Pages

Mei 25, 2014

FUNGSI DAN PRINSIP PENGGUNAAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN





(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran Bidang Studi)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto, M.Pd.




Disusun oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Kelas B





PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

I.         Media Pembelajaran
Terkait dengan pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan. Heinich, Molenda, dan Russell (1993) mendefinisikan media sebagai alat saluran komunikasi. Istilah media itu sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).
Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat proses belajar mengajar yang pada dasarnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan pendidikan (message) kepada penerima pesan (communican) yaitu anak. Agar pesan-pesan pendidikan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh anak, maka dalam proses komunikasi pendidikan tersebut diperlukan wahana penyalur pesan yang disebut media pendidikan/pembelajaran.















 

       



 Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran harus memiliki gagasan yang ditunjukan dalam desain pembelajaran, sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi dengan siswa. Karena itu, diperlukan pemahaman tentang unsur-unsur yang dapat menunjang proses komunikasi serta tujuan dari komunikasi. Agar proses komunikasi pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien, guru perlu menggunakan media untuk merangsang siswa dalam belajar. Jadi pada prinsipnya media bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran, hal ini bukan saja membuat penyajian menjadi lebih konkrit, tetapi juga ada beberapa kegunaan yang lain.
II.      Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut :
1.      Kemapuan fiksatif yaitu dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian.
2.      Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
3.      Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Sebagai alat bantu, media berfungsi memudahkan tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. Secara umum media pengajaran mempunyai fungsi sebagai berikut:
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas, sehingga mempermudah peserta didik dalam memahami pesan tersebut. Contohnya adalah pada pemaparan atau penjelasan materi mengenai proses detik – detik proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pendidik menyajikan materi dengan bantuana media penunjang berupa gambar gambar yang mengisahkan proses jalannya roklamasi kemerdekaan saat itu diantaranya seperti gambar mengenai tokoh pendiri bangsa yang membacakan teks proklamasi yaitu Ir. Soekarna, gambar mengenai suasana saat pengibaran bendera pusaka, gambar teks proklamasi yang asli (otentik) maupun yang berbentuk ketikan. Dari sini maka akan menghapuskan kesan verbalitas semata, dikarenakan peran dari media yang digunakan.
2.      Sebagai sumber belajar, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar. Misalnya ketika guru menyuruh siswanya untuk membaca buku pelajaran. Hal ini, buku menggantikan guru sebagai sumber belajar siswa. Dengan membaca buku, siswa memperoleh ilmu serta informasi yang tertulis di sana.
3.      Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera. Dalam contoh fungsi ini yaitu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu untuk mata pelajaran sejarah misalnya pendidik sedang menerangkan mengenai keadaan penduduk Indonesia pada masa kolonial Belada, maka media yang digunakan uuntuk membantu proses pembelajaran ini adalah berupa video dokumenter. Sehingga meskipun masalah yang dijelaskan merupakan masalah yang terlah terjadi, tapi melalui video dokumenter ini pendidik seolah – olah menghadirkan peserta didik dalam peristiwa tersebut.
4.      Menarik perhatian peserta didik dalam proses belajar mengajar. Untuk menarik perhatian dari peserta didik untuk lebih memperhatikan materi yang dijelaskan sebenarnya sangat berfariasi, salah satunya adalah pemanfaatan media elektronik seperti perangkat komputer, yaitu melalui fisualisasi power point, dimana dalam penyajian power point ini guru dapat lebih mengkreasikan tampilan bahan ajarnya agar dapat menarik perhatian peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
5.      Menimbulkan gairah belajar pada peserta didik. Contohnya adalah ketika pendidik sedang menerangkan masalah sejarah kuno Jepang, dalam kasus ini media yang digunakan untuk meningkatkan gairah belajar siswa adalah bisa mengunakan media Internet yaitu berupa peta satelit agar siswa dapat mengetahui dimana letak dari negara Jepang tersebut. Sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dimana peserta didik tidak merasa bosan dengan pembelajaran sejarah kuno Jepang ini karena ditunjang dengan media Internet.
6.      Memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan. Misalnya saja pada mata pelajaran sejarah kehidupan manusia purba di Indonesia, untuk memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dangan lingkungan dan kenyataan adalah berupa penelitian langsung ke lapangan misalnya saja mengunjungi musium purbakala. Dari kunjungan tersebut maka peserta didik dapat terjun langsung dan melihat serta mengamati peninggalan dari kebudayaan manusia purba.
7.      Memudahkan proses belajar mengajar, Kemudahan tersebut tentunya akan membuat proses transfer ilmu semakin cepat dan tepat.  contohnya ketika guru sedang menerangkan perbedaan antara candi di Jawa Barat dan Jawa Timur, untuk mempermudah dalam proses pembelajaran dan agar siswa dapat berfikir secara konkrit bukan abstrak maka diperlukan adanya nedia pembelajaran berupa miniatur canti bari kedua daerah tadi. Dengan ini maka siswa akan lebih mudah memahami mengenai prose pembelajaran yang sedang berlangsung.
8.      Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
9.      Mempersamakan pengalaman dan persepsi antar peserta didik dalam menerima pesan.
Nana Sudjana merumuskan fungsi media pembelajaran menjadi enam kategori sebagai berikut:
1.      Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2.      Penggunaan media pengajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
3.      Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
4.      Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekadar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian peserta didik.
5.      Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap/memahami pengertian yang diberikan guru.
6.      Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan kata lain, dengan menggunakan media maka hasil belajar yang dicapai peserta didik akan tahan lama dan diingat oleh peserta didik.

III.   Prinsip Penggunaan Media Dalam Proses Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pengajar dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1.      Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Satu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain. Misalnya adalah media seperti miniatur – miniatur ataupun maket yang mungkin bisa diterapkan pada mata pelajran seperti sejarah, biologi, fisika. Tapi belum tentu dapat diterapkan untuk mata pelajaran bahasa.
2.      Media adalah bagian intregal dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar pengajar saja, tetapi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen yang lain dalam perancangan instruksional. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media pembelajaran itu tidak akan terjadi. Misalnya saja adalah pada saat pendidik akan menerangkan mengenai kehidupan sosial dari masyarakat indonesia pada zaman kerajaan khususnya pada kerajaan sriwijaya yang dikenal sebagai kerajaan maritim yang besar. Dapat digunakan media berupa berbagai cerita ataupun artikel mengenai materi yang berkaitan untuk kemudian artikel tesebut dikembangkan oleh peserta didik.
3.      Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar siswa. Kemudahan belajar siswa haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media. Misalnya untuk memfisualisasikan suatu bahasan dalam hal ini adalah pembahasan mengenai bentuk – bentuk muka bumi maka diperlukan media berupa gambar – gambat yang menunjukan bentuk bentuk muka bumi, sehingga dapat mempermudah dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa atau peserta didik.
4.      Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Misalnya saja ketiak pendidik memanfaatkan media Iinternet yaitu berupa peta satelit yang ada dalam goggle map. Hal ini bukan semata – mata pendidik ingin memberikan hibuuran pada peserta didiknya. Namun hal ini berkaitan dengan materi bahasan yaitu materi pembahasan mengenai sejarah amerika. Untuk mengetahui sejarah Amerika maka langkakh pertama yang perlu diketahui adalah letak geografis dari benua itu. Sehingga sangat cocok apabila media goggle map ini diterapkan.
5.      Pemilihan media hendaknya obyektif (didasarkan pada tujuan pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi. Misalnya saja pada pemanfaatan media perangkat elektroni, jika media ini dirasa kurang tepat untuk membantu dalam memperjelas materi bahasan maka seharusnya media ini tidak perlu untuk digunakan.
6.      Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan siswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula. Misalnya saja pendidik ingin menjelaskan mengenai masalah keadaan kaum wanita pada masa pergerakan nasional, tidak perlu adanya berbagai media yang digunakan tapi cukup mengunakan beberapa media saja yang dirasa sudah cukup untuk mempermudah proses pembelajaran. Agar tidak timbul kebingungan pada peserta didik dikarenakan media yang digunakan terlalu kompleks.
7.      Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya. Media yang kongkrit wujudnya, mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat. Misalnya saja untuk pamahanan mengenai relief candi, bila pendidik menyuguhkan miniatur dari cabdi yang dijelaskan akan membawa dampak siswa akan lebih mudah mengamatinya dan jelas akan lebih mudah memahaminya. Namun apabila hal ini diterapkan pada siswa sekolah dasar maka dirasa kurang tepat. Maka yang lebih baik adalah pengunaan media yang sifatnya lebih anstrak yaitu melalui penjelasan yang menarik dari pendidik yang bersangkutan.
8.      harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Menurut Dr. Nana Sudjana (1991; 104) tentang prinsip-prinsip penggunaan media agar mencapai hasil yang baik diantaranya adalah :
1.        Menentukan jenis media dengan tepat,
2.        Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat,
3.        Menyajikan media dengan tepat,
4.        Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.


Tidak ada komentar:

FUNGSI DAN PRINSIP PENGGUNAAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN





(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran Bidang Studi)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto, M.Pd.




Disusun oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Kelas B





PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

I.         Media Pembelajaran
Terkait dengan pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan. Heinich, Molenda, dan Russell (1993) mendefinisikan media sebagai alat saluran komunikasi. Istilah media itu sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).
Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat proses belajar mengajar yang pada dasarnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan pendidikan (message) kepada penerima pesan (communican) yaitu anak. Agar pesan-pesan pendidikan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh anak, maka dalam proses komunikasi pendidikan tersebut diperlukan wahana penyalur pesan yang disebut media pendidikan/pembelajaran.















 

       



 Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran harus memiliki gagasan yang ditunjukan dalam desain pembelajaran, sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi dengan siswa. Karena itu, diperlukan pemahaman tentang unsur-unsur yang dapat menunjang proses komunikasi serta tujuan dari komunikasi. Agar proses komunikasi pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien, guru perlu menggunakan media untuk merangsang siswa dalam belajar. Jadi pada prinsipnya media bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran, hal ini bukan saja membuat penyajian menjadi lebih konkrit, tetapi juga ada beberapa kegunaan yang lain.
II.      Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut :
1.      Kemapuan fiksatif yaitu dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian.
2.      Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
3.      Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Sebagai alat bantu, media berfungsi memudahkan tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. Secara umum media pengajaran mempunyai fungsi sebagai berikut:
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas, sehingga mempermudah peserta didik dalam memahami pesan tersebut. Contohnya adalah pada pemaparan atau penjelasan materi mengenai proses detik – detik proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pendidik menyajikan materi dengan bantuana media penunjang berupa gambar gambar yang mengisahkan proses jalannya roklamasi kemerdekaan saat itu diantaranya seperti gambar mengenai tokoh pendiri bangsa yang membacakan teks proklamasi yaitu Ir. Soekarna, gambar mengenai suasana saat pengibaran bendera pusaka, gambar teks proklamasi yang asli (otentik) maupun yang berbentuk ketikan. Dari sini maka akan menghapuskan kesan verbalitas semata, dikarenakan peran dari media yang digunakan.
2.      Sebagai sumber belajar, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar. Misalnya ketika guru menyuruh siswanya untuk membaca buku pelajaran. Hal ini, buku menggantikan guru sebagai sumber belajar siswa. Dengan membaca buku, siswa memperoleh ilmu serta informasi yang tertulis di sana.
3.      Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera. Dalam contoh fungsi ini yaitu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu untuk mata pelajaran sejarah misalnya pendidik sedang menerangkan mengenai keadaan penduduk Indonesia pada masa kolonial Belada, maka media yang digunakan uuntuk membantu proses pembelajaran ini adalah berupa video dokumenter. Sehingga meskipun masalah yang dijelaskan merupakan masalah yang terlah terjadi, tapi melalui video dokumenter ini pendidik seolah – olah menghadirkan peserta didik dalam peristiwa tersebut.
4.      Menarik perhatian peserta didik dalam proses belajar mengajar. Untuk menarik perhatian dari peserta didik untuk lebih memperhatikan materi yang dijelaskan sebenarnya sangat berfariasi, salah satunya adalah pemanfaatan media elektronik seperti perangkat komputer, yaitu melalui fisualisasi power point, dimana dalam penyajian power point ini guru dapat lebih mengkreasikan tampilan bahan ajarnya agar dapat menarik perhatian peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
5.      Menimbulkan gairah belajar pada peserta didik. Contohnya adalah ketika pendidik sedang menerangkan masalah sejarah kuno Jepang, dalam kasus ini media yang digunakan untuk meningkatkan gairah belajar siswa adalah bisa mengunakan media Internet yaitu berupa peta satelit agar siswa dapat mengetahui dimana letak dari negara Jepang tersebut. Sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dimana peserta didik tidak merasa bosan dengan pembelajaran sejarah kuno Jepang ini karena ditunjang dengan media Internet.
6.      Memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan. Misalnya saja pada mata pelajaran sejarah kehidupan manusia purba di Indonesia, untuk memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dangan lingkungan dan kenyataan adalah berupa penelitian langsung ke lapangan misalnya saja mengunjungi musium purbakala. Dari kunjungan tersebut maka peserta didik dapat terjun langsung dan melihat serta mengamati peninggalan dari kebudayaan manusia purba.
7.      Memudahkan proses belajar mengajar, Kemudahan tersebut tentunya akan membuat proses transfer ilmu semakin cepat dan tepat.  contohnya ketika guru sedang menerangkan perbedaan antara candi di Jawa Barat dan Jawa Timur, untuk mempermudah dalam proses pembelajaran dan agar siswa dapat berfikir secara konkrit bukan abstrak maka diperlukan adanya nedia pembelajaran berupa miniatur canti bari kedua daerah tadi. Dengan ini maka siswa akan lebih mudah memahami mengenai prose pembelajaran yang sedang berlangsung.
8.      Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
9.      Mempersamakan pengalaman dan persepsi antar peserta didik dalam menerima pesan.
Nana Sudjana merumuskan fungsi media pembelajaran menjadi enam kategori sebagai berikut:
1.      Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2.      Penggunaan media pengajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
3.      Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
4.      Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekadar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian peserta didik.
5.      Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap/memahami pengertian yang diberikan guru.
6.      Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan kata lain, dengan menggunakan media maka hasil belajar yang dicapai peserta didik akan tahan lama dan diingat oleh peserta didik.

III.   Prinsip Penggunaan Media Dalam Proses Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pengajar dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1.      Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Satu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain. Misalnya adalah media seperti miniatur – miniatur ataupun maket yang mungkin bisa diterapkan pada mata pelajran seperti sejarah, biologi, fisika. Tapi belum tentu dapat diterapkan untuk mata pelajaran bahasa.
2.      Media adalah bagian intregal dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar pengajar saja, tetapi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen yang lain dalam perancangan instruksional. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media pembelajaran itu tidak akan terjadi. Misalnya saja adalah pada saat pendidik akan menerangkan mengenai kehidupan sosial dari masyarakat indonesia pada zaman kerajaan khususnya pada kerajaan sriwijaya yang dikenal sebagai kerajaan maritim yang besar. Dapat digunakan media berupa berbagai cerita ataupun artikel mengenai materi yang berkaitan untuk kemudian artikel tesebut dikembangkan oleh peserta didik.
3.      Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar siswa. Kemudahan belajar siswa haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media. Misalnya untuk memfisualisasikan suatu bahasan dalam hal ini adalah pembahasan mengenai bentuk – bentuk muka bumi maka diperlukan media berupa gambar – gambat yang menunjukan bentuk bentuk muka bumi, sehingga dapat mempermudah dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa atau peserta didik.
4.      Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Misalnya saja ketiak pendidik memanfaatkan media Iinternet yaitu berupa peta satelit yang ada dalam goggle map. Hal ini bukan semata – mata pendidik ingin memberikan hibuuran pada peserta didiknya. Namun hal ini berkaitan dengan materi bahasan yaitu materi pembahasan mengenai sejarah amerika. Untuk mengetahui sejarah Amerika maka langkakh pertama yang perlu diketahui adalah letak geografis dari benua itu. Sehingga sangat cocok apabila media goggle map ini diterapkan.
5.      Pemilihan media hendaknya obyektif (didasarkan pada tujuan pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi. Misalnya saja pada pemanfaatan media perangkat elektroni, jika media ini dirasa kurang tepat untuk membantu dalam memperjelas materi bahasan maka seharusnya media ini tidak perlu untuk digunakan.
6.      Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan siswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula. Misalnya saja pendidik ingin menjelaskan mengenai masalah keadaan kaum wanita pada masa pergerakan nasional, tidak perlu adanya berbagai media yang digunakan tapi cukup mengunakan beberapa media saja yang dirasa sudah cukup untuk mempermudah proses pembelajaran. Agar tidak timbul kebingungan pada peserta didik dikarenakan media yang digunakan terlalu kompleks.
7.      Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya. Media yang kongkrit wujudnya, mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat. Misalnya saja untuk pamahanan mengenai relief candi, bila pendidik menyuguhkan miniatur dari cabdi yang dijelaskan akan membawa dampak siswa akan lebih mudah mengamatinya dan jelas akan lebih mudah memahaminya. Namun apabila hal ini diterapkan pada siswa sekolah dasar maka dirasa kurang tepat. Maka yang lebih baik adalah pengunaan media yang sifatnya lebih anstrak yaitu melalui penjelasan yang menarik dari pendidik yang bersangkutan.
8.      harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Menurut Dr. Nana Sudjana (1991; 104) tentang prinsip-prinsip penggunaan media agar mencapai hasil yang baik diantaranya adalah :
1.        Menentukan jenis media dengan tepat,
2.        Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat,
3.        Menyajikan media dengan tepat,
4.        Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.


Tidak ada komentar: