(Disusun
guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Amerika)
Dosen Pengampu mata
kuliah Dr. Suranto, M.Pd.
Disusun oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Kelas B
PRODI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
A.
Koloni – Koloni di Benua Amerika
Tahun 1600-an merupakan awal dari terjadinya gelombang
emigrasi dari Eropa ke benua Amerika secara besar-besaran. Selama lebih dari tiga
abad, gerakan perpindahan penduduk ini tumbuh dari hanya beberapa ratus orang
Inggris menjadi banjir berjuta-juta pendatang baru. Terdorong oleh motivasi
yang kuat dan berbagai alasan lainnya,mereka pun membangun peradaban baru di
kawasan utara benua tersebut. (Prof. Keith W. Olson,
cs.tt: 1 dan USINFO, 2004: 14)
Kelompok
yang paling banyak datang ke benua Amerika adalah dari Inggris, Sama
seperti para pendatang yang datang ke Benua Baru, mereka datang dalam
kapal-kapal kecil yang berjubel penuh sesak. Selama pelayaran antara 6 sampai 12
minggu, mereka hidup dalam keadaan yang terbatas terutama dalam hal makanan. Banyak sekali yang
tewas karena penyakit, sementara kapal-kapal kecil itu juga sering dihantam
badai, dan beberapa diantaranya hilang di laut.
Masyarakat
Eropa banyak melakukan migrasi
ke Amerika dilatar belakangi karena ingin melarikan diri dari penindasan politik, demi mencari kebebasan dalam beragama, adanya faktor renaissance dan reformasi, untuk memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik, pengaruh dari kemajuan teknologi, atau pun untuk mencari petualangan dan mencari
peruntungan yang lebih baik daripada di negeri mereka sendiri.
Kehidupan
Koloni Inggris di Benua Amerika
a)
Koloni Utara
Di koloni-koloni utara atau
daerah New England, sepereti hainya di daerah tengah dan selatan periode
ekspansi konomi ditandai dengan terbentuknya stratifikasi sosial baru. Namun
demikian, berbeda dengan koloni-koloni di daerah tengah dan selatan, koloni-koloni
utara pada zaman kolonisaasi tidak diikuti dengan gelombang migrasi susulan
dari Eropa dalam jumlah besar. Pertumbuhan penduduk lebih disebabkan karena
jumlah kelahiran daripada migrasi pada daerah yang iklimnya mirip di Inggeris
tersebut. Pertumbuhan penduduk yang cepat tersebut menyebabkan daya dukung
daerah koloni menjadi berkurang. Sebagian penduduk yang tinggal di perkotan
tidak memiliki tempat tinggal yang memadai dan hidup menganggur.
Stratifikasi sosial dengan jelas terlihat di Boston
dimana masyarakat terbagi tiga antara kelompok pedagang aristokrat kaya yang
mendominasi perekonomian daerah koloni pada strata atas, para pekerja perkotaan
menempati strata tengah dan penduduk kota yang miskin pada lapisan bawah,
Kepadatan penduduk dan stratifikasi sosial seperti ini mendorong sebagian
penduduk New England genrasi ketiga dan keempat untuk bermigrasi ke daerah
perawan di belahan barat Amerika Utara untuk mencari pemukiman dan kehidupan
ekonomi baru.
Koloni New England di timur laut umumnya memmiliki tanah
datar yang tipis, berbatu, dan relatif, ditambah musin dingin yang panjang sehingga mereka sulit untuk hidup dari bertani. mereka pun beralih ke profesi lain, menggunakan energi air dan membuat tempat penggilingan gandum
serta penggergajian kayu. kayu balok
yang
baik mendorong pembuatan kapal. Pelabuhan unggul meningkatkan perdagangan dan laut menjadi sumber kekayaan yang besar. Di massachusetts, industri ikan
kod dengan cepat menjadi sumber kemakmuran.
Koloni teluk massachusetts terus memperluas perniagaannya.
Se- jak pertengahan abad 17, koloni itu tumbuh makmur, sehingga Boston menjadi salah satu pelabuhan ter- besar Amerika. Berikut adalah koloni – koloni utara, diantaranya adalalah :
1.
New
England
Koloni ini dirintis oleh William Bradford
sebagai pemimpin kelompok pelarian gereja Anglican Inggris. Nama koloni pada
awalnya Plymouth. Kemudian diubah
menjadi New England adalah nama yang diberikan
oleh Kapten John Smith sebagai
penghormatan terhadap dewan New England di Inggris yang telah memberikan izin
pada kongsi tersebut untuk menanampkan usaha di Amerika Utara. Tahun 1606
kelompok London mendapatkan keuntungan dari kolonisasi di Selatan. Perusahaan Plymouth
mereorganisasi sebagai Dewan atas New England, suatu badan hukum dalam real
estate daripada sekedar memajukan perdagangan. Dewan tersebut memindahkan
tanah-tanahnya menjadi milik individual dan perusahaan-perusahaan dalam serangkaian dana
bantuan yang tumpang tindih
dan membingungkan. Hal ini, tetap atau berubah tergantung dana bantuan langsung
dari Raja, asal saja dasar untuk semua koloni yang muncul di New England –
Massachussetts (termasuk Plymouth dan Maine), Connecticut, Rhode Island, serta
New Hampshire.
Sebagian
besar dari penduduk koloni New England dan hampir seluruh koloni adalah kaum
Puritan, yang mempunyai motif keagamaan kuat yang sama kuatnya dengan motif
ekonomi waktu meninggalkan inggris untuk bermukim di seberang lautan.
2.
Massachussetts
Kaum puritan
mencoba mengubah Gereja Negara Inggris tepatnya pad abad ke-16 selama
pergolakan agama.
Pada dasarnya kaum puritan ini
mengiginkan agar tata cara dalam beribadah dan susunan gereja yang mengacu
pada Katolik Roma diganti dengan bentuk kepercayaan dan ibadah Protestan yang
lebih sederhana. Ide reformis ini membuat
kekacauan dalam masyarakat saat itu yang akhirnya memecahbelah masyarakat dan
merongrong kekuasaan kerajaan.
Di tahun 1607, sekelompok kecil
kaum separatis – sekte Puritan radikal yang tidak percaya Gereja Negara dapat
direformasi- memisahkan diri ke Leiden, Belanda, tempat mereka mendapatkan
suaka dari penguasa di sana. Namun kaum Calvinis Belanda memanfaatkan mereka
untuk menjadi pekerja kasar dengan bayaran murah. Beberapa anggota perhimpunan
agama ini menjadi tidak puas dengan perlakuan diskriminatif ini dan memutuskan
untuk bermigrasi ke Dunia Baru.
Di tahun 1620,
sekelompok kaum Puritan Laiden mendapat sebuah hak paten dari Virginia Co.
Maka, sebuah kelompok berjumlah 101 orang yang terdiri dari laki-laki, wanita,
dan anak-anak berlayar ke Virginia dengan kapal Mayflower. Badai mengirim kapal itu jauh ke utara hingga mereka mendarat di Cape Cod, New England.
Yakin bahwa mereka di luar kekuasaan mana pun, mereka menyusun perjanjian resmi
untuk berpegang kepada ‘hukum yang adil dan setara’ yangdi buat oleh para
pimpinan yang mereka pilih sendiri. Perjanjian ini adalah Mayflower Compact (Kesepakatan Mayflower).
Di bulan Desember, kapal Mayflower
mencapai pelabuhan Plymouth. Di tempat inilah kaum Pilgrim sepanjang musim
dingin membangu pemukima mereka. Nyaris
separuh dari mereka tewas karena udara dingin dan penyakit. Gelombang baru
imigran segera berdatangan di Pantai Teluk Massachussetts pada tahun 1630.
Bekal mereka adalah mandat dari Raja Charles I untuk membentuk sebuah koloni.
Banyak dari mereka adalah kaum Puritan yang praktek keagamaannya semakin
dilarang di Inggris. Pemimpin mereka, John Winthrop, secara terbuka menyatakan
ingin mendirikan “sebuah kota di atas bukit” di Dunia Baru. Dengan
pernyataannya, ia memaksudkan sebuah tempat kaum Puritan akan hidup dengan
peraturan ketat yang sesuai dengan kepercayaan mereka.
Koloni Teluk
Massachussetts memegang peranan penting dalam perkembangan di seluruh kawasan
New England. Keberhasilannya adalah karena Winthrop dan rekannya sesama kaum
Puritan berhasil menerapkan anggaran dasar mereka di san. Dengan demikian,
kekuasaan atas pemerintahan di koloni ini berada di Massachussetts, bukan di
Inggris.
3.
Rhode
Island
Providence, Rhode Island (1636), adalah sebuah daerah dimana Roger William yang
saat itu sebagai pendeta muda mendirika koloni di Amerika, tepatnya setelah ia dibuang dari Teluk
Massachussetts. Hal ini dikarenakan
keberaniannya menentang Pengadilan Umum secara
terbuka. Ia keberatan atas perampasan tanah suku Indian yang dilakukan secara
semena-mena oleh pihak koloni dan hubungan koloni dengan Gereja Inggris.
Di sinilah ia mulai membangun
koloni Amerika pertama yang benar-benar memisahkan gereja dari negara, di mana
kebebasan beragama dipraktekan.
4.
Connecticut
Kaum Puritan Ortodoks yang berupaya
mencari lahan dan keberuntungan lebih baik, segera mulai meninggalkan Koloni
Teluk Massachussetts. Kabar tentang kawasan subur di Lembah Sungai Connecticut,
misalnya, telah menarik minat kaum petani yang mengalami masa sulit dengan
tanah tandus. Pada awal tahun 1630-an, banyak orang yang berani menghadapi bahaya serangan suku Indian demi
mendapatkan tanah subur dan rata. Kelompok-kelompok baru ini tidak menjadikan
keanggotaan gereja sebagai prasyarat untuk bisa memberikan suara. Maka, makin
banyak orang yang pindah ke wilayah tersebut.
5.
New
Hampshire, Maine
Pada saat yang bersamaan,
pemikiman-pemukiman lain mulai tumbuh di sepanjang pantai New Hampshire dan
Maine, saat
kian banyak imigran yang berdatangan mencari tanah dan kebebasan yang tampaknya
ditawarkan oleh Dunia Baru. New Hampshire dan Maine kemudian menjadi milik
terpisah antara Kapten John Mason dan Sir Fernando Gorges, ketika pada tahun
1629 mereka membagi sepanjang Sungai Piscataqua dari Dewan untuk New
England. Massachussetts Bay Co. kemudian
berniat meluaskan wilayahnya ke utara tetapi kasusnya kalah melawan ahli waris
baik dari Mason maupun Gorges di pengadilan tinggi di Inggris. New Hampshire
kemudian pada tahun 1679 diatur sebagai propinsi tersendiri. Maine, keluarga
Gorges menjual hak mereka , dan menyisakan sebagian massachussetts sejak 1691
sampai diakui bergabung ke dalam Union
sebagai negara bagian pada tahun 1820.
b)
Koloni Tenggah
Koloni bagian tengah kaum
kolonis memusatkan kegiatan
ekonominya pada sektor pertanian terutama biji-bijian, babi dan sapi yang dapat
dieskpor ke West Indies. Hasil pertanian tersebut dapat
meningkatkan kemakmuran bukan hanya para petani di daerah pertanian yang subur
melainkan juga para pedagang di perkotaan seperti New York dan Philadelphia.
Namun demikian tidak semua kaum kolonis di daerah itu memperoleh kemakmuran.
Sebagian di antara mereka tetap miskin seperti hainya ketika hidup di negeri
asalnya. Kondisi ini telah menciptakan struktur sosial baru. Selain itu masyarakat koloni Tenggah juga bergantung pada
sektor industri dan perdagangan.
New York, merupakan contoh dari sifat poliglot Amerika. Tahun
1646 populasi di sepanjang sungai hudson mencakup orang Belanda, Perancis,
Denmar, Norwegia, Swiss, Inggris, Skotlandia, Irlandia, Jerman, Polandai,
Bohemia, Portugis dan Italia. Masyarakat belanda terus menerus menerapkan
pengaruh ekonomi yang besar diwilayah New York setelah runtuhnya New Nederland dan integrasinya ke
sistem koloni Inggris. Berikut adalah koloni tengah, diantaranya adalah :
1.
New
York
Awalnya daerah
koloni ini bernama Nieuw Amsterdam, merupakan nama awal dari koloni yang dirintis oleh
kongsi dagang belanda pada tahun 1624. Lengkapnya
setelah Republik Belanda
berhasil mencapai kemerdekaan dari Spanyol, segera membangun karirnya dalam perdagangan
luar negeri dan mebangun kekaisaran di Asia, Afrika, dan Amerika. Untuk
memperoleh keabadian dalam beberapa urusan, Perusahaan India Barat Belanda
mulai membangun perkampungan, mengangkut seluruh keluarganya. Nama koloni ini di ubah menjadi New
Yourk pada tahun 1664 setelah di ambil alih oleh Inggris. Nama
itu diambil sesuai dengan nama Duke of York yang berkuasa di Inggris dengan
gelar James II.
2.
Pensylyania
Koloni ini berkembang pesat di bawah pimpinan
William Penn. Tahun 1685 penduduk wilayah ini mencapai 9.000 jiwa. Pusat dari
koloni ini adalah di kawasan Philadelphia. Pada akhir periode kolonial. Hampir
seanad kemudia terdapat 30.000 orang yang tinggal diwilayah ini. Meskipun sekte
Quakers mendominasi Philadelphia kepercayaan lainnya terwakili dengan baik.
Pennsylvania
juga merupakan gerbang
utama menuju Dunia Baru
bagi para
Scots-Irish, yang pindah ke koloni itu pada awal abad ke-18. “Orang asing yang pemberani na- mun melarat”
demikianlah sebutan salah seorang
otoritas
Pennsylva-
nia bagi
mereka. kaum Scots-Irish membenci orang Inggris dan curiga
pada semua pemerintahan. mereka cenderung bermukim di tepi kota, tempat mereka
membuka lahan dan hidup dengan berburu dan bertani ala kadarnya.
c)
Koloni Selatan
Berbeda
dengan koloni di wilayah Utara dan Tengah, koloni di wilayah selatan lebih di
dimonasi oleh penduduk pedasaan yang sangat tergantung pada sektor
agraria Oleh karena itu tanah memiliki nilai yang sangat tinggi.
Pada ahhir abad ke-17, struktur
ekonomi dan sosial Virginia serta Maryland bersandar pada pemilik perkebunan
besar dan petani kecil. Pemilikperkebunan dari wilayah tidewater, ditunjang
oleh tenaga budak, yang menguasai sebagian besar kekuatan politik dan lahan
terbaik. Mereka mambangun rumah besar yang mengadaptasi gaya hidup
aristokratis. Para petani kecil yang bercocok tanam di lahan yang lebih kecil
menempati majelis-majelis populer dan membuka jalan hingga masuk ke dunia politik.
Berikut ini adalah koloni – koloni Selatan diantaranya adalah :
1.
Virginia
Virginia merupakan
sebuah koloni yang di cetuskan oleh masyarakat Inggris di Amerika Utara,
tepatnya di pelopori oleh Jamestown. Kata Virginia sendiri
merupakan nama yang
diberikan untuk menghormati ratu Inggris saat
itu, tidak lain adalah ratu Elizabeth
(the virgin queen). Nama Virginia diberikan Elizabeth untuk memberi nama sebuah
daratan yang tak tentu namanya di Amerika Utara yang berbatasan dengan Laut
Atlantik. Terdapat dua kelompok saudagar yang berminat, yang satu terletak di
Plymouth dan satunya d London. Pada tahun 1606, saudagar yang berada di
London-lah yang mendapat sebuah piagam dari Raja James I untuk membangun koloni
di antara garis lintang ke-34 dan 38. Dengan mengambil contoh EIC, mereka tidak bermaksud
untuk membangun sebuah perkampungan pertanian melainkan yang dibangun adalah
pos perdagangan.
Ekspedisi
pertama mereka dengan tiga kapal kecil yang membawa 120 orang berlayar menuju
Teluk Chesapeake dan naik ke atas Sungai James di musim semi pada tahun 1607.
Kelompok yang terdiri dari orang-orang kota dan para petualang ini lebih
tertarik untuk mencari emas, menumpuk kayu, aspal, bijih besi daripada harus
berladang atau bertani. Kapten
John Smith, tampil sebagai sosok yang dominan dalam kelompok tersebut.
Setelah John Smith
kembali dari Inggris pada tahun 1609, koloni itu menjadi kacau. Sebagian penduduk tewas akibat kelaparan dan penyakit (1609-1610). Penduduk yang awalnya berjumlah 500 orang hanya tersisa 60 orang pada
bulan Mei 1610. Hal ini tidak berlangsung lama,
tepatnya pada tahun 1612, John
Rolfe mulai melakukan perombakan
untuk menghidupkan Virginia, yaitu melalui kegiatan menyilangkan benih tembakau dari India Barat
dengan perdu asli Amerika dan menghasilkan jenis baru yang cocok dengan selera
orang Eropa, dari kegiatan
pertanian tersebut Virginia mampu menjadi pusat penghasil tembakau berkualitas tinggi dan
menjadi komoditi eksport ke Inggris dimana pengiriman tembakau ini pertama kali mancapai London pada tahun 1614. Para
petani Virginia lebih memilih menanam tembakau di sepanjang sungai yang
lahannya subur dan memudahkan melakukan pengangkutan dengan kapal-kapal milik
Inggeris. Dalam tempo sepuluh tahun,
tembakau menjadi sumber pernghasilan terbesar Virginia. Namun demikian,
ketika Virginia mengalami kelebihan produksi koloni ini mengalami kerugian
karena harga di pasaran jatuh.
2.
Maryland.
Tahun 1632 di sebelah utara
Virginia, Lord Baltimore, mendirikan koloni bernama Maryland. Nama tersebut
diambil dari nama Ratu Perancis bernama Henrietta Maria. Sejak awal berdirinya
koloni ini berkembang pesat. Keluarga Baltimore menduduki posisi penting dalam
pemerintahan, karena koloni ini dikelola oleh perusahaan pereseorangan.
Pada bulan Maret 1634, Ark dan
Dove, membawa 2 sampai 3 ratus penumpang, sebagian besar penganut Katolik Roma,
masuk ke Potomac dan belok ke salah satu
anak sungai sebelah timur. Di tebing yang tinggi dan kering inilah mereka
membangun kampung, St. Mary, bertetangga dengan orang Indian, yang telah
menarik diri untuk menghindari musuh-musuh
pribumi, menolong dengan mencukupi persediaan jagung. Orang-orang
Maryland pada awalnya tahu tidak ada kematian besar-besaran, tidak terjadi
wabah penyakit, dan tidak ada kelaparan.
Masalah Serius muncul dari perselisihan daerah perbatasan dengan
orang-orang Virginia. Perselisihan
menimbulkan pertumpahan darah tetapi pada akhirnya diselesaikan oleh keputusan Raja yang menyokong Maryland.(Richard N. Current,
1965: 16)
Posisi
penting dari keluarga Baltimore tersebut
berakhir sampai tahun 1715, setelah terjadi perubahan kekuasaan di Kerajaan
Inggris. Sejak tahun itu pula, Maryland diambil alih oleh pemerintah Inggris.
Meskipun demikian, keluarga Baltimore tetap memiliki hak istimewa.
3.
The
Carolinas
Enam
dari tiga belas koloni terakhir berasal sebelum perang saudara di Inggris pada
tahun 1640an, yang menghentikan kegiatan kolonisasi di luar negeri. Kemudian
pada tahun 1660 Charles II kembali dari pengasingannya untuk memerintah sebagai
Raja Merry dan mendapat hadiah sebagai orang istana yang agung di Dunia Baru.
Ia tidak hanya diakui dengan piagam kerajaan, tetapi juga diberikan kepadanya koloni
tambahan: Carolina Utara, Carolina Selatan, New York, New Jersey, Pennsylvania,
dan Delaware.(Richard N. Current, 1965: 20)
Carolina
(menurut bahasa Latin Carolinus, berarti Charles), sebagian diperoleh seperti
Maryland yang diperoleh dari daerah Virginia, dihadiahkan oleh Charles II
untuk suatu kelompok dari delapan kelompok favoritnya, para politikus
terkemuka, diantara dari mereka yang paling aktif dalam urusan-urusan Carolina
adalah Anthony Cooper, Lord Ashley. Di
dalam piagam berturut-turut tahun 1663 dan 1665 delapan orang ini menerima hak
bersama atas seluruh wilayah yang berada di antara garis lintang 29’ dan 36’
30’. Seperti halnya Lord Baltimore di Maryland, mereka berharap memperoleh
keuntungan sebagai tuan tanah dan spekulan tanah, menjual atau menghadiahkan
lain-lain dalam bidang kecil, dan menarik pembayaran tahunan. Terdapat dua
areal pemukiman yang terpisah, satu di utara dan satunya lagi di selatan
Semenanjung Fear. Setelah dua wilayah
diperlakukan sebagai satu koloni, dengan gubernur yang sama, pada akhirnya
pemilik modal menjadikan sebagai koloni terpisah pada tahun 1712, masing-masing
dengan gubernur yang berbeda sebagai pemiliknya.
Carolina Utara dan Carolina Selatan mempunyai
karakteristik dan sejarah yang agak berbeda.
Penghuni pertama di Carolina Utara berasal dari tanah koloni lain-sedikit dari New
England, sebagian besar berasal dari Virginia. Perintis ini menunjukkan
tanda-tanda lalai oleh si pemilik, yang telah memberikan perhatiannya ke
separuh selatan dari miliknya. Di Carolina Selatan pemiliknya melihat kepada pembangunan kota Charleston, dengan
dermaga, benteng, rumah-rumah yang baik,
dan jalan-jalan yang lebar. Beberapa dari pemimpin-pemimpin awal koloni dan
beberapa penduduk pertamanya berasal dari perkebunan tebu yang mengalami
kemunduran di India Barat Inggris, khususnya Barbados. Perkebunan yang makmur dibangun di tanah
daratan, dan jumlah penduduk tumbuh lebih cepat di sini dibandigkan di utara
Tanjung Fear. (Richard N. Current, 1965: 20-21)
Pada
tahun setelah penghadiahan Carolina Charles II dilimpahi seluruh wilayah yang
terbentang antara Connecticut dan Sungai Delaware oleh saudaranya Duke of York
tahun 1664 ( setelah itu Raja James II).
Sebagian besar dari daratan ini agaknya menjadi milik Massachussetts Bay
Company atas atas hadiah perusahaan laut ke laut. Seluruh kawasan telah diklaim
oleh Belanda, yang telah menanamkan beberapa poin strategis di dalam kawasan
tersebut.
4.
Georgia
Georgia dalam pembentukannya memiliki
tujuan utamanya adalah
sebagai tempat untuk memenjarakan orang-orang Inggris yang berhutang, dan untuk
membangun benteng pertahanan guna melawan orang-orang Spanyol yang berada di
selatan daerah perbatasan Inggris Amerika.
Piagam
dari George III (1732) memindahkan tanah di antara Savannah dan Sungai Altamaha
kepada pemerintahan Jenderal James Oglethrope dan wakilnya untuk periode 21
tahun. koloni ini memiliki kebijakan untuk memenuhi kebutuhan akan keamanan militer. Orang-orang Negro dan budak dilarang masuk ke koloni ini,
dan juga orang-orang Katolik Roma, guna mencegah bahaya yang ditimbulkan oleh situasi pada
masa-masa perang, dan persekongkolan
dengan musuh. Perdagangan
dengan orang Indian pun diatur secara ketat.
Koloni yang berdekatan dengan
Florida ini, atau malah mungkin masuk tapal batas Florida yang diduduki
Spanyol, dipandang sebagai tameng terhadap penyerbuan Spanyol. Namun Georgia
juga kualitas unik yang lain: Jendral James Oglethrope yang memipin benteng
Georgia adalah seorang tokoh pembaharu yang sengaja membuat tempat penampungan
di mana kum miskin dan para mantan narapidana diberi kesempatan baru.
Sebelum
dua puluh satu tahun dari masa perwalian berakhir, aturan melawan perkebunan
besar, budak, dan rum dihapuskan, dan setelah 1750 Georgia telah berdiri di
sepanjang garis yang sejajar dengan Carolina Selatan.
Kehidupan
Koloni Portugis di Benua Amerika
Ekspedisi Pedro Alvares Cabral ke Brasil pada tanggal 22 April 1500
merintis kekuasaan bangsa Portugis atas wilayah Amerika Selatan. Yang mana para
penguasa dan pedagang lokal di daerah tersebut harus tunduk pada Portugal,
apabila ada perlawanan akan terjadi penyerangan maupun penaklukan. Dan untuk
mengkonsolidasikan dan memperkuat kendali Portugis atas Brasil, pada tahun 1553
Raja John III membentuk 12 sistem kerajaan kecil meskipun hanya Pernambuco dan
Sao Vicente yang benar-benar menguntungkan.
Koloni yang dirintis oleh bangsa Portugis berpusat di daerah Brazil.
Dalam memperlakukan daerah jajahannya, Portugal dikenal lebih moderat sehingga
jarang terjadi konflik anatar daerah jajahan dengan negara induk. Bangsa
Portugis melakukan kolonisasi di benua Amerika ini dilandasi oleh beberapa hal
diantaranya adalah keuntungan perdagangan di India sudah tidak memadai
untuk menanggung biaya kerajaan yang
relatif boros, yang pada akhirnya didirikan pemukiman Portugis yang bersifat
permanen di Sao Vicente (Brazil) pada tahun 1532.
Pada mulanya Brazil diperintah oleh gubernur yang berkedudukan di Bahia,
ibukota Brazil waktu itu. Tahun 1763, Gubernur diganti dengan wakil raja yang
memindahkan ibukota ke Rio de Jenero. Wakil raja berwenang mengumpulkan pajak,
menjaga keamanan pantai terhadap bajak laut dan pedagang gelap serta memaksakan
pemerintahan Portugis atas rakyat Brazil. Seluruh Brazil dibagi dalam distrik
yang dinamakan Captaincy yang diperintahkan oleh seorang Donatorio yang pada
abad ke-18 diganti oleh jabatan gubernur. Tiap distrik dibagi dalam
Municipality (kota Madya) yang mempunyai satu dewan kota yang dinamakan Camara
yang anggotanya dipilih dari tuan tanah besar, pedagang besar dan aristokrat.
Wilayah Brasil memiliki bahan tambang berupa emas dan kayu celup yang
sangat laku di pasaran Eropa. Perekonomian dari
koloni Portugis di wilayah Amerika khususnya amerika bagian selatah adalah
perdagangan, seperti gula tebu adalah salah satu komoditas utama selain kayu pau.
Pusat utama produksi gula adalah Pernambuco. Gula adalah kegiatan ekonomi utama
di Brasil, pada abad keenam belas dan ketujuh belas.
Kehidupan intelektual di Barzil
sangat rendah. Hanya gereja Katholik saja yang mengusahakan untuk anak-anak
miskin, sedangkan pemerintah kolonial sama sekali tidak menghiraukan
pendidikan. Pemerintah Portugis tidak mendirikan universitas satupun. Sebagian
besar dari rakyat Brazilia masih buta huruf. Menjelang akhir penjajahanbaru
terdapat sebuah percetakan.
Dalam bidang perdagangan Portugal
berhasil memonopoli perdagangn rempah-rempah dari Maluku ke Lisabon. Minatnya
ke arah mengamankan dan menjamin jalur pelayaran dan pangkalan yang penting di
daerah tertentu membuatnya berhasil dalam hal perdagangan dan pelayaran niaga,
sehingga dalam memperlakukan daerah jajahannya berbeda dengan Spanyol yang
cenderung mengeruk habis kekayaan daerah jajahan.
Kehidupan
Koloni Spanyol di Benua Amerika
Spanyol melakuakan kolonisasi di daerah Amerika Latin, termasuk diantaranya
Mexico, Chilli, Argentina, Uruguay, Panama, Peru, Kuba, Geutamala, Ekuador,
Venezuela, dan Paraguay. Dimana daerah yang di bawah kendali Spanyol termasuk dalam
kekuasaaan mahkota Spanyol yang berada di baah kendali raja yang mempunyai
kekuasaan eksekutif atas rakyat, kekayaan alam, perdagangan dan pemerintahan.
Setiap tahunnya Spanyol mengirimkan dua armada yang dikirim ke Veracrus
(mexico) dan Puerte Rico (Panama). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengawasi perdagangan dengan dunia baru serta untuk mencegah orang-orang
Inggris, Perancis, dan Belanda.
Pada tahun 1681 pemerintah Spanyol mengeluarkan UU dengan nama Recopilacion
de leyes de los Reynos de Indias yang dikenal dengan Leves de Indias. UU ini
berisi 6.377 UU yang disusun dalam 9 buku dan diatur dalam tiap-tiap soal dalam
218 bab. Dalam sejarah pemerintahan kolonial, Spanyol termasuk pemerintah
kolonial yang paling baik dalam bidang perundang-undangan kolonial yang
berusaha sebaik mungkin mengatur kehidupan rakyat jajahannya. Bila terjadi
kekejaman dan pemerasan, maka hal ini bergantung kepada para pelaksana di
daerah jajahan.
Daerah – daerah yang dirasa belum aman kemudian diperintah oleh seorang
kapiten jendral (adelantado), yakni pemerintahan militer. Adelantado sendiri
pada dasarnya mempunyai wewenang untuk merebut daerah-daerah baru dan
mengusahakan kekayaan alam. Untuk koloni – koloni yang besar dan kaya akan
berada dibawah diperintahkan oleh Viceroy atau wakil raja yang dimasukkan
ke dalam daerah Vice Royally. Sedangkan untuk koloni-koloni kecil akan berada
di bawah pemerintahan kapiten kenderal atau gubernur. Baik Viceroy maupun
Adelantado, keduanya sama – sama diangkat oleh raja Spanyol. Sedangkan dalam
hal pegawasan terhadap kekuasaan para wakil raja dan gubernur maka dibentuklah
Audince.
Spanyol mendirikan pendidikan formal seperti sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi. Sekolah yang pertama didirikan pada tahun 1523 di Mexico. Pada tahun
1547 dibuka sekolah untuk anak-anak Mexico. Tahun 1553 raja Carlos I mendirikan
Universitas di Mexico City. Berturut-turut dibuka lima universitas pada tahu
1572 bernama Universitas San Marco, di Cordoba (Argentina), di Santiago (Chile)
dan di Caracas (Venezuela). Dalam sejarah pendidikan tinggi, Spanyol termasuk
satu negara kolonial yang paling banyak mendirikan universitas di tanah
jajahannya.
Dalam sektor kebudayaan bangsa Spanyol mengembangkan peradaban dan
kebudayaannya di Amerika Latin, sehingga bangsa Indian mengetahui peradaban dan
kebudayaan melalui sekolah dan perguruan tinggi banyak juga pengarang-pengarang
bangsa Spanyol yang menulis tentang sejarah dan suka duka yang mereka saksikan
di Amerika Latin. Terdapat juga para penulis puisi dan prosa yakni Sor Juana
Ines de la Cru dan Alonso de Ercilia y. Zunga.
Tepatnya pada tahun 1898 terjadi Perang Spanyol-Amerika yang akhirnya mengakibatkan
hilangnya koloni Spanyol yang tersisa di Amerika. Hal Ini merupakan akhir dari
kekuasaan Spanyol di Amerika, setelah itu Spanyol tersebar di seluruh benua itu
dan menetap di tempat yang berbeda. Tapi koloni Spanyol di Amerika masih ada
selama beberapa saat lagi, terutama terdiri dari imigran miskin atau diasingkan
secara politik Spanyol, di Kuba, Meksiko dan Argentina.
B. Munculnya Pemerintah Kolonial
Fase awal dari
perkembangan
kolonial, karakteristik luar biasa yang terlihat
adalah kurangnya kendali yang berpengaruh dari pemerintah
Inggris. Semua koloni kecuali Georgia muncul sebagai perusahaan dengan para pemegang saham, atau
sebagai pemilik
properti feodal, yang berakar dari piagam yang
diberikan oleh
kerajaan. Tentu saja, fakta bahwa raja telah
memindahkan kedaulatannya atas pemukiman Dunia Baru dalam bentuk saham perusahaan dan pemilik properti tidak berarti
koloni di Amerika harus bebas tanpa kendali dari luar. menurut
kesepakatan
undang-undang Perusahaan Virginia, contohnya, otoritas penuh pemerintahan dipegang oleh perusahaan itu sen- diri. meski demikian, kerajaan berharap perusahaan itu
menjadi penduduk Inggris. Oleh
karena itu, penduduk Virginia
tak kan memiliki suara dalam pemerin- tahan mereka, sama halnya jika
sang raja sendiri yang memegang kekuasaan di sana.
Kebebasan politik menggabungkan konsep kemerdekaan dalam undang - undang pertama Virginia. Undang- undang
itu
menjamin
warga koloni Inggris untuk mempraktikkan kebebasan, hak memilih dan ke- kebalan “seperti
jika mereka me- matuhi dan dilahirkan dalam realitas Inggris ini.” mereka kemudian menikmati keuntungan Piagam Magna Carta undang-undang mengenai kebebasan politik dan sipil yang dikeluarkan oleh raja john pada 1215dan hukum umum sistem hukum Inggris didasarkan pada konstitusi legal
sebelumnya
atau tradisi, bukan hukum statuta. Pada 1618, Persekutuan Virginia me- ngeluarkan instruksi kepada
guber- nur yang ditunjuk yang menyatakan bahwa setiap penduduk bebas dalam perkebunan harus memilih wakilnya
untuk bergabung dengan gubernur dan dewan yang ditunjuk dalam mengesahkan peraturan pemerintah demi kemakmuran koloni.
Langkah ini terbukti menjadi yang salah satu langkah dengan dampak paling jauh
ke
depan dalam seluruh periode kolonial. Sejak saat
itu, masyarakat
umum menerima fakta bahwa warga koloni mempunyai hak
untuk berpartisipasi dalam pemerintahan mereka sendiri. Dalam banyak kasus, manakala menyusun kebijakan
masa depan, raja
menjamin dalam undang-undang bahwa setiap manusia bebas
dalam koloni harus memiliki suara dalam
badan legislatif yang ber- kaitan langsung dengan mereka. Oleh
karena
itu, piagam
yang diserahkan kepada Calverts
di maryland, William Penn di Pennsylvania,
tuan tanah di
North dan South
Carolina, serta tuan tanah di New jersey menekankan bahwa legislasi
harus dilaksanakan dengan “izin manusia bebas.”
Pada 1689, Undang – undang hak Azasi dan Undang-Undang toleransi Inggris memastikan kebebasan beragama bagi
orang kristen di koloni serta di Inggris dan menerapkan pembatasan terhadap kerajaan. tidak kalah pentingnya, Second Treatise on Government (1690) karya john Locke tentang justifikasi teoretis utama revolusi Agung, memaparkan teori pemerintah yang tidak berdasarkan hak ilahi, melainkan berdasarkan kontrak. tulisan itu menjelaskan bahwa
manusia memiliki hak asasi akan kehidupan, kebebasan, dan kepemilikan,
serta berhak memberontak bila pemerintah melanggar hak
mereka.
Pada awal abad 18, hampir semua koloni berada
di
bawah yurisdiksi
langsung kerajaan Inggris, tetapi mengikuti aturan yang dibentuk oleh revolusi Agung. Gubernur koloni mencoba menerapkan kekuasaan yang
menghilang dari ta- ngan raja di Inggris, tetapi majelis
koloni yang mengetahui peristiwa
tersebut, berupaya
mengesahkan “hak” dan “kebebasan” mereka.
Dasar tuntutan mereka adalah pada dua kekuatan
signifikan yang mirip dengan apa yang
dianut oleh
Parlemen Inggris hak untuk memilih
dalam
masalah pajak, pembelanjaan dan hak memulai legislasi
ketimbang hanya bereaksi
terhadap proposal dari gubernur.
Legislatur menggunakan hak ini untuk mengawasi
kekuasaan gubernur kerajaan dan mengizinkan cara lain
untuk memperluas kekuasaan serta pengaruh mereka. Perselisihan
yang
sering terjadi antara gubernur dan majelis
menyebabkan kesemrawutan politik kolonial
dan
menyadarkan semakin banyak warga koloni tentang perbedaan antara
kepentingan Amerika dan Inggris. Dalam banyak kasus, otoritas kerajaan tidak memahami pentingnya tindakan majelis kolonial dan mengabaikan
mereka begitu saja. meski demikian, preseden dan prinsip yang dibentuk pada saat konflik antara majelis dan gubernur pada akhirnya menjadi bagian “konstitusi tidak tertulis” koloni. Dengan cara ini,
badan pembuat undang-undang kolonial
menyatakan hak atas
pemerintahan otonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar