(Disusun guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr.
Suranto, M.Pd.
Oleh:
Eka Ariska Putri
(120210302005)
Kelas B
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Model Pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan
sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar
tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai
strategi belajar, Discovery
Learning mempunyai prinsip yang sama
dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan
yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah
yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru
Definisi
metode pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning menurut para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Sund dalam
Roestiyah (1998,22)
Discovery
learning adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara
lain: Mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjejelaskan,
Mengukur, membuat kesinmpulan, dan
sebagainya.
b. Wilcox (Slavin,
1977)
Model
discovery learning, dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk
belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
c. Jerome
Bruner
Discovery
learning adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh
pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget
yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di
kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery
learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan
suatu bentuk akhir.
d. Bell (1978)
Discovery
learning adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari siswa memanipulasi,
membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ie
menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan
(conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan
menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan
membuat ekstrapolasi.
Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery
learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan
belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer
dalam kehidupan bermasyarakat.
Discovery
learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Metode
ini berusaha menggabungkan cara belajar aktif, berorientasi pada proses,
mengarahkan peserta didik lebih mandiri, dan reflektif. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan peserta didiknya menemukan sendiri beragam
informasi yang dibutuhkan
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning
guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing
dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan
belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning,
hendaknya guru harus
memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver,
seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi
siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.
2.2
Alasan
Pemilian Model Pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning
Pembeajaran
sejarah selama ini dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan, atau
pembelajaran dongeng. Pembelajaran sejarah terlalu banyak menekankan “chalk and talk” di kelas, sangat lemah
dalam hal melibatkan siswa dalam proses belajarnya, terlalu menekankan
memorisasi dan mengabaikan usaha pengembangan kemampuan berfikir. Ilmu sejarah
sendiri merupakan salah satu rumpun sosial sainsis yang mempunyai karakteristik
khas, yaitu kejadian yang dipelajari merupakan peristiwa yang terjadi pada masa
lampau yang meyangkut tindakan manusia, hanya terjadi sekali seumur hidup dan
tidak akan terulang kembali. Karena keabstrakan dari sebagian besar materinya
ini diperlukan amalogi, atau metode yang mampu untuk menjelaskan sejarah dengan
baik. Maka sangat cocok apabila dalam pembelajaran sejarah menerapkan metode
pembelajaran penemuan atau Discovery Learning
Dalam
Pemilihan model Pembelajaran Penemuan atau Discovery Learning utamnaya dalam
pembelajaran sejarah peserta didik akan berperan akatif dalam pembelajaran,
dengan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran sejarah akan memperkaya
pembelajaran dengan meningkatakan keinginan dan semangat untuk belajar.
Sehingga pembelajaran sejarah yang selama ini hanya monoton guru yang
menjelaskan akan berjalan lebih efektif dan peserta didik akan lebih memahami
lebih dalam mengenai materi yang diajarkan.
Metode
pembelajaran penemuan atau Discovery Learning pada dasarnya menjelaskan
mengenai proses pembentukan belajar dengan jalan menggali dan mencari sendiri
pengetahuan, pemahaman, pengertian dan konsep-konsep secara mandiri. Melalui
langkah-langkah tersebut maka pembelajaran sejarah yang dianggap sangat
membosankan oleh sebagian besar peserta didik akan dirasa lebih menarik,
peserta didik akan dapat mengkonstruksi pengetahuan yang sebelumnya dimiliki
dengan tambahan dari berbagai sumber pembelajaran yang relevan seperti
buku-buku pelajaran, majalah, internet dan lain sebagainya. Secara langsung
maka pengetahuan yang dirumuskan sendirimelalui jalan penemuan tadi akan
tertanam dalam memori peserta didik dan akan selalu di ingat. Sehingga stigma
pelajaran sejarah adalah hafalan akan dimentahkan.
Dalam
penerapan metode discovery learning pendidik berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik sesuai dengan tujuan. Dengan demikian seorang tenaga
pendidik dalam aplikasi metode Discovery Learning harus dapat menempatkan peserta
didik pada kesempatan-kesempatan dalam belajar lebih mandiri.
Penggunaan
metode Discovery Learning, akan merubah kondisi belajar yang pasif menjadi
aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student
oriented. Merubah modus Ekspository siswa hanya menerima informasi secara
keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Discovery Learning mempunyai peranan atau arti penting dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dikelas yaitu kegiatan atau pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa
melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
2.3
Langkah-Langkah
Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning
langkah
– langkah dalam mengaplikasikan medel penemuan atau Discovery Learning di kelas
dalam pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut :
a. Langkah Persiapan
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
(a) Menganalisis
latar belakang dan tujuan datangnya Bangsa Barat ke Nusantara
(b) Menjelaskan
jlur pelayaran dan kedatangan bangsa Barat ke Nusantara
(c) Menganalisis
mengapa Nusantara dapat dikuasai bangsa Barat
(d) Menyusun
karyaa tulis sejarah yang berjudul “Kepuaian Nusantara bagaikan Mutiara dari
Timur”
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan
awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya
3) Memilih materi pelajaran
Proses Masuk dan Perkembangan Penjajahan
Bangsa Barat di Indonesia
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa
secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
Perburuan Mutiara Dari Timur
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif ikonik sampai ke simbolik
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b. Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan metode
penemuan atau Discovery Learning dikelas, ada beberapa prosedur yang harus
dilaksanakan dalam keiatan belajar mengajar secara umum diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama
pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi
bahan.
2) Problem
statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah
dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
3) Data
collection (Pengumpulan Data).
Ketika
eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4) Data
Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan
data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap
ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner, bertujuan
agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6) Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
Materi : Proses Masuk dan
Perkembangan Penjajahan Bangsa nbjbjbjbjbjbjbjbjbjbjbjbjjBarat
di Indonesia
Topik : Perburuan Mutiara dari Timur
§
Tujuan : :
|
§ Menjelaskan
jlur pelayaran dan kedatangan bangsa Barat ke Nusantara
§ Menganalisis
mengapa Nusantara dapat dikuasai bangsa Barat
§ Menyusun
karyaa tulis sejarah yang berjudul “Kepuaian Nusantara bagaikan Mutiara dari
Timur”
Alokasi
Waktu : 1x pertemuan (2 jp)
Sintak
Pembelajaran
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
1.
Stimulation
(simulasi/pemberian
rangsangan)
|
Pemberian
rangsangan / motovasi menyinggung problem yang akan dipecahkan dan bersifat
dilematius bahkan kontroversial, seprti :
§ Kondisi Eropa
Barat setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada tahun 1453.
§ Pada abad
ke-16, di Nusantara telah banyak berkembang kerajaan-kerajaan besar. Mengapa
bangsa Barat dapat menguasai kerajaan-kerajaan tersebut.
|
2.
Problem Statement
(pertanyaan/identifikasi
masalah)
|
Guru
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
mungin masalah yang berkaitan dengan permasalahan sehingga siswa menemukan
pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab melalui kegiatan belajar seperti :
§ Apa latar
belakang kedatangan bangsa Barat ke dunia timur
§ Mengapa
pelayaran samudra diprakarsai oleh pelayar-pelayar Eropa (Spanyol dan
Portugis)
§ Mengapa
wilayah Nusantara menjadi tujuan penting pelayaran samudra
|
3.
Data collection
(pengumpulan data)
|
Pada
tahap ini peserat didik mengumpuakn informasi yang relevan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah diidentifikasikan melalui bermacam-macam
sumber pembelajaran (buku, majalah, internet danlaian-laian) sehingga pengumulan
data bersifat variatif
|
4.
Data procesing
(pengolahan data)
|
Peserta
didik dalam kelompknya berdiskusi untuk mengolah data hasil dari pengolahan
data
|
5.
Verification
(pembuktian)
|
Peserta
didk mendiskusikan hasil pengolahan data dan menverifikasi hasil opengolahan
dengan data-data pada sumber pembelajaran terkait materi yang dipelajari
|
6.
Generalization
(menarik kesimpulan)
|
Peserta
didik menyimpulakn hasil diskusi
|
c. Sistem
Penilaian
Dalam
model pembelajaran Discivery Learning, penilaian dapat dilaksanakan dengan
mengunakan tes maupun nontes. Penilaian dapat berupa penilaian pengetahuan,
ketrampilan, sikap atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaina nya
pengetahuan maka dapat mengunakan tes tertulis. Jika bentuk oenilaiannya
mengunakan penilaian proses, sikap atau penilaian hasil kerja maka pelaksanaan
penilaian mengunakan contoh-contoh format penilaian sikap.
d.
Keuntungan
Model Pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning
Discovery
Learning sebagai salah satu model pembelajaran memiliki
beberapa keuntungan atau kelebihan (KEMDIKBUD), diantaranya adalah sebagai
berikut ini :
a.
Membantu
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b.
Pengetahuan
yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
c.
Menimbulkan
rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
d.
Metode
ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya
sendiri.
e.
Menyebabkan
siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan
motivasi sendiri.
f.
Metode
ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g.
Berpusat
pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam
situasi diskusi.
h.
Membantu
siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i.
Siswa
akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
j.
Membantu
dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
k.
Mendorong
siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
l.
Mendorong
siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
m.
Memberikan
keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih
terangsang;
n.
Proses
belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
o.
Meningkatkan
tingkat penghargaan pada siswa;
p.
Kemungkinan
siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
q.
Dapat
mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Sedangkan
menurut Roestiyah(1998,20)
Discovery
Learning sebagai salah satu model pembelajaran memiliki
beberapa keuntungan atau kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a. Teknik
ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta penguasaan
keterampilan dalam poroses kognitif/pengenalan siswa
b. Siswa
memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat
kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut
c. Dapat
membangkitkan kegairahan belajar para siswa
d. Mampu
memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan masing-masing
e. Mampu
mengarahkan cara siswa belajar,sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk
belajar lebih giat
f. Membantu
siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
penemuan sendiri Strategi itu berpusat pada siswa,tidak pada guru.Guru hanya
sebagai teman belajar saja,membantu bila diperlukan
e.
Kelemahan
Model Pembelajaran Penemuan Atau Discovery Learning
Discovery
Learning sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa kelemahan atau
kekurangan (KEMENDIKBUD), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.
Metode
ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b.
Metode
ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya.
c.
Harapan-harapan
yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru
yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d.
Pengajaran
discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e.
Pada
beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa
f.
Tidak
menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa
karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Sedangkan
menurut Roestiyah (1998,21) Discovery Learning sebagai salah
satu model pembelajaran memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, diantaranya
adalah sebagai berikut ini :
a.
Pada siswa harus ada kesiapan dan
kematangan mental untuk cara belajar ini.Siswa harus berani dan berkeinginan
untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik
b.
Bila kelas terlalu besar penguunaan
teknik ini akan kurang berhasil
c.
Bagi guru dan siswa yang sudah biasa
dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sempat kecewa bila
diganti dengan teknik ini
d.
Dengan teknik ini ada yang berpendapat
bahwa proses mental ini trelalu mementingkan proses pengertian saja,kurang
memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa
e.
Tidak memberika kesempatan berpikir
secara kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2013 Mata Pelajaran Sejarah
SMA/SMK Untuk Guru. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan
Kebudayaan Dan Pemjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan
: Jakarta