang Amerika-Spanyol (1898), pada hakekatnya Amerika telah melepaskan politik isolasi ini, karena berhasil menduduki Filipina (1898), yang berarti Amerika telah keluar dari Benua Amerika. Dengan ikutnya Amerika terang mulai melepaskan Doktrin Monroenya, tetapi tidak ikut sertanya Amerika Serikat dalam Gabungan Bangsa-bangsa, Doktrin Monroe masih lagi ingin dipertahankan. Partisipasi di pihak Sekutu dalam Perang Dunia I merupakan penyimpangan singkat dari norma, yang dipacu oleh serangan kapal selam Jerman atas kapal-kapal sipil. Tahun 1920-an dan 1930-an merupakan dasawarsa isolasionis dan terdapat perlawanan yang sangat sengit terhadap bantuan Lend-Lease Roosevelt kepada Inggris di Tahun 1940.
Baru didalam Perang Dunia II dan sesudah itu Amerika secara terang-terangan meninggalkn Doktrin Monroe. Serangan Jepang yang mengejutkan atas Pearl Harbour di Kepulauan Hawai (Panangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat), telah mengubah semua itu. Isolasionisme bukan lagi merupakan kedudukan yang dapat diterima oleh mayoritas rakyat Amerika. Sekiranya Manroe hidup kembali sekarang, ia mungkin akan terkejut dengan apa yang dilakukan prinsip Netralitas ini. Amerika Serikat mempunyai persekutuan yang tetap di Eropa dan seantero dunia bagaimana jaringan laba-laba yang nyata (Bradley, 1991 : 23). Hal ini mudah dilihat pada dominasi Amerika Serikat di berbagi lembaga Internasional seperti PBB, NATO, ANZUS dan OAS.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi pokok penulisan pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)      Bagaimana kemunculan Docrin Monroe di Amerika ?
2)      Bagaimana keterkaitan antara Docrin Monroe dengan awal imperialisme Amerika ?
3)      Bagaimana keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia ?

1.3    Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini diantaranya adalah :
1)      Untuk mengetahui dan memahami kemunculan Docrin Monroe di Amerika.
2)      Untuk mengetahui dan memahami keterkaitan antara Docrin Monroe dengan awal imperialisme Amerika.
3)      Untuk mengetahui dan memahami keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia.


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Docrin Monroe
Doktrin Monroe adalah salah satu kebijakan Amerika Serikat yang pertama kali dicetuskan oleh James Monroe presiden ke 5 Amerika serikat pada 2 desember 1823, yang berbunyi: "Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam urusan negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap keamanan dan keselamatannya". Doktrin ini dicetuskan karena pada tahun-tahun sebelum 1823 di wilayah ini banyak terjadi intervensi terhadap AS oleh Negara-negara adidaya Eropa.
Pada 1822 Presiden james monroe,  di bawah tekanan  publik yang kuat, menerima wewenang untuk mengakui negara Amerika Latin baru  dan  segera bertukar  menteri dengan mereka. Dengan demikian, dia menegaskan status  mereka  sebagai negara merdeka yang sesungguhnya, sepenuhnya terpisah dari ikatan lama mereka dengan eropa.
Tepat pada saat ini, Rusia, Prusia, dan Austria membentuk persekutuan, Aliansi Suci, untuk melindungi diri mereka dari pemberontakan. Dengan turut campur di negara tempat gerakan masyarakat membahayakan monarki, aliansi tersebut dipersatukan oleh Perancis pasca Napoleonberniat mencegah penyebaran revolusi itu. kebijakan ini merupakan antitesis prinsip Amerika tentang penentuan nasib sendiri.
Selama Aliansi Suci ini membatasi kegiatannya di Dunia Lama, Amerika Serikat tidak mengkhawatirkannya. Tetapi ketika aliansi tersebut mengumumkan niatnya untuk memulihkan kembali bekas-bekas koloni Spanyol, masyarakat Amerika menjadi  sangat khawatir. karena perdagangan Amerika Latin telah menjadi sangat penting bagi mereka, Inggris memutuskan untuk menghentikan tindakan semacam itu. London jaminan gabungan Anglo-Amerika terhadap   Amerika  Latin,  tetapi  Sekretaris Negara john Quincy Adams meyakinkan monroes untuk bertindak secara unilateral:  Akan  lebih  jelas, juga lebih bermartabat,  untuk  menyatakan       prinsip kami secara eksplisit   kepada  rusia dan Prancis, daripada  muncul  seperti pahlawan kesianga dalam gelombang serdadu Inggris.
Pada Desember 1823, dengan keyakinan bahwa AL Inggris akan membela Amerika Latin dari Aliansi Suci dan Perancis, Presiden monroe mengambil  kesempatan  dalam  pidato  tahunannya   kepada  kongres untuk menyampaikan apa yang ke- mudian dikenal sebagai Doktrin monroe   penolakan  menoleransi perluasan   dominasi   lebih   lanjut eropa di benua Amerika :
Benua Amerika untuk  selanjutnya  janganlah dianggap  sebagai sasaran  bagi  kolonialisasi di  masa depan oleh kekuatan Eropa mana pun. Kita harus menganggap  usaha apa  pun   dari  pihak   mereka untuk  memperluas       system (politik) mereka ke bagian mana pun belahan dunia  ini  sebagai ancaman  terhadap perdamaian dan keamanan kita.
Dengan koloni yang sudah ada atau ketergantungan terhadap kekuatan Eropa mana pun, kami tidak pernah   campur   tangan   dan   takkan  pernah  campur tangan. Tetapi dengan pemerintah yang telah menyatakan kemerdekaannya dan mempertahankan kemerdekaan itu, juga kemerdekaan yang telahkita akui, kita tidak dapat membiarkan tindakan campur tangan apa pun yang bertujuan menekan mereka, atau mengendalikan nasib mereka dengan cara apa pun, oleh kekuatan Eropa mana pun dengan anggapan selain manifestasi disposisi tidak ramah terhadap Amerika Serikat.
Doktrin tersebut yang mengandung hal penting, yaitu ada empat prinsip dasar, yang cukup terkenal. Antara lain :
a.       Amerika Serikta tidak akan mencampuri masalah-maslah internal ataupun peperangan di antara Negara Eropa
b.      Amerika Serikat mengakui dan tidak mencampuri koloni yang masih ada di bawah keuasaan negara Negara Eropa
c.       Negara Eropa harus menghentikan kolonisasi lebih lanjut
d.      Upaya apapun oleh Negara Eropa untuk menekan atau mengendalikan Negara manapun d dunia akan diapndang sebagai tindakan kekerasan melawan Amerika Serikat.
Doktrin Monroe intinya adalah “America for the Americans” yang berarti politik isolasi, artinya negara-negara di luar Amerika jangan mencampuri soal-soal dalam negeri Amerika dan sebaliknya Amerika tidak akan ikut dalam soal-soal di luar Amerika. Doktrin Monroe dapat juga diartikan sebagai Pan-Amerikanisme, yaitu seluruh negara-negara di Amerika harus merupakan satu keluarga Bangsa Amerika di bawah pimpinan Amerika.
Doktrin monroe memperlihatkan semangat solidaritas dengan negara-negara republik yang baru merdeka di Amerika Latin. Sebagai balasannya, Negara - negara tersebut mengakui kedekatan politiknya dengan Amerika Serikat  dengan cara mendasarkan konstitusi baru mereka, dalam banyak hal, sesuai model Amerika Utara.
Dikeluarkannya Doktrin Monroe ini, maka upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga Amerika Serikat akan turun tangan. Akan tetapi, Amerika Serikat tidak akan mengganggu jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah merebut kemerdekaannya.
Pernyataan atau Doktrin Monroe ini mendapatkan dukungan dari Inggris dimana inggris telah mempersiapkan kekuatan angkatan lautnya yang cukup ditakuti karena jumlah dan kualitasnya yang cukup banyak dan baik. Dan dengan adanya doktrin Monroe ini hubungan amerika serikat dengan Negara amerika latin makin dekat karena ada persepsi bahwasanya amerika serikat telah membantu untuk melindungi kawasan amerika latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap amerika Serikat terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah Negara Negara amerika latin berfikir bahwa amerika serikat menggunakan doktrin monroe sebagai media untuk mendominasi benua amerika. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris yang meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.



2.2 Imperialisme Amerika Serikat
Pada dekade terakhir di abad 19 merupakan perluasan imperial bagi Amerika serikat. Saat itu selain menyebarkan pengaruh, juga melakukan pendudukan untuk beberapa waktu di wilayah samudra Atlantik dan pasifik, serta ke Amerika tengah.  Tetapi  Amerika serikat memilih jalan yang berbeda dengan orang Eropa pesaingnya karena sejarah perjuangannya sendiri.
Sumber perluasan Amerika serikat pada akhir abad ke 19 sangat bervariasi. Secara Internasonal, masa ini merupakan periode imperialisme besar-besaran, saat kekuatan-kekuatan Eropa saling berpacu untuk menguasahi Afrika dan bersaing untuk menyebar pengaruh dan menguasahi perdagangan.
Usaha pertama Amerika Serikat untuk memperluas wilayahnya adalah dengan membeli Alaska yang populasinya minim, hanya ada suku Inuit dan penduduk asli lainnya dari rusia pada tahun 1867. Kebanyakan warga amerika tidak peduli atau tidak suka dengan langkah yang dilakukan oleh menteri luar negeri william Seward ini, dan Alaska sering dsebut sebagai :kebodohan Seward’ dan “Peti Es Seward” tetapi 30 tahun kemudian ketika es ditemukan disungai Klondike di Alaska, ribuan warga Amerika pergi ke utara dan menetap di sana. Sewaktu Alaska menjadi negara bagian ke-49 pada tahun 1959, ia menggantikan Texas sebagai negara terbesar di Amerika serikat.

1)        Imperialisme Amerika di Amerika Serikat
Berikut ini adalah imperialisme yang dilakukan oleh Amerika Serikat di wilayah Amerika Selatan yaitu :
a.      Texas dan Perang Dengan Mexico
Sepanjang tahun 1820-an, penduduk Amerika menduduki wilayah Texas yang luas, sering kali dengan dengan tanah pemberian Meksiko. Namun jumlah mereka semakin banyak dan membuat penguasa di daerah itu cemas sehingga akhirnya melarang imigrasi lebih lanjut pada tahun 1830. Pada tahun 1834 jendral Antonio Lopes de Santa Anna mendirikan pemerintahan diktator di Meksiko, dan pada tahun berikutnya penduduk Texas memberontak. Di awal tahun 1836 Santa Anna mengalahkan pemberontakan Amerika Serikat pada pengepungan di benteng Alamo dalam pertempuran yang sangat di kenang. Namun orang Texas di bawah pimpinan San Houston menghancurkan tentara Meksiko dan menangkap Santa Anna sebulan kemudian dalam pertempuran San Jacinto dan memastikan kemerdekaan Texas. Selama hampr satu dekade, Texas tetap menjadi republik yang berdiri sendiri, ia kemudian bergabung menjadi negara bagian yang ke-28 pada tahun 1845.
Meskipun Meksiko memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat karena persoalan status negara bagian  Texas, persoalan yang lebih dipertentangkan adalah batas wilayah negara bagian baru ini. Texas mengklaim Sungai Rio Grande sebagai batasnya, Meksiko mengklaim bahwa tapal batas ada di utara sisi Sungai Nueces. Sementara itu, banyak pemungkim berbondong-bondong masuk ke wilayah Meksiko dan california saat orang amerika mengklaim Amerika Serikat memliki takdir nyata untuk memperluas wilayah kearah barat sampai ke samudera Pasifik.
Usaha Amerika Serikat untuk membeli New Mexiko dan wilayah California gagal dan setelah pertikaian antara tentara Meksiko dan Amerika Seriat di sepanjang Ro Grande, amerika serikat menyatakan Perang pada tahun 1846. Tentara Amerika Serikat menduduki New Mexico, lalu membantu perlawanan para pemukim di california. Pasukan Amerika Serikat di bawah komando zachary taylor menginvasi Meksiko, memperoleh kemenagan di Monterey dan Buena Vista, anmun gagal mengajak Meksiko ke meja perundingan.
Pada bulan Maret 1847 pasukan Amerika di bawah komando Winfield Scott mendarat di dekat Vera Cruz di pesisir timur Meksiko, dan setelah melampaui beberapa rintangan dapat memaski Mexico City. Namun baru setelah santa Anna mengundurkan diri Amerika Serikat dapat mengasosiasikan Traktat Guadulupe hildago di mana Meksiko mau menyerahkan daerah barat daya dan California dengan uang ganti rugi $ 15 juta.
Perang tersebut berguna sebagai tempat berlatih para tentara Amerika yang kemudian hari akan bertempur untuk kedua belah pihak dalam perang saudara. Perang Meksiko ini juga secara politik terhitung oerang warga memecah belah, di mana tokoh anti perbudakan Whigs mengkritik pemerintahan demokrat James K. Polk atas kebijakan perluasan daerahnya. Dengan berakhirnya Perang Meksiko, Amerika Serikat mendapatkan wilayah baru seluas 1,36 juta km persegi, yang mencangkup negara bagian Arizona sekarang ini, Nevada, california, Utah sebagian New Mexico, Colorado dan Wyoming. Namun hal itu menjadi pencaplokan beracun karena menumbulkan pertanyaan paling meledak-ledak dalam politik amerika Saat itu.

b.      Kuba (1868-1878)
Daerah koloni Spanyol terakhir di Amerika Latin yang masih harus merebut kemerdekaannya adalah kuba. Usaha untuk menggulingkan pemerintahan panjajah timbul antara tahun 1824-1868, tetapi selalu gagal. Mula-mula melalui gerakan bawah tanah, kemudian menjadi perlawanan terbuka. Pada umumnya Amerika serikat memberi bantuan kepada gerakan kemerdekaan Kuba dalam bentuk biaya, perlengkapan, persenjatahan, dan fasilitas penggunaan wilayahnya sebagai basis penyerangan terhadap pangkalan-pangkalan militer Spanyol.
Kemudian timbul perang sepuluh tahun (1868-1878)di kuba  atau tepatnya di sebut pemberontakan sepuluh tahun, karena apa yang terjadi waktu itu adalah pemberontakan rakyat melawan melawan penguasa Spanyol. Walaupun pemberontakan ini merupakan suatu langkah maju daripada sistem perlawanan sebelumnya, belum juga berhasil.
Akibat pemberontakan yang lama ini, semangat revolusi rakyat makin meluap, banyak rakyat yang melarikan diri ke Amerika Serikat, dan kebencian Amerika Serikat terhadap Spanyol makin memucak. Di pihak Spanyol sendiri timbul kesadaran untuk memperbaiki kondisi politik dan ekonomi Kuba, namun hal ini telah terlambat. Kemudian pecah Revolusi 1895 yang lebih terorganisasikan melawan Spanyol. Muncul tokoh Jose Marti, salah seorang penyair dan pahlawan kemerdekaan amerika Latin yang kini masih terkenal dan sering diabadikan namanya.
Dalam tahun 1868, ketika ratu Elizabeth II diturunkan dari tahta, rakyat Kuba mempergunakan kesempatan ini untuk memberontak, setelah berjuang selama 10 tahun mereka meletakan senjata, karena Spanyol berjanji bahwa mereka akan mendapat suatu pemerintahan yang baik, yang mana janji itu tidak pernah di penuhi. Oleh sebab itu maka muncul lagi pemberontakan berdaerah pada tahu 1895 di bawah pimpinan Jose Martin, seorang yang mendapatkan pendidikan di Spanyol dan berdiam lama di amerika Serikat. Ketika pemberontakan sampai pada puncaknya dalam tahun 1898, Amerika Serikat ikut campur tangan dalam memerangi Spanyol fengan maksud, yakni
1)      Menyatakan simpati terhadap perjuangan rakyat Kuba
2)      Melindungi kepentingan ekonoinya di Kuba, antara lain perkebunan tembakau, perkebunan tebu, dan perkebunan buah-buahan.
3)      Menghukum Spanyol, akibat hancurnya kapal perang Amerika Serikat Maine pada tanggal 15 Februari 1898 di pelabuhan Hanava, sehingga Spanyol lah yang harus bertanggung jawab.
Pada tanggal 24 april 1898 Spanyol mengumumkan adanya peperangan dengan Amerika Serikat dan di balas oleh Amerika Serikat. Setelah peperangan berlangsung akhirnya Spanyol kalah.  Kemudian Spanyol menandatangani perjanjian damai dengan amerika Serikat pada tanggal 10 Desember 1898 mereka menyerahkan kuba ke tangan Amerika serikat sambil menunggu negeri itu memerdekakan diri. Selain itu spanyol menyerahkan Puerto rico dan guam sebagai pengganti kerugian perang dan menyerahkan Filipina dengan bayaran $20 juta.
Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat, kemudian terbentuknya Republik Kuba dengan Thomas Estrada Palma sebagai presiden pertama di Cuba (1902-1906)
Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba seolah-olah tidak merdeka karena :
1)      Amerika Serika ini mendektekan Amandemen Plat atas Konstitusi Kuba. Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara kuba. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
2)      Amerika Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan laut di teluk Guantanamo (Kuba).
3)      Dalam bidang ekonimi juga masih di kuasahi oleh Amerika Serikat
Kuba memperoleh kemerdekaan simbolik pada saat tentara Amerika Serikat angkat kaki pada tahun 1902. Tetapi amerika Serikat masih tetap mempunyai hak melakukan intervensi untuk menjaga tertip sipil. Amerika melakukannya selama tiga kali sebelum melepas hak tersebut pada tahu 1934. Walaupun Kuba sudah merdeka penuh, pengaruh ekonomi dan politik Amerika serikat sangat kuat sampai pada tahun 1859, yaitu ketika Fidel castro menggulngkan pemerintah yang berkuasa dan membentuk rezim marxis yang sangat erat hubungannya dengan Uni Soviet.

c.       Puerto Rico
Peurto Rico, pulau yang terletak di sebelah timr Kuba bernasib sama dengan Kuba dan Filipina. Peurto Rico ini menjadi daerah kolonisasi Amerika Serikat karena Amerika Serikat menang dalam peperangan dengan Spanyol, awalnya wilayah Peurto Rico ini adalah daerah kekuasaan Spanyol, tetapi sebagai ganti rugi dalam perang, maka Peurto Rico menjadi milik AS. Pada tahun 1917 konggres Amerika memberi warga Peurto Rico hak untuk memilih wakil Rahyat mereka. Tetapi undang-undang yang sama itu menghasilkan nasib yang berbeda bagi pulau itu, karena menyertakan Peurto Rico secara resmi adalah wilayah Amerika. Dan penting lagi rakyatnya menjadi warga Amerika Serikat. Pada tahun 1950, konggres memberi Puerto Rico kebebasan penuh untuk menentukan masa depannya. Dalam referendum pada tahun 1952, warga menolak Puerto rico menjadi negara bagian ataupun mendapatkan kemerdekaan penuh sebagai gantinya mereka memilih status warga persemakmuran. Banyak orang Puerto rico asli yang sudah menetap di daratan Amerika Serikat dimana mereka medapatkan akses bebas serta mendapat hak plitik an sipil seperti warga negara Amerika lainnya.

d.      Panama
Panama pernah menjadi bagian dari colombia 1812 dan kemudia bagian dari Granada Baru 1832. I pernah menjadi negara  Otonom dari Konfederasi Granada 1852 dan juga bagian dari Negara Colombia Serikat 1862. Dalam tahun 1851 dibangun jalur kereta api pertama, oleh insinyur-insinyur Amerika Serikat. Dalam tahun 1878 sebuah mascapai Perancis mendapat konsesi membangun sebuah terusan di semenanjung itu. Panama menyatakan diri memerdekan diri dari Colombia (dengan dukungan Amerika Serikat) pada tanggal 3 nopember 1903, dan Amerika Serikat mengakui kemerdekaan ini pada tanggal 6 Nopember 1903.
Pada tanggal 18 nopember 1903 ditandatangani perjanjian Hay Banau Varilla antara Panama dan Amerika Serikat, yang piagam ratifikasinya dipertukarkan pada akhir februairi 1904 dan karenanya berlaku semenjak itu. Menurut perjanjian ini Panam menyewa-gunakan untuk selama-lamanya kepada Amerika Serikat, tanah seluas 1432 Km2 dimana akan dibangun sebuah terusan melintasi semenanjung Panama (kemudian dikenal dengan nama Terusan Panama) dengan suatu pembayaran US 10 JUTA dollar sekaligus, dan US 250.000 Dollar uang sewa setiap tahunnya dalam bentuk uang emas. Sebaliknya Amerika Serikat mempunyai hak untuk  “menggunakan, menduduki dan mengontrol disertai hak, kekuasaan dan wewenang penuh di wilayah ini... “
Dalam perjanjian disebutkan pula bahwa Terusan Panama mempunyai sifat yang netral secara permanen, bahwa apabila dipandang perlu Amerika Serikat dapat membangun bangunan-bangunan untuk pertahanan Terusan”bahwa Amerika Serikat harus menghormati kedalautan Panama tetapi juga diberikan han intervensi kepada maslah-masalah dalam negeri Panam. Setelah Terusan selesai, dibuka sementara sejak tanggal 15 agustus 1914 dan secara resmi pada tanggal 12 juli 1920. Segera setelah dibuka timbullah persoalan “sejauh mana sebenarnya yuridiksi yang diberikan Panama kepada Amerika Serikat?”. Soal-solal lain yang kemudian timbul antara lain : dengan adanya inflasi apakah sewa tahunan dapat dibayar dengan uang kertas : bagaimana penyelesaian maslah perdangan melalui Terusan, masalah bea-cukai, masalah buruh yang bekerja. Itulah sebabnya mengapa perjanjian ini mengalami banyak perubahan dalam tahun 1926, 1936, 1955. Berulang kali timbul pemogokam, insiden dan persengketaan politik akibat Perjanjian diatas.
Pada tanggal 3 nopember dan 28 nopember1959 terjadi insiden bendera dimana segolongan  rakyat memasuki wilayah Terusan untuk mengibarkan bendera Panama, tetapi diusir oleh pengawal Amerika Serikat. Setelah insiden ini, kemudian baik bendera Amerika Serikat dan Panama dikibarkan berdampingan.Denagn hak intervensi itupun Amerika Serikat sering menjalankan intervensi terhadap maslah dalam negeri Panama. Disamping itu, pasukan Amerika Serikat di Terusan ini makin bertambah banyak.
Perundingan-perundingan terus dilakukan untuk penyelesaian masalah teusiani ini. Thaun 1967 terdapat perjanjian dimana Amerika Serikat bersedia melepaskan kedaulatan atas Panama. Namun belum diratifikasi perjanjian tersebut sudah terjadi perubahan pemimpin baru dibawah presiden Dr. Arnulfo Arias 1968. Sementara itu makin tahun rakyat Panama dan pemerintah Panama tidak puas terhada Amerika Serikat yang tidak sungguh untuk menyelesaikan Terusan ini. Maka timbullah pergolakan dari masyarakat. Dalam tahun 1974 dimulai lagi perjanjian baru antara Menteri Luar Negeri H.A.Kissinger dan Menteri  Luar Negeri Panama, Juan Antonio Tack. Masih banyak perbedaan pendapat yamng masih kontras mengenai waktu berakhirnya penguasaan erusan Panama oleh Amerika Serikat (Amerika Serikat ingin berkuasa hingga sekitar tahun 2000, sedang Panama ingin segera menguasai Terusan ini).
Selain alasan politis juga kepentingan-kepentingan ekonomis mendorong mereka berbuat demikian. Pada umunya negara-negara Amerika Tengah berada dalam tingkat perkembangan ekonomi yang sama. Mereka masih menitikberatkan sistem perekonomian pada sistem kolonial dengan mengutamakan ekspor dari produksi pertanian dan perkebunan, yang karenanya rawan terhadap konyutngur dunia. Mereka tidak kaya dalan bahan tambang, bila ada itupun belum dieksploitasidengan baik. Industri masih dalam tingkat pendasaran. Juga mereka sangat terkena akibat krisis energi. Itulah sebabnya mengapa adanya Central  American Common Market (CACM) sangat membantu mereka dalam mencapai tujuan ekonomi bersama.
Setelah Perang Dunia II, rakyat Panama mulai menuntut hak pengelolaan dan selain itu memprotes kehadiran militer AS yang semakin hari semakin bertambah banyak. Akhirnya pada 7 September 1977, Presiden AS, Jimmy Carter dan Presiden Panama, Omar Torrijos menandatangani sebuah kesepakatan yang mengizinkan Panama mengelola sendiri terusan itu namun tetap menjamin netralitas kawasan (Neutrality Treaty) dan AS diizinkan untuk kembali kapan saja. Akan tetapi, kesepakatan ini dikecam oleh sebagian besar rakyat AS. Selanjutnya, pada 31 Desember 1999, pengelolaan terusan diserahkan sepenuhnya ke Panama melalui Otoritas Terusan Panama/Panama Canal Authority (ACP)

2)        Imperialisme Amerika di Asia
Selain imperialisme yang dilakukan oleh Amerika di wilayah Amerika Selatan, Amerika juga melakukan imperialisme di wilayah Asia salah satunya adalah di wilayah Asia Tenggara, tepatnya Filipina.
Penguasaan Filipina oleh Anerika mendapat kecaman dari bangsa Eropa karena ditangkap telah melanggar Doktrin Monroe, yang isinya mengatakan bahwa Amerika anti Kolonialisme dan Imperalisme. Amerika dianggap sebagai ancaman baru bagi bangsa Eropa atas kekuasaannya di Asia. Untuk meredakan kecaman tersebut, Amerika menyatakan Filipina semata-mata untuk menjalankan eksperimen imperialisme. Artinya Filipina akan dijadikan model negara dengan sistem kekuasaan liberal seperti Amerika di wilayah Asia.
Pada tahun 1919 delegasi Filipina di bawah Manuel Quezon pergi ke Amerika untuk menuntut kemerdekaan penuh atas Filipina. Amerika menjawab dengan mengirimkan The Wood Forbes Mission tahun 1922, yang isinya menyatakan bahwa Filipina belum mampu untuk merdeka. Bangsa Filipina menolak ucapan Wood Forbes. Senat Filipina meletakan jabatannya, dan menuntut kemerdekaan penuh.
Masa kekuasaan Amerika di Filipina berlangsung dari tahun 1898 sampai tahun 1946. masa kekuasaan itu terbagi atas 3 periode seperti di bawah ini.
a.    Periode Tahun 1898-1942.
Amerika melakukan pembinaan terhadap system kekuasaan yang akan diterapkan di Filipina melalui perjanjian damai dengan para tokoh nasionalis pada tahun 1907. Isinya, antara lain menjamin kemerdekaan Philipina untuk 50 tahun yang akan datang.
b.      Periode Tahun 1942-1945.
Amerika mengalami kekalahan di Pasifik yang mengakibatkan Filipina dikuasai oleh Jepang. Pada tanggal 2 Januari 1942 Manila, ibu kota Filipina, jatuh ke tangan Jepang. Jendral Deuglas Mac Arthur meninggalkan Filipina untuk menyusun pasukan sekutu di Australia. Pada tanggal 6 Mei 1942 seluruh Filipina jatuh ke tangan Jepang.
Kekalahan Jepang untuk pertama kalinya adalah dalam pertempuran di laut Karang, yang merupakan titik balik bagi kemenangan Jepang. Sejak itu Jepang menggunakan bangsa Filipina sebagai teman di bawah Presiden Laurel untuk menghadapi sekutu. Tetapi dengan mendaratnya Sekutu di Filipina, dan kemudian kalahnya Jepang terhadap Sekutu maka Republik Filipina membuat Jepang lenyap kembali (22 Oktober 1945).
Setelah Perang Dunia II selesai, Amerika Serikat menepati janjinya untuk memberi kemerdekaan kepadaan Filipina. Pesawat terbang jepang berhasil menenggelamkan kapal perang Price of wales dan Repulse di Laut Natuna tahun 1942, menyebabkan tentara Sekutu merosot. Tak lama kemudian Amerika Serikat membuat pesawat terbang B29 untuk menggempur Jepang dengan menjatuhkan bon atom di Hiroshima dan Nagasaki. Maka berakhirlah Perang Dunia II, lebih cepat dari yang diperkirakan.
c.       Periode tahun 1945-1946.
Jepang mengalami kekalahan dari sekutu, berarti kekuasaan Amerika masuk kembali di Filipina.

2.3 Keterlibatan Amerika Serikat Dalam Perang Dunia
2.3.1 Amerika Dalam Perang Dunia I
Pada awalnya Amerika Serikat tidak ingin terlibat dalam Perang Dunia I. Akan tetapi dikarenakan beberapa hal menyebabkan Amerika Serikat akhirnya ikut dalam pergulatan Perang Dunia I. Peristiwa yang melatar belakangi keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia I diantaranya adalah tenggelamkannya kapal RMS Lusitania oleh tembakan torpedo dari pasukan Jerman pada 7 Mei 1915. Terungkapnya Telegram Zimmermann, pesan Jerman kepada Meksiko yang mengajak untuk bersama-sama menyerang Amerika Serikat.
Pada saat perang Dunia I terjadi yang ditandai dengan serangan Jerman ke Belgia tahun 1914, politik luar negeri AS dihadapkan pada dilema. Walaupun Amerika Serikat berusaha menjalankan sikap netralnya dalam konflik di negara-negara Eropa, negara ini sangat terguncang dengan peristiwa penyerbuan tersebut. Bagi AS, perang di Eropa akan sangat memsak perdagangan luar negerinya yang sebagian besar tergantung pada perdagangan dengan kawasan Atlantik. Presiden Woodrow Wilson pada tanggal 31 Juli 1914 mengingatkan para pemimpin demokrat di Kongress bahwa perang di Eropa akan sangat mengganggu ekonomi Amerika Serikat. Hasil pertanian AS akan menumpuk di gudang atau terbuang percuma di ladang-ladang pertanian. Oleh karena itu Kongres AS harus membantu menyiapkan pembangunan kapal-kapal dagang AS agar mampu mengangkut barang dagangannya melalui jalur international yang netral Seruan tersebut tidak bisa direalisasikan karena perang terlanjur terjadi di Eropa.
Segera setelah perang meletus, Amerika Serikat menghadapi dilema lain yaitu ketika Pemerintah Perancis meminta para banker Amerika untuk memberi pinjaman kepada Perancis sebesar 100 juta dolar. Apabila berpegang pada sikap netralnya maka pemerintah AS seharusnya membiarkan pada banker AS untuk memenuhi tuntutan Perancis. Namun demikian, menteri luar negeri AS, Bryan, menyatakan bahwa dengan diberikannya pinjaman kepada negara lain yang terlibat perang maka AS melanggar sikap netral yang sesungguhnya. Melalui perdebatan alot di dalam negeri, akhirnya AS memenuhi tuntutan para bankir untuk memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa dengan alasan yang rasional. Pertama, AS akan kehilangan perdapatannya dari perdagangan yang berkaitan dengan peralatan perang jika pemerintah AS menolak memberi pinjaman kepada Sekutu. Kedua, seperti yang juga diakui oleh negara-negara Sentral, perdagangan amunisi dan peralatan perang adalah legal (sah), dan dengan demikian apabila AS menolak pemberian pinjaman maka AS telah melanggar sikap netralnya dengan memihak negara-negara Sentral dengan cara menolak tuntutan pinjaman dari negara-negara Sekutu.
Ketika perang meletus, akhirnya AS memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa sebesar $ 23 milyar , termasuk kepada Jerman sejumlah $ 27 juta. Pinjaman tersebut merupakan salah satu bentuk kemenangan Sekutu di bidang ekonomi dan bukan di bidang tujuan perang mereka, karena AS tetap tidak memiliki pandangan yang sama dengan mereka dalam keterlibatannya dalam Perang Dunia I.
Pada saat yang bersamaan terjadi konflik dimana Komandan Angkatan Laut Jerman meluncurkan sebuah torpedo ke arah kapal berpenumpang sipil milik Inggeris, Lusitania, tanggal 7 Mei 1915. Serangan tersebut menewaskan sejumlah 1 198 penumpang termasuk 128 orang yang berkebangsaan Amerika. Peristiwa tersebut tentu saja mengguncangkan Inggeris dan orang-orang Amerika. Menlu Bryan melihat penstiwa itu sebagai pernyataan perang Jerman terhadap AS, sementara presiden Wilson melihatnya sebagai ancaman terhadap kepentingan AS serta serangan terhadap warga sipil AS. Pemerintah Jerman yang pernah mengumumkan zona perang di sekeliling kepulauan Inggeris (United Kingdom) pada bulan Pebruari 1915 menyatakan kepada musuh-musuhnya bahwa serangan tersebut hanyalah sebagai reaksi Jerman terhadap blokade ilegal dan tidak berperikemanusiaan Inggeris terhadap negara-negara Sentral. Menlu AS menolak alasan tersebut sambil mempenngatkan Berlin bahwa jika kapal-kapal AS dan warga sipilnya terancam maka AS akan mempertimbangkan serangan balasan terhadap Jerman.
Menlu Amerika Serikat, Bryan, mengusulkan kepada Presiden Wilson untuk mempertimbangkan posisi AS dalam situasi di Eropa. Dia menyatakan bahwa apabila warga AS bepergian ke Eropa dan masuk zone perang maka pemerintah AS harus memperluas perlindungannya, yang berarti melibatkan AS terhadap krisis internasional. Menlu Bryan berusaha mendiskusikan masalah Lusitania dengan Jerman untuk mencegah terputusnya hubungan diplomatik dengan Jerman. Dia mengharapkan agar Jerman memberikan jawaban yang memuaskan sebelum AS mempertimbangkan serangan balasan. Sementara itu dia juga mengusulkan kepada Presiden Wilson untuk mengeluarkan kebijaksanaan berupa larangan bagi warga sipil AS untuk bepergian ke Eropa dan menggunakan kapal sipil yang dimiliki oleh negara yang sedang berperiing. Usulan itu ditolak Wilson dan berakibat pada permintaan pengunduran menlu Bryan dari kabinet Wilson.
Pengganti Bryan, Robert Lansing, memiliki pandangan yang berbeda dengan pendahulunya. Dia berpendapat bahwa pada suatu saat AS harus bergabung dengan negara-negara Sekutu ketika kepentingan AS terancam oleh negara-negara Sentral. Lansing menyatakan bahwa tindakan absolut Jerman tersebut merupakan ancaman terhadap kehidupan liberal di Jerman sendiri serta terhadap kehidupan demokratis di seluruh dunia. Presiden Wilson sependapat dengan menlunya bahwa tindakan Jerman tersebut merupakan ancaman terhadap kepentingan AS.
Ketika perundingan sedang berlangsung kapal perang Jerman lainnya menenggelamkan kapal penumpang Inggeris, Arabic dan menewaskan beberapa penumpang termasuk dua lagi warga sipil AS. Menlu Lansing mendesak presiden untuk meminta Kongres AS menyatakan perang sebelum AS kehilangan pengaruhnya atas kedua negara (Jerman dan Inggeris) yang sedang bertikai. Jika hal itu terjadi maka niat AS untuk mengadakan penyelesaian damai dan menjamin kebebasan berlayar di lautan bebas bisa terganggu. Ketika usulan tersebut dibicarakan dalam Kongres, duta besar (dubes) Jerman di Amerika, Count Johann von Bernstorff, menyatakan bahwa Jerman tidak akan lagi menyerang kapal-kapal penumpang sipil tanpa peringatan terlebih dahulu. Pernyataan pribadi dubes dan mendapat dukungan dari Berlin tersebut untuk sementara mampu meredakan ketegangan hubungan AS dan Jerman. Namun dernikian, beberapa bulan kemudian, bulan Maret 1916, kapal perang Jerman lainnya mentorpedo kapal penumpang Sussex milik Perancis yang melukai 80 penumpangnya termasuk beberapa penumpang berkebangsaan AS. Presiden Wilson mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Jerman kecuali kalau dubes Bernstorff menarik pernyataannya. Kementrian luar negeri Jerman mengulangi janjinya , dan menambahkan bahwa perang kapal selam tak terbatas akan ditinggalkan kecuali kalau Inggeris ditekan oleh AS untuk meninggalkan blokade terhadap Jerman.
Dari peristiwa-peristiwa tersebuatlah yang akhirnya membuat Amerika menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917. Amerika Serikat membantu Sekutu, dan perang berakhir setahun kemudian dengan kekalahan Blok Sentral. Seusai perang, Woodrow Wilson mencoba mendirikan Liga Bangsa-Bangsa, akan tetapi Amerika Serikat tidak bergabung karena kaum isolasionis di AS menolak traktat perjanjian.  Setelah Perang Dunia I, sebuah pandemi flu mewabah, dan menewaskan banyak orang di AS dan Eropa. Selain itu, seusai Perang Dunia I, Amerika Serikat menjadi salah satu negara terkaya dan terkuat di dunia.

2.3.2 Amerika Dalam Perang Dunia II
Perang Dunia II terjadi pada tanggal 1 September 1939, dan Amerika Serikat awalnya sama seperti pada masa Perang Dunia I, yaitu menyatakan mereka tidak ingin terlibat atau lebih memilih bersikap netral. Selain itu juga dari bagian besar warga Amerika merasa AS sebaiknya tetap bersikap netral. Namun hal ini tidak dapat dipegang oleh Amerika, dimana negara ini kembali terlibat dalam peperangan. Hal ini disebabkan karena berbagai peristiwa yang dialami oleh Amerika, yang diantaranya seperti Jepang yang mengebom Pearl Harbor pada 7 Desember 1941.  Pengeboman ini dilakukan. kala itu angkatan laut Jepang menyerang markas AL Amerika secara tiba-tiba di Hawai. Dampak serangan ini bagi pihak Amerika sendiri diantaranya seperti rusak dan tenggelamnya kurang lebih 20 buah kapal tempur Amerika, 188 pesawat terbang dimusnahkan, 155 telah rusak  dan 2.403 korban jiwa. Dipihak Jepang hanya kehilangan 55 buah pesawat tempur dari 441 pesawat yang dipakai.
Tujuan serangan Pearl Habour adalah melumpuhkan Angkatan Laut Amerika di Pasifik, walaupun untuk sementara. Jepang telah terlibat dalam perperangan dengan Cina selama beberapa tahun dan telah merampas Manchuria beberapa tahun sebelumnya. Rancangan untuk serangan Pearl Harbor untuk menyokong kelanjuta ketentaraan lanjut bermulai padda jaanuari 1941, dan latihan untuk misi berlangsung pada pertengahan tahun saat proyek ini dianggap layak.
Presiden F.D Roosevelt menandatangani Deklarasi perang terhadap Jepang pada hari berikutnya selepas serangan. Kemungkinan yang paling penting, serangan Peearl Haarbor bertindak sebagai katalisator yang menggerakkan sebuah negara untuk bertindak serta merta yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh perkara lain. Dalam waktu semalam saja, ia menyatukan seluruh Amerika dengan tujuan berperang dan memenagkan peperangan dengan Jepang, dan kemungkinan mendorong kedudukan penyerahan tanpa syarat yang ditekankan oleh pihak sekutu.
Akibatnya, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Blok Poros (Jerman, Jepang, dan Italia). Amerika Serikat terlibat dalam dua front, yaitu Front Pasifik melawan Jepang, dan Front Eropa dan Afrika melawan Jerman dan Italia. Pada tanggal 8 Desember 1941 Kongres Amerika serikat menyatakan perang atas Jepang. Pemerintah Amerika serikat meneruskan pengerahan tentara dan mulai beralih kepada ekonomi perang. Permasalahan tekhnis adalah kenapa Jerman Nazi menyatakan perang atas AS pada 11 Desember 1941 sejurus selepas serangan Jepang. Hitler tidak perlu melakukannya di bawah syarat blok poros, tetapi tetap melakukannya. Ini pasti menggandakan kemarahan penduduk Amerika dan membenarkan Amerika untuk memberikan bantuannya kepada Britania Raya. Meskipun berhasil menenggelamkan kapal induk Amerika, tidak membantu Jepang dalam jangka panjang. Karena serangan tersebut membuat Amerika terlibat penuh dalam perang dunia Ke II, mendorong kekalahan blok poros sedunia.saat mendengar bahwa serangan Jepang atas Pearl Harbour akhirnya yang membuat pihak Amerika terlibat dalam perang dunia ke II.
Tiga hari kemudian, tanggal 11 Desember 1941, AS juga menerima pernyataan perang dari Jerman dan Italia dan dijawab oleh anggota Kongres bahwa AS harus berhadapan perang dengan negara-negara tersebut. Inggeris dan Kanada segera bergabung dengan AS yang juga diikuti oleh negara-negara Amerika Latin. Pada fctnggal 2 januari 1942 mereka membentuk koalisi untuk mengerahkan segala dumber daya ekonomi dan militer untuk menghadapi negara-negara Axis, Jerman, Italia dan Jepang.
Kemenangan militer AS dan sekutu-sekutunya dalam Perang Dunia II diperoleh dengan waktu yang cukup lama dan sulit. Pada tahun 1942, kekuatan AS dan sekutu-sekutunya berada dibawah tekanan berat negara-negara Axis. Pasukan AS di Corregidor, Philipina, terisolasi dari pasukan lainnya sampai bulan Mei. Pada pertempuran di Midway dan Laut Coral bulan Mei dan Juni, pasukan AS mencatat kemenangan yang berarti. Tanggal 7 Agustus Angkatan Laut AS mendarat di Guadalcanal clan mulai mengadakan penyerangan. Pada pertempuiran di kepulauan Solomon, pasukan AS juga mulai mampu memukul pasukan Jepang yang kehilangan 5 kapal penjelajah dan 12 kapal serangnya Sejak peristiwa itu gelombang kemenangan mulai berada di tangan pasukan AS dan sekutu-sekutunya.
Tanggal 4 Juni 1944 pasukan AS berhasil memasuki Roma dan dua hari kemudiari pasukan lainnya menginvasi Normandia. Demikian juga di kawasan Pasifik, pasukan AS berhasil memperoleh kemenangan. Guam berhasil direbut, Jepang dapat diusir ke Burma dari India, Paris dibebaskan; dan Rumania menyerah ke pasukan Rusia Tanggal 2 September 1944 pasukan angkatan darat AS memasuki Jerman. Pasukan AS dan Rusia bertemua di Singai Elbe tanggal 26 April 1945 dan V.E. Day (hari kemenangan di Eropa) diproklamasikan tanggal 8 Mei 1945. Tanggal 6 Agustus, pasukan AS yang telah merebut beberapa pangkalan militer Jepang, menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan membumihanguskan tiga perlima kawasan kota. Akhirnya tanggal 14 Agustus, Pemerintah Jepang menyatakan menyerah dan menerima semua persayaratan Sekutu, dan perang dunia di Pasifikpun berakhir.
Upaya diplomatik AS dalam mengakhiri PD II dilakukan melalui berbagai pertemuan internasional dan konfermsi dengan negara-negara sekutunya. Selama perang bertangsung, terdapat empat konferensi besar yang dilakukan oleh the Big Three atau "Tiga Besar"yaitu AS,  Inggeris dan Rusia. Konferensi-konferensi tersebut diselengarakan dalam rangka mengakhiri perang sekaligus juga mengkoordinasi strategi militer untuk menentukan serangan serta menciptakan kerangka pikir mengenai masa akhir perang. Konferensi-konferensi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Konferensi Moskow,  yang beilangsung bulan Oktober 1943 dan dihadiri oleh para menteri ketiga negara tersebut disepakati prinsip perdamaian menyeluruh. Artinya, mereka sepakat untuk tidak menciptakan perdamaian secara terpisah, serta menghukum Jerman sebagai negara yang paling bertanggungjawab atas korban sipil. Negara-negara the Big Three juga sepakat untuk meneruskan kerjasama erat setelah perang berakhir, membebaskan Austria, serta sepakat untuk menciptakan organisasi internasional baru yang menghimpun banyak negara termasuk ketiga negara tersebut.
b.      Konferensi Kairo, yang diselenggarakan pada bulan Desember 1943 Presiden Roosevelt, pemimpin Inggeris, Churchill dan pemimpin Nasionalis China Chiang Kai-shek sepakat untuk mengambil alih daerah taklukkan Jepang termasuk pulau Formosa (Taiwan) terhadap China; serta membebaskan Korea.
c.       Konferensi Teheran, menyusul pertemuan di Kairo, disepakati oleh Roosevelt, Churchill dan Stalin, untuk mengadakan serangan gabungan ke Normandia serta untuk mendukung serangan Rusia ke Jerman, mendukung pasukan Tito di Yugoslavia, serta menciptakan perbatasan baru antara Jerman dan Polandia.
d.      Konferensi Yalta, yang berlangsung bulan Februari 1945, Roosevelt, Churchill dan Stalin sepakat untuk mcmbentuk negara Polandia yang demokratis dan bebas dan ancaman Jerman. Disepjikati juga mengenai pembentukan organisasi internasional baru tanggal 25 April 1945 di San Francisco. Jerman , sebagai negara yang kalah perang, dibagi menjadi beberapa daerah pendudukan dan sejumlah 20 milyar dana harus disediakan untuk reparasi Jerman. Selaian itu juga disepakati untuk dimasukkannya hak veto dalam organisasi dunia yang akan didirikan, serta diizinkannya Ukraina Soviet dan Byelorussia sebagai negara berdaulat untuk menjadi anggota PBB. Uni Soviet sepakat untuk berperang dengan Jepang selama tiga bulan setelah kekalahan Jerman.
e.       Konferensi Posdam, berlangsung pada bulan Juli-Agustus. Dalam konferensi ini Churchill, Truman dan Stalain sepakt untuk membentuk Dewan Menteri luar negeri yang mewakili Inggris, Prancis, Uni Soviet, China Nasionalis dan Amerika Serikat. Dewan tersebut bertugas untuk menciptakan perjanjian damai bagi Italia dan negara-negara Eropa.

 
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Doktrin Monroe (Monroe Doctrine) adalah asas politik luar negeri Amerika Serikat yang terkandung dalam pesan Presiden Monroe kepada Kongres tahun 1823. Doktrin berawal dari dua masalah diplomatik, yaitu pertempuran secara kecil-kecilan dengan Rusia mengenai pantai barat laut Amerika Serikat dan kekhwatiran bahwa Aliansi Suci (Rusia, Austria, Prusia) akan mencoba menguasai kembali negara-negara Amerika Latin yang baru saja melepaskan diri dari Spanyol.
Dikeluarkannya Doktrin Monroe ini, maka upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga Amerika Serikat akan turun tangan. Akan tetapi, Amerika Serikat tidak akan mengganggu jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah merebut kemerdekaannya.

Karena adanya perdebatan diplomatik di antara pemimpin AS di dalam negeri dan mempertimbangkan kepentingannya di Eropa maka AS mulai melibatkan diri dalam peperangan di Eropa. Anaiman terbesar datang dari Jerman setelah warga sipilnya yang berada dalam kapal dagang Lusitania menjadi korban dari serangan Jerman. Setelah melalui perdebatan di dalam negeri dan upaya diplomatik yang dikirim ke Eropa akhirnya AS berada pada pihak Inggeris dan 112 Perancis untuk melawan Jerman Secara diplomat's dikatakan bahwa keterlibatannya dalam perang tersebut adalah untuk melindungi kepentingan ekonomi dan warga sipil yang bepergian ke Eropa. Sikap netralnya juga dimnjukkan dalam membuat keputusan-keputusan dalam perjanjian-perjanjian yang diikutinya pada akhir PD I. AS ticlak selalu sependapat dengan Inggeris dan Perancis untuk menghukum Jerman seberat-beratnya Dengan demikian, kepentingan AS dalam urusan Eropa tidak harus sama dengan kepentingan negara-negara sekutunya walaupun berada pada pihak yang sama ketika meletusnya perang.
Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan sikap netralnya dalam urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam tahun 1930-an. Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang pada prinsipnya berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak negara-negara yang bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan embargo senjata terhadap negara-negara yang bertikai. Namun demikian, sikap tersebut tidak bisa dipertahankan. Dalam praktek, seringkali sikap netral AS dalam politik luar negerinya bertentangan dengan kepentingannnya sendiri. Menurut sejarawan, sikap tersebut menunjukkan ketidakkonsistenan AS dalam mempertahankan prinsip politik luar negerinya. Keterlibatan AS dalam Perang Dunia II, dapat dijelaskan dan ketidakkonsistenan negara tersebut menjaga politik netralnya.


DAFTAR PUSTAKA

1.        Francis Whitney, ed. Keith W. Olsen. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri A.S.
2.        Diktat Pengantar Sejarah Amerika I. Staf UNY
3.        File UPI. Bangsa Amerika

Tidak ada komentar:

PENGARUH DOCRIN MONROE TERHADAP AWAL IMPERIALISME AMERIKA DAN KETERLIBATAN AMERIKA DALAM PERANG DUNIA

 
(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Amerika)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto, M.Pd.





Disusun oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Kelas B






PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Doktrin monroe memberikam keabsahan kepada perasaan isolanis (mengasingkan diri) orang Amerika di adad ke-19, yang sudah berpaling dari Eropa dalam usaha mencari kekayaan dan kebebasan dari lingkungan dan dominasi Eropa. Negara ini sibuk dengan pertumbuhan kota-kota, perluasan wilayah, perkembangan industri, perbudakan, trauma sebelum dan sesudah Perang Saudara. Perhatian Amerika tidak dipusatkan ke Eropa, akan tetapi pada Amerika Tengah dan Karibia serta Pasifik.
Isolasionis ini mula-mula dipegang teguh oleh Amerika, Akan tetapi dengan adanya Perang Amerika-Spanyol (1898), pada hakekatnya Amerika telah melepaskan politik isolasi ini, karena berhasil menduduki Filipina (1898), yang berarti Amerika telah keluar dari Benua Amerika. Dengan ikutnya Amerika terang mulai melepaskan Doktrin Monroenya, tetapi tidak ikut sertanya Amerika Serikat dalam Gabungan Bangsa-bangsa, Doktrin Monroe masih lagi ingin dipertahankan. Partisipasi di pihak Sekutu dalam Perang Dunia I merupakan penyimpangan singkat dari norma, yang dipacu oleh serangan kapal selam Jerman atas kapal-kapal sipil. Tahun 1920-an dan 1930-an merupakan dasawarsa isolasionis dan terdapat perlawanan yang sangat sengit terhadap bantuan Lend-Lease Roosevelt kepada Inggris di Tahun 1940.
Baru didalam Perang Dunia II dan sesudah itu Amerika secara terang-terangan meninggalkn Doktrin Monroe. Serangan Jepang yang mengejutkan atas Pearl Harbour di Kepulauan Hawai (Panangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat), telah mengubah semua itu. Isolasionisme bukan lagi merupakan kedudukan yang dapat diterima oleh mayoritas rakyat Amerika. Sekiranya Manroe hidup kembali sekarang, ia mungkin akan terkejut dengan apa yang dilakukan prinsip Netralitas ini. Amerika Serikat mempunyai persekutuan yang tetap di Eropa dan seantero dunia bagaimana jaringan laba-laba yang nyata (Bradley, 1991 : 23). Hal ini mudah dilihat pada dominasi Amerika Serikat di berbagi lembaga Internasional seperti PBB, NATO, ANZUS dan OAS.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi pokok penulisan pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)      Bagaimana kemunculan Docrin Monroe di Amerika ?
2)      Bagaimana keterkaitan antara Docrin Monroe dengan awal imperialisme Amerika ?
3)      Bagaimana keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia ?

1.3    Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini diantaranya adalah :
1)      Untuk mengetahui dan memahami kemunculan Docrin Monroe di Amerika.
2)      Untuk mengetahui dan memahami keterkaitan antara Docrin Monroe dengan awal imperialisme Amerika.
3)      Untuk mengetahui dan memahami keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia.


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Docrin Monroe
Doktrin Monroe adalah salah satu kebijakan Amerika Serikat yang pertama kali dicetuskan oleh James Monroe presiden ke 5 Amerika serikat pada 2 desember 1823, yang berbunyi: "Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam urusan negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap keamanan dan keselamatannya". Doktrin ini dicetuskan karena pada tahun-tahun sebelum 1823 di wilayah ini banyak terjadi intervensi terhadap AS oleh Negara-negara adidaya Eropa.
Pada 1822 Presiden james monroe,  di bawah tekanan  publik yang kuat, menerima wewenang untuk mengakui negara Amerika Latin baru  dan  segera bertukar  menteri dengan mereka. Dengan demikian, dia menegaskan status  mereka  sebagai negara merdeka yang sesungguhnya, sepenuhnya terpisah dari ikatan lama mereka dengan eropa.
Tepat pada saat ini, Rusia, Prusia, dan Austria membentuk persekutuan, Aliansi Suci, untuk melindungi diri mereka dari pemberontakan. Dengan turut campur di negara tempat gerakan masyarakat membahayakan monarki, aliansi tersebut dipersatukan oleh Perancis pasca Napoleonberniat mencegah penyebaran revolusi itu. kebijakan ini merupakan antitesis prinsip Amerika tentang penentuan nasib sendiri.
Selama Aliansi Suci ini membatasi kegiatannya di Dunia Lama, Amerika Serikat tidak mengkhawatirkannya. Tetapi ketika aliansi tersebut mengumumkan niatnya untuk memulihkan kembali bekas-bekas koloni Spanyol, masyarakat Amerika menjadi  sangat khawatir. karena perdagangan Amerika Latin telah menjadi sangat penting bagi mereka, Inggris memutuskan untuk menghentikan tindakan semacam itu. London jaminan gabungan Anglo-Amerika terhadap   Amerika  Latin,  tetapi  Sekretaris Negara john Quincy Adams meyakinkan monroes untuk bertindak secara unilateral:  Akan  lebih  jelas, juga lebih bermartabat,  untuk  menyatakan       prinsip kami secara eksplisit   kepada  rusia dan Prancis, daripada  muncul  seperti pahlawan kesianga dalam gelombang serdadu Inggris.
Pada Desember 1823, dengan keyakinan bahwa AL Inggris akan membela Amerika Latin dari Aliansi Suci dan Perancis, Presiden monroe mengambil  kesempatan  dalam  pidato  tahunannya   kepada  kongres untuk menyampaikan apa yang ke- mudian dikenal sebagai Doktrin monroe   penolakan  menoleransi perluasan   dominasi   lebih   lanjut eropa di benua Amerika :
Benua Amerika untuk  selanjutnya  janganlah dianggap  sebagai sasaran  bagi  kolonialisasi di  masa depan oleh kekuatan Eropa mana pun. Kita harus menganggap  usaha apa  pun   dari  pihak   mereka untuk  memperluas       system (politik) mereka ke bagian mana pun belahan dunia  ini  sebagai ancaman  terhadap perdamaian dan keamanan kita.
Dengan koloni yang sudah ada atau ketergantungan terhadap kekuatan Eropa mana pun, kami tidak pernah   campur   tangan   dan   takkan  pernah  campur tangan. Tetapi dengan pemerintah yang telah menyatakan kemerdekaannya dan mempertahankan kemerdekaan itu, juga kemerdekaan yang telahkita akui, kita tidak dapat membiarkan tindakan campur tangan apa pun yang bertujuan menekan mereka, atau mengendalikan nasib mereka dengan cara apa pun, oleh kekuatan Eropa mana pun dengan anggapan selain manifestasi disposisi tidak ramah terhadap Amerika Serikat.
Doktrin tersebut yang mengandung hal penting, yaitu ada empat prinsip dasar, yang cukup terkenal. Antara lain :
a.       Amerika Serikta tidak akan mencampuri masalah-maslah internal ataupun peperangan di antara Negara Eropa
b.      Amerika Serikat mengakui dan tidak mencampuri koloni yang masih ada di bawah keuasaan negara Negara Eropa
c.       Negara Eropa harus menghentikan kolonisasi lebih lanjut
d.      Upaya apapun oleh Negara Eropa untuk menekan atau mengendalikan Negara manapun d dunia akan diapndang sebagai tindakan kekerasan melawan Amerika Serikat.
Doktrin Monroe intinya adalah “America for the Americans” yang berarti politik isolasi, artinya negara-negara di luar Amerika jangan mencampuri soal-soal dalam negeri Amerika dan sebaliknya Amerika tidak akan ikut dalam soal-soal di luar Amerika. Doktrin Monroe dapat juga diartikan sebagai Pan-Amerikanisme, yaitu seluruh negara-negara di Amerika harus merupakan satu keluarga Bangsa Amerika di bawah pimpinan Amerika.
Doktrin monroe memperlihatkan semangat solidaritas dengan negara-negara republik yang baru merdeka di Amerika Latin. Sebagai balasannya, Negara - negara tersebut mengakui kedekatan politiknya dengan Amerika Serikat  dengan cara mendasarkan konstitusi baru mereka, dalam banyak hal, sesuai model Amerika Utara.
Dikeluarkannya Doktrin Monroe ini, maka upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga Amerika Serikat akan turun tangan. Akan tetapi, Amerika Serikat tidak akan mengganggu jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah merebut kemerdekaannya.
Pernyataan atau Doktrin Monroe ini mendapatkan dukungan dari Inggris dimana inggris telah mempersiapkan kekuatan angkatan lautnya yang cukup ditakuti karena jumlah dan kualitasnya yang cukup banyak dan baik. Dan dengan adanya doktrin Monroe ini hubungan amerika serikat dengan Negara amerika latin makin dekat karena ada persepsi bahwasanya amerika serikat telah membantu untuk melindungi kawasan amerika latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap amerika Serikat terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah Negara Negara amerika latin berfikir bahwa amerika serikat menggunakan doktrin monroe sebagai media untuk mendominasi benua amerika. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris yang meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.



2.2 Imperialisme Amerika Serikat
Pada dekade terakhir di abad 19 merupakan perluasan imperial bagi Amerika serikat. Saat itu selain menyebarkan pengaruh, juga melakukan pendudukan untuk beberapa waktu di wilayah samudra Atlantik dan pasifik, serta ke Amerika tengah.  Tetapi  Amerika serikat memilih jalan yang berbeda dengan orang Eropa pesaingnya karena sejarah perjuangannya sendiri.
Sumber perluasan Amerika serikat pada akhir abad ke 19 sangat bervariasi. Secara Internasonal, masa ini merupakan periode imperialisme besar-besaran, saat kekuatan-kekuatan Eropa saling berpacu untuk menguasahi Afrika dan bersaing untuk menyebar pengaruh dan menguasahi perdagangan.
Usaha pertama Amerika Serikat untuk memperluas wilayahnya adalah dengan membeli Alaska yang populasinya minim, hanya ada suku Inuit dan penduduk asli lainnya dari rusia pada tahun 1867. Kebanyakan warga amerika tidak peduli atau tidak suka dengan langkah yang dilakukan oleh menteri luar negeri william Seward ini, dan Alaska sering dsebut sebagai :kebodohan Seward’ dan “Peti Es Seward” tetapi 30 tahun kemudian ketika es ditemukan disungai Klondike di Alaska, ribuan warga Amerika pergi ke utara dan menetap di sana. Sewaktu Alaska menjadi negara bagian ke-49 pada tahun 1959, ia menggantikan Texas sebagai negara terbesar di Amerika serikat.

1)        Imperialisme Amerika di Amerika Serikat
Berikut ini adalah imperialisme yang dilakukan oleh Amerika Serikat di wilayah Amerika Selatan yaitu :
a.      Texas dan Perang Dengan Mexico
Sepanjang tahun 1820-an, penduduk Amerika menduduki wilayah Texas yang luas, sering kali dengan dengan tanah pemberian Meksiko. Namun jumlah mereka semakin banyak dan membuat penguasa di daerah itu cemas sehingga akhirnya melarang imigrasi lebih lanjut pada tahun 1830. Pada tahun 1834 jendral Antonio Lopes de Santa Anna mendirikan pemerintahan diktator di Meksiko, dan pada tahun berikutnya penduduk Texas memberontak. Di awal tahun 1836 Santa Anna mengalahkan pemberontakan Amerika Serikat pada pengepungan di benteng Alamo dalam pertempuran yang sangat di kenang. Namun orang Texas di bawah pimpinan San Houston menghancurkan tentara Meksiko dan menangkap Santa Anna sebulan kemudian dalam pertempuran San Jacinto dan memastikan kemerdekaan Texas. Selama hampr satu dekade, Texas tetap menjadi republik yang berdiri sendiri, ia kemudian bergabung menjadi negara bagian yang ke-28 pada tahun 1845.
Meskipun Meksiko memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat karena persoalan status negara bagian  Texas, persoalan yang lebih dipertentangkan adalah batas wilayah negara bagian baru ini. Texas mengklaim Sungai Rio Grande sebagai batasnya, Meksiko mengklaim bahwa tapal batas ada di utara sisi Sungai Nueces. Sementara itu, banyak pemungkim berbondong-bondong masuk ke wilayah Meksiko dan california saat orang amerika mengklaim Amerika Serikat memliki takdir nyata untuk memperluas wilayah kearah barat sampai ke samudera Pasifik.
Usaha Amerika Serikat untuk membeli New Mexiko dan wilayah California gagal dan setelah pertikaian antara tentara Meksiko dan Amerika Seriat di sepanjang Ro Grande, amerika serikat menyatakan Perang pada tahun 1846. Tentara Amerika Serikat menduduki New Mexico, lalu membantu perlawanan para pemukim di california. Pasukan Amerika Serikat di bawah komando zachary taylor menginvasi Meksiko, memperoleh kemenagan di Monterey dan Buena Vista, anmun gagal mengajak Meksiko ke meja perundingan.
Pada bulan Maret 1847 pasukan Amerika di bawah komando Winfield Scott mendarat di dekat Vera Cruz di pesisir timur Meksiko, dan setelah melampaui beberapa rintangan dapat memaski Mexico City. Namun baru setelah santa Anna mengundurkan diri Amerika Serikat dapat mengasosiasikan Traktat Guadulupe hildago di mana Meksiko mau menyerahkan daerah barat daya dan California dengan uang ganti rugi $ 15 juta.
Perang tersebut berguna sebagai tempat berlatih para tentara Amerika yang kemudian hari akan bertempur untuk kedua belah pihak dalam perang saudara. Perang Meksiko ini juga secara politik terhitung oerang warga memecah belah, di mana tokoh anti perbudakan Whigs mengkritik pemerintahan demokrat James K. Polk atas kebijakan perluasan daerahnya. Dengan berakhirnya Perang Meksiko, Amerika Serikat mendapatkan wilayah baru seluas 1,36 juta km persegi, yang mencangkup negara bagian Arizona sekarang ini, Nevada, california, Utah sebagian New Mexico, Colorado dan Wyoming. Namun hal itu menjadi pencaplokan beracun karena menumbulkan pertanyaan paling meledak-ledak dalam politik amerika Saat itu.

b.      Kuba (1868-1878)
Daerah koloni Spanyol terakhir di Amerika Latin yang masih harus merebut kemerdekaannya adalah kuba. Usaha untuk menggulingkan pemerintahan panjajah timbul antara tahun 1824-1868, tetapi selalu gagal. Mula-mula melalui gerakan bawah tanah, kemudian menjadi perlawanan terbuka. Pada umumnya Amerika serikat memberi bantuan kepada gerakan kemerdekaan Kuba dalam bentuk biaya, perlengkapan, persenjatahan, dan fasilitas penggunaan wilayahnya sebagai basis penyerangan terhadap pangkalan-pangkalan militer Spanyol.
Kemudian timbul perang sepuluh tahun (1868-1878)di kuba  atau tepatnya di sebut pemberontakan sepuluh tahun, karena apa yang terjadi waktu itu adalah pemberontakan rakyat melawan melawan penguasa Spanyol. Walaupun pemberontakan ini merupakan suatu langkah maju daripada sistem perlawanan sebelumnya, belum juga berhasil.
Akibat pemberontakan yang lama ini, semangat revolusi rakyat makin meluap, banyak rakyat yang melarikan diri ke Amerika Serikat, dan kebencian Amerika Serikat terhadap Spanyol makin memucak. Di pihak Spanyol sendiri timbul kesadaran untuk memperbaiki kondisi politik dan ekonomi Kuba, namun hal ini telah terlambat. Kemudian pecah Revolusi 1895 yang lebih terorganisasikan melawan Spanyol. Muncul tokoh Jose Marti, salah seorang penyair dan pahlawan kemerdekaan amerika Latin yang kini masih terkenal dan sering diabadikan namanya.
Dalam tahun 1868, ketika ratu Elizabeth II diturunkan dari tahta, rakyat Kuba mempergunakan kesempatan ini untuk memberontak, setelah berjuang selama 10 tahun mereka meletakan senjata, karena Spanyol berjanji bahwa mereka akan mendapat suatu pemerintahan yang baik, yang mana janji itu tidak pernah di penuhi. Oleh sebab itu maka muncul lagi pemberontakan berdaerah pada tahu 1895 di bawah pimpinan Jose Martin, seorang yang mendapatkan pendidikan di Spanyol dan berdiam lama di amerika Serikat. Ketika pemberontakan sampai pada puncaknya dalam tahun 1898, Amerika Serikat ikut campur tangan dalam memerangi Spanyol fengan maksud, yakni
1)      Menyatakan simpati terhadap perjuangan rakyat Kuba
2)      Melindungi kepentingan ekonoinya di Kuba, antara lain perkebunan tembakau, perkebunan tebu, dan perkebunan buah-buahan.
3)      Menghukum Spanyol, akibat hancurnya kapal perang Amerika Serikat Maine pada tanggal 15 Februari 1898 di pelabuhan Hanava, sehingga Spanyol lah yang harus bertanggung jawab.
Pada tanggal 24 april 1898 Spanyol mengumumkan adanya peperangan dengan Amerika Serikat dan di balas oleh Amerika Serikat. Setelah peperangan berlangsung akhirnya Spanyol kalah.  Kemudian Spanyol menandatangani perjanjian damai dengan amerika Serikat pada tanggal 10 Desember 1898 mereka menyerahkan kuba ke tangan Amerika serikat sambil menunggu negeri itu memerdekakan diri. Selain itu spanyol menyerahkan Puerto rico dan guam sebagai pengganti kerugian perang dan menyerahkan Filipina dengan bayaran $20 juta.
Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat, kemudian terbentuknya Republik Kuba dengan Thomas Estrada Palma sebagai presiden pertama di Cuba (1902-1906)
Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba seolah-olah tidak merdeka karena :
1)      Amerika Serika ini mendektekan Amandemen Plat atas Konstitusi Kuba. Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara kuba. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
2)      Amerika Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan laut di teluk Guantanamo (Kuba).
3)      Dalam bidang ekonimi juga masih di kuasahi oleh Amerika Serikat
Kuba memperoleh kemerdekaan simbolik pada saat tentara Amerika Serikat angkat kaki pada tahun 1902. Tetapi amerika Serikat masih tetap mempunyai hak melakukan intervensi untuk menjaga tertip sipil. Amerika melakukannya selama tiga kali sebelum melepas hak tersebut pada tahu 1934. Walaupun Kuba sudah merdeka penuh, pengaruh ekonomi dan politik Amerika serikat sangat kuat sampai pada tahun 1859, yaitu ketika Fidel castro menggulngkan pemerintah yang berkuasa dan membentuk rezim marxis yang sangat erat hubungannya dengan Uni Soviet.

c.       Puerto Rico
Peurto Rico, pulau yang terletak di sebelah timr Kuba bernasib sama dengan Kuba dan Filipina. Peurto Rico ini menjadi daerah kolonisasi Amerika Serikat karena Amerika Serikat menang dalam peperangan dengan Spanyol, awalnya wilayah Peurto Rico ini adalah daerah kekuasaan Spanyol, tetapi sebagai ganti rugi dalam perang, maka Peurto Rico menjadi milik AS. Pada tahun 1917 konggres Amerika memberi warga Peurto Rico hak untuk memilih wakil Rahyat mereka. Tetapi undang-undang yang sama itu menghasilkan nasib yang berbeda bagi pulau itu, karena menyertakan Peurto Rico secara resmi adalah wilayah Amerika. Dan penting lagi rakyatnya menjadi warga Amerika Serikat. Pada tahun 1950, konggres memberi Puerto Rico kebebasan penuh untuk menentukan masa depannya. Dalam referendum pada tahun 1952, warga menolak Puerto rico menjadi negara bagian ataupun mendapatkan kemerdekaan penuh sebagai gantinya mereka memilih status warga persemakmuran. Banyak orang Puerto rico asli yang sudah menetap di daratan Amerika Serikat dimana mereka medapatkan akses bebas serta mendapat hak plitik an sipil seperti warga negara Amerika lainnya.

d.      Panama
Panama pernah menjadi bagian dari colombia 1812 dan kemudia bagian dari Granada Baru 1832. I pernah menjadi negara  Otonom dari Konfederasi Granada 1852 dan juga bagian dari Negara Colombia Serikat 1862. Dalam tahun 1851 dibangun jalur kereta api pertama, oleh insinyur-insinyur Amerika Serikat. Dalam tahun 1878 sebuah mascapai Perancis mendapat konsesi membangun sebuah terusan di semenanjung itu. Panama menyatakan diri memerdekan diri dari Colombia (dengan dukungan Amerika Serikat) pada tanggal 3 nopember 1903, dan Amerika Serikat mengakui kemerdekaan ini pada tanggal 6 Nopember 1903.
Pada tanggal 18 nopember 1903 ditandatangani perjanjian Hay Banau Varilla antara Panama dan Amerika Serikat, yang piagam ratifikasinya dipertukarkan pada akhir februairi 1904 dan karenanya berlaku semenjak itu. Menurut perjanjian ini Panam menyewa-gunakan untuk selama-lamanya kepada Amerika Serikat, tanah seluas 1432 Km2 dimana akan dibangun sebuah terusan melintasi semenanjung Panama (kemudian dikenal dengan nama Terusan Panama) dengan suatu pembayaran US 10 JUTA dollar sekaligus, dan US 250.000 Dollar uang sewa setiap tahunnya dalam bentuk uang emas. Sebaliknya Amerika Serikat mempunyai hak untuk  “menggunakan, menduduki dan mengontrol disertai hak, kekuasaan dan wewenang penuh di wilayah ini... “
Dalam perjanjian disebutkan pula bahwa Terusan Panama mempunyai sifat yang netral secara permanen, bahwa apabila dipandang perlu Amerika Serikat dapat membangun bangunan-bangunan untuk pertahanan Terusan”bahwa Amerika Serikat harus menghormati kedalautan Panama tetapi juga diberikan han intervensi kepada maslah-masalah dalam negeri Panam. Setelah Terusan selesai, dibuka sementara sejak tanggal 15 agustus 1914 dan secara resmi pada tanggal 12 juli 1920. Segera setelah dibuka timbullah persoalan “sejauh mana sebenarnya yuridiksi yang diberikan Panama kepada Amerika Serikat?”. Soal-solal lain yang kemudian timbul antara lain : dengan adanya inflasi apakah sewa tahunan dapat dibayar dengan uang kertas : bagaimana penyelesaian maslah perdangan melalui Terusan, masalah bea-cukai, masalah buruh yang bekerja. Itulah sebabnya mengapa perjanjian ini mengalami banyak perubahan dalam tahun 1926, 1936, 1955. Berulang kali timbul pemogokam, insiden dan persengketaan politik akibat Perjanjian diatas.
Pada tanggal 3 nopember dan 28 nopember1959 terjadi insiden bendera dimana segolongan  rakyat memasuki wilayah Terusan untuk mengibarkan bendera Panama, tetapi diusir oleh pengawal Amerika Serikat. Setelah insiden ini, kemudian baik bendera Amerika Serikat dan Panama dikibarkan berdampingan.Denagn hak intervensi itupun Amerika Serikat sering menjalankan intervensi terhadap maslah dalam negeri Panama. Disamping itu, pasukan Amerika Serikat di Terusan ini makin bertambah banyak.
Perundingan-perundingan terus dilakukan untuk penyelesaian masalah teusiani ini. Thaun 1967 terdapat perjanjian dimana Amerika Serikat bersedia melepaskan kedaulatan atas Panama. Namun belum diratifikasi perjanjian tersebut sudah terjadi perubahan pemimpin baru dibawah presiden Dr. Arnulfo Arias 1968. Sementara itu makin tahun rakyat Panama dan pemerintah Panama tidak puas terhada Amerika Serikat yang tidak sungguh untuk menyelesaikan Terusan ini. Maka timbullah pergolakan dari masyarakat. Dalam tahun 1974 dimulai lagi perjanjian baru antara Menteri Luar Negeri H.A.Kissinger dan Menteri  Luar Negeri Panama, Juan Antonio Tack. Masih banyak perbedaan pendapat yamng masih kontras mengenai waktu berakhirnya penguasaan erusan Panama oleh Amerika Serikat (Amerika Serikat ingin berkuasa hingga sekitar tahun 2000, sedang Panama ingin segera menguasai Terusan ini).
Selain alasan politis juga kepentingan-kepentingan ekonomis mendorong mereka berbuat demikian. Pada umunya negara-negara Amerika Tengah berada dalam tingkat perkembangan ekonomi yang sama. Mereka masih menitikberatkan sistem perekonomian pada sistem kolonial dengan mengutamakan ekspor dari produksi pertanian dan perkebunan, yang karenanya rawan terhadap konyutngur dunia. Mereka tidak kaya dalan bahan tambang, bila ada itupun belum dieksploitasidengan baik. Industri masih dalam tingkat pendasaran. Juga mereka sangat terkena akibat krisis energi. Itulah sebabnya mengapa adanya Central  American Common Market (CACM) sangat membantu mereka dalam mencapai tujuan ekonomi bersama.
Setelah Perang Dunia II, rakyat Panama mulai menuntut hak pengelolaan dan selain itu memprotes kehadiran militer AS yang semakin hari semakin bertambah banyak. Akhirnya pada 7 September 1977, Presiden AS, Jimmy Carter dan Presiden Panama, Omar Torrijos menandatangani sebuah kesepakatan yang mengizinkan Panama mengelola sendiri terusan itu namun tetap menjamin netralitas kawasan (Neutrality Treaty) dan AS diizinkan untuk kembali kapan saja. Akan tetapi, kesepakatan ini dikecam oleh sebagian besar rakyat AS. Selanjutnya, pada 31 Desember 1999, pengelolaan terusan diserahkan sepenuhnya ke Panama melalui Otoritas Terusan Panama/Panama Canal Authority (ACP)

2)        Imperialisme Amerika di Asia
Selain imperialisme yang dilakukan oleh Amerika di wilayah Amerika Selatan, Amerika juga melakukan imperialisme di wilayah Asia salah satunya adalah di wilayah Asia Tenggara, tepatnya Filipina.
Penguasaan Filipina oleh Anerika mendapat kecaman dari bangsa Eropa karena ditangkap telah melanggar Doktrin Monroe, yang isinya mengatakan bahwa Amerika anti Kolonialisme dan Imperalisme. Amerika dianggap sebagai ancaman baru bagi bangsa Eropa atas kekuasaannya di Asia. Untuk meredakan kecaman tersebut, Amerika menyatakan Filipina semata-mata untuk menjalankan eksperimen imperialisme. Artinya Filipina akan dijadikan model negara dengan sistem kekuasaan liberal seperti Amerika di wilayah Asia.
Pada tahun 1919 delegasi Filipina di bawah Manuel Quezon pergi ke Amerika untuk menuntut kemerdekaan penuh atas Filipina. Amerika menjawab dengan mengirimkan The Wood Forbes Mission tahun 1922, yang isinya menyatakan bahwa Filipina belum mampu untuk merdeka. Bangsa Filipina menolak ucapan Wood Forbes. Senat Filipina meletakan jabatannya, dan menuntut kemerdekaan penuh.
Masa kekuasaan Amerika di Filipina berlangsung dari tahun 1898 sampai tahun 1946. masa kekuasaan itu terbagi atas 3 periode seperti di bawah ini.
a.    Periode Tahun 1898-1942.
Amerika melakukan pembinaan terhadap system kekuasaan yang akan diterapkan di Filipina melalui perjanjian damai dengan para tokoh nasionalis pada tahun 1907. Isinya, antara lain menjamin kemerdekaan Philipina untuk 50 tahun yang akan datang.
b.      Periode Tahun 1942-1945.
Amerika mengalami kekalahan di Pasifik yang mengakibatkan Filipina dikuasai oleh Jepang. Pada tanggal 2 Januari 1942 Manila, ibu kota Filipina, jatuh ke tangan Jepang. Jendral Deuglas Mac Arthur meninggalkan Filipina untuk menyusun pasukan sekutu di Australia. Pada tanggal 6 Mei 1942 seluruh Filipina jatuh ke tangan Jepang.
Kekalahan Jepang untuk pertama kalinya adalah dalam pertempuran di laut Karang, yang merupakan titik balik bagi kemenangan Jepang. Sejak itu Jepang menggunakan bangsa Filipina sebagai teman di bawah Presiden Laurel untuk menghadapi sekutu. Tetapi dengan mendaratnya Sekutu di Filipina, dan kemudian kalahnya Jepang terhadap Sekutu maka Republik Filipina membuat Jepang lenyap kembali (22 Oktober 1945).
Setelah Perang Dunia II selesai, Amerika Serikat menepati janjinya untuk memberi kemerdekaan kepadaan Filipina. Pesawat terbang jepang berhasil menenggelamkan kapal perang Price of wales dan Repulse di Laut Natuna tahun 1942, menyebabkan tentara Sekutu merosot. Tak lama kemudian Amerika Serikat membuat pesawat terbang B29 untuk menggempur Jepang dengan menjatuhkan bon atom di Hiroshima dan Nagasaki. Maka berakhirlah Perang Dunia II, lebih cepat dari yang diperkirakan.
c.       Periode tahun 1945-1946.
Jepang mengalami kekalahan dari sekutu, berarti kekuasaan Amerika masuk kembali di Filipina.

2.3 Keterlibatan Amerika Serikat Dalam Perang Dunia
2.3.1 Amerika Dalam Perang Dunia I
Pada awalnya Amerika Serikat tidak ingin terlibat dalam Perang Dunia I. Akan tetapi dikarenakan beberapa hal menyebabkan Amerika Serikat akhirnya ikut dalam pergulatan Perang Dunia I. Peristiwa yang melatar belakangi keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia I diantaranya adalah tenggelamkannya kapal RMS Lusitania oleh tembakan torpedo dari pasukan Jerman pada 7 Mei 1915. Terungkapnya Telegram Zimmermann, pesan Jerman kepada Meksiko yang mengajak untuk bersama-sama menyerang Amerika Serikat.
Pada saat perang Dunia I terjadi yang ditandai dengan serangan Jerman ke Belgia tahun 1914, politik luar negeri AS dihadapkan pada dilema. Walaupun Amerika Serikat berusaha menjalankan sikap netralnya dalam konflik di negara-negara Eropa, negara ini sangat terguncang dengan peristiwa penyerbuan tersebut. Bagi AS, perang di Eropa akan sangat memsak perdagangan luar negerinya yang sebagian besar tergantung pada perdagangan dengan kawasan Atlantik. Presiden Woodrow Wilson pada tanggal 31 Juli 1914 mengingatkan para pemimpin demokrat di Kongress bahwa perang di Eropa akan sangat mengganggu ekonomi Amerika Serikat. Hasil pertanian AS akan menumpuk di gudang atau terbuang percuma di ladang-ladang pertanian. Oleh karena itu Kongres AS harus membantu menyiapkan pembangunan kapal-kapal dagang AS agar mampu mengangkut barang dagangannya melalui jalur international yang netral Seruan tersebut tidak bisa direalisasikan karena perang terlanjur terjadi di Eropa.
Segera setelah perang meletus, Amerika Serikat menghadapi dilema lain yaitu ketika Pemerintah Perancis meminta para banker Amerika untuk memberi pinjaman kepada Perancis sebesar 100 juta dolar. Apabila berpegang pada sikap netralnya maka pemerintah AS seharusnya membiarkan pada banker AS untuk memenuhi tuntutan Perancis. Namun demikian, menteri luar negeri AS, Bryan, menyatakan bahwa dengan diberikannya pinjaman kepada negara lain yang terlibat perang maka AS melanggar sikap netral yang sesungguhnya. Melalui perdebatan alot di dalam negeri, akhirnya AS memenuhi tuntutan para bankir untuk memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa dengan alasan yang rasional. Pertama, AS akan kehilangan perdapatannya dari perdagangan yang berkaitan dengan peralatan perang jika pemerintah AS menolak memberi pinjaman kepada Sekutu. Kedua, seperti yang juga diakui oleh negara-negara Sentral, perdagangan amunisi dan peralatan perang adalah legal (sah), dan dengan demikian apabila AS menolak pemberian pinjaman maka AS telah melanggar sikap netralnya dengan memihak negara-negara Sentral dengan cara menolak tuntutan pinjaman dari negara-negara Sekutu.
Ketika perang meletus, akhirnya AS memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa sebesar $ 23 milyar , termasuk kepada Jerman sejumlah $ 27 juta. Pinjaman tersebut merupakan salah satu bentuk kemenangan Sekutu di bidang ekonomi dan bukan di bidang tujuan perang mereka, karena AS tetap tidak memiliki pandangan yang sama dengan mereka dalam keterlibatannya dalam Perang Dunia I.
Pada saat yang bersamaan terjadi konflik dimana Komandan Angkatan Laut Jerman meluncurkan sebuah torpedo ke arah kapal berpenumpang sipil milik Inggeris, Lusitania, tanggal 7 Mei 1915. Serangan tersebut menewaskan sejumlah 1 198 penumpang termasuk 128 orang yang berkebangsaan Amerika. Peristiwa tersebut tentu saja mengguncangkan Inggeris dan orang-orang Amerika. Menlu Bryan melihat penstiwa itu sebagai pernyataan perang Jerman terhadap AS, sementara presiden Wilson melihatnya sebagai ancaman terhadap kepentingan AS serta serangan terhadap warga sipil AS. Pemerintah Jerman yang pernah mengumumkan zona perang di sekeliling kepulauan Inggeris (United Kingdom) pada bulan Pebruari 1915 menyatakan kepada musuh-musuhnya bahwa serangan tersebut hanyalah sebagai reaksi Jerman terhadap blokade ilegal dan tidak berperikemanusiaan Inggeris terhadap negara-negara Sentral. Menlu AS menolak alasan tersebut sambil mempenngatkan Berlin bahwa jika kapal-kapal AS dan warga sipilnya terancam maka AS akan mempertimbangkan serangan balasan terhadap Jerman.
Menlu Amerika Serikat, Bryan, mengusulkan kepada Presiden Wilson untuk mempertimbangkan posisi AS dalam situasi di Eropa. Dia menyatakan bahwa apabila warga AS bepergian ke Eropa dan masuk zone perang maka pemerintah AS harus memperluas perlindungannya, yang berarti melibatkan AS terhadap krisis internasional. Menlu Bryan berusaha mendiskusikan masalah Lusitania dengan Jerman untuk mencegah terputusnya hubungan diplomatik dengan Jerman. Dia mengharapkan agar Jerman memberikan jawaban yang memuaskan sebelum AS mempertimbangkan serangan balasan. Sementara itu dia juga mengusulkan kepada Presiden Wilson untuk mengeluarkan kebijaksanaan berupa larangan bagi warga sipil AS untuk bepergian ke Eropa dan menggunakan kapal sipil yang dimiliki oleh negara yang sedang berperiing. Usulan itu ditolak Wilson dan berakibat pada permintaan pengunduran menlu Bryan dari kabinet Wilson.
Pengganti Bryan, Robert Lansing, memiliki pandangan yang berbeda dengan pendahulunya. Dia berpendapat bahwa pada suatu saat AS harus bergabung dengan negara-negara Sekutu ketika kepentingan AS terancam oleh negara-negara Sentral. Lansing menyatakan bahwa tindakan absolut Jerman tersebut merupakan ancaman terhadap kehidupan liberal di Jerman sendiri serta terhadap kehidupan demokratis di seluruh dunia. Presiden Wilson sependapat dengan menlunya bahwa tindakan Jerman tersebut merupakan ancaman terhadap kepentingan AS.
Ketika perundingan sedang berlangsung kapal perang Jerman lainnya menenggelamkan kapal penumpang Inggeris, Arabic dan menewaskan beberapa penumpang termasuk dua lagi warga sipil AS. Menlu Lansing mendesak presiden untuk meminta Kongres AS menyatakan perang sebelum AS kehilangan pengaruhnya atas kedua negara (Jerman dan Inggeris) yang sedang bertikai. Jika hal itu terjadi maka niat AS untuk mengadakan penyelesaian damai dan menjamin kebebasan berlayar di lautan bebas bisa terganggu. Ketika usulan tersebut dibicarakan dalam Kongres, duta besar (dubes) Jerman di Amerika, Count Johann von Bernstorff, menyatakan bahwa Jerman tidak akan lagi menyerang kapal-kapal penumpang sipil tanpa peringatan terlebih dahulu. Pernyataan pribadi dubes dan mendapat dukungan dari Berlin tersebut untuk sementara mampu meredakan ketegangan hubungan AS dan Jerman. Namun dernikian, beberapa bulan kemudian, bulan Maret 1916, kapal perang Jerman lainnya mentorpedo kapal penumpang Sussex milik Perancis yang melukai 80 penumpangnya termasuk beberapa penumpang berkebangsaan AS. Presiden Wilson mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Jerman kecuali kalau dubes Bernstorff menarik pernyataannya. Kementrian luar negeri Jerman mengulangi janjinya , dan menambahkan bahwa perang kapal selam tak terbatas akan ditinggalkan kecuali kalau Inggeris ditekan oleh AS untuk meninggalkan blokade terhadap Jerman.
Dari peristiwa-peristiwa tersebuatlah yang akhirnya membuat Amerika menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917. Amerika Serikat membantu Sekutu, dan perang berakhir setahun kemudian dengan kekalahan Blok Sentral. Seusai perang, Woodrow Wilson mencoba mendirikan Liga Bangsa-Bangsa, akan tetapi Amerika Serikat tidak bergabung karena kaum isolasionis di AS menolak traktat perjanjian.  Setelah Perang Dunia I, sebuah pandemi flu mewabah, dan menewaskan banyak orang di AS dan Eropa. Selain itu, seusai Perang Dunia I, Amerika Serikat menjadi salah satu negara terkaya dan terkuat di dunia.

2.3.2 Amerika Dalam Perang Dunia II
Perang Dunia II terjadi pada tanggal 1 September 1939, dan Amerika Serikat awalnya sama seperti pada masa Perang Dunia I, yaitu menyatakan mereka tidak ingin terlibat atau lebih memilih bersikap netral. Selain itu juga dari bagian besar warga Amerika merasa AS sebaiknya tetap bersikap netral. Namun hal ini tidak dapat dipegang oleh Amerika, dimana negara ini kembali terlibat dalam peperangan. Hal ini disebabkan karena berbagai peristiwa yang dialami oleh Amerika, yang diantaranya seperti Jepang yang mengebom Pearl Harbor pada 7 Desember 1941.  Pengeboman ini dilakukan. kala itu angkatan laut Jepang menyerang markas AL Amerika secara tiba-tiba di Hawai. Dampak serangan ini bagi pihak Amerika sendiri diantaranya seperti rusak dan tenggelamnya kurang lebih 20 buah kapal tempur Amerika, 188 pesawat terbang dimusnahkan, 155 telah rusak  dan 2.403 korban jiwa. Dipihak Jepang hanya kehilangan 55 buah pesawat tempur dari 441 pesawat yang dipakai.
Tujuan serangan Pearl Habour adalah melumpuhkan Angkatan Laut Amerika di Pasifik, walaupun untuk sementara. Jepang telah terlibat dalam perperangan dengan Cina selama beberapa tahun dan telah merampas Manchuria beberapa tahun sebelumnya. Rancangan untuk serangan Pearl Harbor untuk menyokong kelanjuta ketentaraan lanjut bermulai padda jaanuari 1941, dan latihan untuk misi berlangsung pada pertengahan tahun saat proyek ini dianggap layak.
Presiden F.D Roosevelt menandatangani Deklarasi perang terhadap Jepang pada hari berikutnya selepas serangan. Kemungkinan yang paling penting, serangan Peearl Haarbor bertindak sebagai katalisator yang menggerakkan sebuah negara untuk bertindak serta merta yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh perkara lain. Dalam waktu semalam saja, ia menyatukan seluruh Amerika dengan tujuan berperang dan memenagkan peperangan dengan Jepang, dan kemungkinan mendorong kedudukan penyerahan tanpa syarat yang ditekankan oleh pihak sekutu.
Akibatnya, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Blok Poros (Jerman, Jepang, dan Italia). Amerika Serikat terlibat dalam dua front, yaitu Front Pasifik melawan Jepang, dan Front Eropa dan Afrika melawan Jerman dan Italia. Pada tanggal 8 Desember 1941 Kongres Amerika serikat menyatakan perang atas Jepang. Pemerintah Amerika serikat meneruskan pengerahan tentara dan mulai beralih kepada ekonomi perang. Permasalahan tekhnis adalah kenapa Jerman Nazi menyatakan perang atas AS pada 11 Desember 1941 sejurus selepas serangan Jepang. Hitler tidak perlu melakukannya di bawah syarat blok poros, tetapi tetap melakukannya. Ini pasti menggandakan kemarahan penduduk Amerika dan membenarkan Amerika untuk memberikan bantuannya kepada Britania Raya. Meskipun berhasil menenggelamkan kapal induk Amerika, tidak membantu Jepang dalam jangka panjang. Karena serangan tersebut membuat Amerika terlibat penuh dalam perang dunia Ke II, mendorong kekalahan blok poros sedunia.saat mendengar bahwa serangan Jepang atas Pearl Harbour akhirnya yang membuat pihak Amerika terlibat dalam perang dunia ke II.
Tiga hari kemudian, tanggal 11 Desember 1941, AS juga menerima pernyataan perang dari Jerman dan Italia dan dijawab oleh anggota Kongres bahwa AS harus berhadapan perang dengan negara-negara tersebut. Inggeris dan Kanada segera bergabung dengan AS yang juga diikuti oleh negara-negara Amerika Latin. Pada fctnggal 2 januari 1942 mereka membentuk koalisi untuk mengerahkan segala dumber daya ekonomi dan militer untuk menghadapi negara-negara Axis, Jerman, Italia dan Jepang.
Kemenangan militer AS dan sekutu-sekutunya dalam Perang Dunia II diperoleh dengan waktu yang cukup lama dan sulit. Pada tahun 1942, kekuatan AS dan sekutu-sekutunya berada dibawah tekanan berat negara-negara Axis. Pasukan AS di Corregidor, Philipina, terisolasi dari pasukan lainnya sampai bulan Mei. Pada pertempuran di Midway dan Laut Coral bulan Mei dan Juni, pasukan AS mencatat kemenangan yang berarti. Tanggal 7 Agustus Angkatan Laut AS mendarat di Guadalcanal clan mulai mengadakan penyerangan. Pada pertempuiran di kepulauan Solomon, pasukan AS juga mulai mampu memukul pasukan Jepang yang kehilangan 5 kapal penjelajah dan 12 kapal serangnya Sejak peristiwa itu gelombang kemenangan mulai berada di tangan pasukan AS dan sekutu-sekutunya.
Tanggal 4 Juni 1944 pasukan AS berhasil memasuki Roma dan dua hari kemudiari pasukan lainnya menginvasi Normandia. Demikian juga di kawasan Pasifik, pasukan AS berhasil memperoleh kemenangan. Guam berhasil direbut, Jepang dapat diusir ke Burma dari India, Paris dibebaskan; dan Rumania menyerah ke pasukan Rusia Tanggal 2 September 1944 pasukan angkatan darat AS memasuki Jerman. Pasukan AS dan Rusia bertemua di Singai Elbe tanggal 26 April 1945 dan V.E. Day (hari kemenangan di Eropa) diproklamasikan tanggal 8 Mei 1945. Tanggal 6 Agustus, pasukan AS yang telah merebut beberapa pangkalan militer Jepang, menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan membumihanguskan tiga perlima kawasan kota. Akhirnya tanggal 14 Agustus, Pemerintah Jepang menyatakan menyerah dan menerima semua persayaratan Sekutu, dan perang dunia di Pasifikpun berakhir.
Upaya diplomatik AS dalam mengakhiri PD II dilakukan melalui berbagai pertemuan internasional dan konfermsi dengan negara-negara sekutunya. Selama perang bertangsung, terdapat empat konferensi besar yang dilakukan oleh the Big Three atau "Tiga Besar"yaitu AS,  Inggeris dan Rusia. Konferensi-konferensi tersebut diselengarakan dalam rangka mengakhiri perang sekaligus juga mengkoordinasi strategi militer untuk menentukan serangan serta menciptakan kerangka pikir mengenai masa akhir perang. Konferensi-konferensi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Konferensi Moskow,  yang beilangsung bulan Oktober 1943 dan dihadiri oleh para menteri ketiga negara tersebut disepakati prinsip perdamaian menyeluruh. Artinya, mereka sepakat untuk tidak menciptakan perdamaian secara terpisah, serta menghukum Jerman sebagai negara yang paling bertanggungjawab atas korban sipil. Negara-negara the Big Three juga sepakat untuk meneruskan kerjasama erat setelah perang berakhir, membebaskan Austria, serta sepakat untuk menciptakan organisasi internasional baru yang menghimpun banyak negara termasuk ketiga negara tersebut.
b.      Konferensi Kairo, yang diselenggarakan pada bulan Desember 1943 Presiden Roosevelt, pemimpin Inggeris, Churchill dan pemimpin Nasionalis China Chiang Kai-shek sepakat untuk mengambil alih daerah taklukkan Jepang termasuk pulau Formosa (Taiwan) terhadap China; serta membebaskan Korea.
c.       Konferensi Teheran, menyusul pertemuan di Kairo, disepakati oleh Roosevelt, Churchill dan Stalin, untuk mengadakan serangan gabungan ke Normandia serta untuk mendukung serangan Rusia ke Jerman, mendukung pasukan Tito di Yugoslavia, serta menciptakan perbatasan baru antara Jerman dan Polandia.
d.      Konferensi Yalta, yang berlangsung bulan Februari 1945, Roosevelt, Churchill dan Stalin sepakat untuk mcmbentuk negara Polandia yang demokratis dan bebas dan ancaman Jerman. Disepjikati juga mengenai pembentukan organisasi internasional baru tanggal 25 April 1945 di San Francisco. Jerman , sebagai negara yang kalah perang, dibagi menjadi beberapa daerah pendudukan dan sejumlah 20 milyar dana harus disediakan untuk reparasi Jerman. Selaian itu juga disepakati untuk dimasukkannya hak veto dalam organisasi dunia yang akan didirikan, serta diizinkannya Ukraina Soviet dan Byelorussia sebagai negara berdaulat untuk menjadi anggota PBB. Uni Soviet sepakat untuk berperang dengan Jepang selama tiga bulan setelah kekalahan Jerman.
e.       Konferensi Posdam, berlangsung pada bulan Juli-Agustus. Dalam konferensi ini Churchill, Truman dan Stalain sepakt untuk membentuk Dewan Menteri luar negeri yang mewakili Inggris, Prancis, Uni Soviet, China Nasionalis dan Amerika Serikat. Dewan tersebut bertugas untuk menciptakan perjanjian damai bagi Italia dan negara-negara Eropa.

 
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Doktrin Monroe (Monroe Doctrine) adalah asas politik luar negeri Amerika Serikat yang terkandung dalam pesan Presiden Monroe kepada Kongres tahun 1823. Doktrin berawal dari dua masalah diplomatik, yaitu pertempuran secara kecil-kecilan dengan Rusia mengenai pantai barat laut Amerika Serikat dan kekhwatiran bahwa Aliansi Suci (Rusia, Austria, Prusia) akan mencoba menguasai kembali negara-negara Amerika Latin yang baru saja melepaskan diri dari Spanyol.
Dikeluarkannya Doktrin Monroe ini, maka upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga Amerika Serikat akan turun tangan. Akan tetapi, Amerika Serikat tidak akan mengganggu jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah merebut kemerdekaannya.

Karena adanya perdebatan diplomatik di antara pemimpin AS di dalam negeri dan mempertimbangkan kepentingannya di Eropa maka AS mulai melibatkan diri dalam peperangan di Eropa. Anaiman terbesar datang dari Jerman setelah warga sipilnya yang berada dalam kapal dagang Lusitania menjadi korban dari serangan Jerman. Setelah melalui perdebatan di dalam negeri dan upaya diplomatik yang dikirim ke Eropa akhirnya AS berada pada pihak Inggeris dan 112 Perancis untuk melawan Jerman Secara diplomat's dikatakan bahwa keterlibatannya dalam perang tersebut adalah untuk melindungi kepentingan ekonomi dan warga sipil yang bepergian ke Eropa. Sikap netralnya juga dimnjukkan dalam membuat keputusan-keputusan dalam perjanjian-perjanjian yang diikutinya pada akhir PD I. AS ticlak selalu sependapat dengan Inggeris dan Perancis untuk menghukum Jerman seberat-beratnya Dengan demikian, kepentingan AS dalam urusan Eropa tidak harus sama dengan kepentingan negara-negara sekutunya walaupun berada pada pihak yang sama ketika meletusnya perang.
Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan sikap netralnya dalam urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam tahun 1930-an. Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang pada prinsipnya berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak negara-negara yang bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan embargo senjata terhadap negara-negara yang bertikai. Namun demikian, sikap tersebut tidak bisa dipertahankan. Dalam praktek, seringkali sikap netral AS dalam politik luar negerinya bertentangan dengan kepentingannnya sendiri. Menurut sejarawan, sikap tersebut menunjukkan ketidakkonsistenan AS dalam mempertahankan prinsip politik luar negerinya. Keterlibatan AS dalam Perang Dunia II, dapat dijelaskan dan ketidakkonsistenan negara tersebut menjaga politik netralnya.


DAFTAR PUSTAKA

1.        Francis Whitney, ed. Keith W. Olsen. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri A.S.
2.        Diktat Pengantar Sejarah Amerika I. Staf UNY
3.        File UPI. Bangsa Amerika

Tidak ada komentar: