PAPER
(Disusun guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Intelektual)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr.
Suranto, M.Pd.
Oleh:
Eka Ariska Putri
(120210302005)
Kelas B
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A. Konsep Dasar Fasisme
1)
Definisi
Fasisme
Kata fasisme (fascism)
berasal dari kata dalam bahasa Italia fascio, yang berarti ikatan (bundle)
seperti nampak dalam ikatan kelompok atau ikatan kolektif seperti bangsa, namun
juga berarti fasces, yang adalah simbol Romawi kuno untuk otoritas hukum
(magistrates). Kaum fasis di Italia (The Italian Fascisti) juga
dikenal sebagai Kaum Baju Hitam (Black Shirts) karena gaya berpakaian
mereka yang berseragam baju berwarna hitam.
Definisi dari ideologi fasisme
menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
(a) William Ebenstein, dalam Today ISMS (1964)
fasisme adalah ‘cara mengorganisasi pemerintah dan masyarakat yang bersifat
totaliter yang dijalankan oleh kediktatoran partai-tunggal yang sarat dengan
kecenderungan nasionalis, rasionalis, militeristik dan imperialis.’ Akan
tetapi, secara khusus, Ebenstein juga mengatakan bahwa cara rezim fasis mengelola
perekonomian, yang dikenal dengan nama negara korporat (the corporate state)
merupakan bagian esensial darinya, yang membedakan rezim ini dengan rezim
liberal dan sosialis.
(b) Evriza (2008:106)
fasisme sebenarnya lebih merupakan gaya politik, daripada ideology sebagai
seperangkat gagasan tentang kebikan bersama. Paham ini merupakan tipe
nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan upacara dan symbol yang
mendukungnya untuk mencapai kebesaran Negara.
(c) Leon Trotsky
Fasisme
adalah suatu sistem pemerintahan khas yang didasarkan pada penghancuran semua
unsur demokrasi proletariat di dalam suatu masyarakat borjuis
(d) Robert O.
Paxton
Fasisme bisa
didefinisikan sebagai sejenis perilaku politik yang ditandai dengan hasrat
obsesif akan kemerosotan hidup berkomunitas, perendahan, atau viktimisasi dan
(hal ini) dikompensasikan dengan pengkultusan kesatuan, energi dan kemurnian,
di mana partai berbasis-massa yang terdiri dari orang-orang nasionalis yang
militan bekerja sama (kolaborasi) secara efektif dengan elit tradisional,
meninggalkan cita-cita kebebasan demokratis, dan mengejar tujuan ke dalam
pembersihan dan tujuan ke luar ekspansi, dengan cara-cara kekerasan dan tanpa
ada pembatasan-pembatasan etis maupun legal.
(e) Mussolini
fasisme sebagai ideologi kolektivis berhaluan kanan yang mau melawan
sosialisme, liberalisme, demorasi dan individualisme.
Fasisme
sesungguhnya merupakan ideologi yang di bangun menurut hukum rimba, fasisme
juga bertujuan membuat individu dan masyarakat berfikir dan bertindak seragam,
untuk mencapai tujuan ini fasisme menggunakan kekuatan dan kekerasan bersama
semua metode propaganda bahkan melakukan genocide (pemusnahan secara teratur
terhadap suatu golongan atau bangsa). Hal tersebut dikarenakan menurut ideologi
fasis, Negara bukan ciptaan rakyat merupakan ciptaan orang kuat. Bila orang
kuat sudah membentuk organisasi Negara, maka negara wajim
menggembleng/memaksakan dan mengisi jiwa rakyat. Fasisme sebagai ideologi
berkembang pada abad ke 20 ia menyebar dengan pesat di seluruh dunia pada perang
dunia.
2)
Teori
dan Praktik Fasisme
Fasisme
seperti halnya komunisme timbul di mana-mana, tetapi fasisme tidak memiliki
pertanyaan yang mengikat tentang prinsip-prinsip seperti yang dimiliki
komunisme. Berikut ini adalah unsur-unsur pokok dalam pandangan fasisme :
(a)
Ketidak percayaan akan kemampuan akal
Tradisi
rasional dunia barat berasal dari Yunani Kuno dan merupakan unsur pokok dalam
kebudayaan dan pandangan barat. Fasisme menolak tradisi peradaban barat dan
secara terang-terangan bersikap antirasional. Dalm urusan kemanusiaan,fasisme
tidak mengandalkan akal tetapi mengutamakan irasional. Secara psikologis
fasisme bersifat fanatik, dogmatik dan tertutup. Karena itu, setiap rezim fasis
memiliki masalah-masalah yang bersifat tabu seperti soal ras, kerajaan atau
pimpinan.
(b)
Pengingkaran terhadap derajat persamaan
manusia
Merupakan ciri umum yang terdapat dalam
gerakan atau negar fasis.Masyarakat fasis tidak hanya menerima kenyataan
mengenai ketidak samaan derajd manusia, tapi malah melangakh jauh dengan
menjadkan ketidaksamaan itu sebagai idealisme. Fasisme menola kkonsep persamaan
derajad manusia dari tradisi Yahudi-Kristen dan Yunani dan mempertengkarkannya
dengan konsep ketidak samaan martabat manusia dalam wujud pertentangan antara
yang super dengan inferior. Karena itu, dalam tatanan masyarakat fasis kaum
pria melebihi kaum wanita, militer melibihi kelompok sipil kebangsaan seseorang
melebihi kebangsaan yang lain. Dalam tradisi Barat, kriteria utama dalam
persamaan derajad manusia adalah pemikiran dan jiwa manusia, sedangkan konsep
ketidak samaan dalam fasisme didasarkan pada kekuatan.
(c)
Kode perilaku yang didasarkan atas dusta
dan kekerasan
Kode
etik fasisme tentang perilaku menekankan pada kedustaan dan kekerasan dalam
semua bentuk hubungan antara manusia, di dalm negara dn antar bangsa. Di
negara-negara yang memiliki pemerintahan demokratis, politik merupakan
mekanisme yang berfungsi untuk menyelesaikan konflik-konflik sosial secara
damai. Sebaliknay dalam pandangan fasis politik dicirikan oleh hubungan kawan
dan lawan. Dalam cara berfikir, fasis politik berawal dan berakhir dengan
kemungkinan adanya musud dan permusuhan sampai tuntas. Antitesis demokrasi
adalah oposisi dan di negara-negara demokrasi, kaumoposisi memiliki peluang
untuk memegang pemerintahan pada hari-hari berikutnya. Kaum fasis hanya mngeal
musuh bukan kaun oposan, karena musuh merupakan penjelmaan kam yang jahat, maka
satu-satunya menghadapinya adalah memusnahkan dengan sangat tuntas.
(d)
Pemerintahan oleh kelompok elit
Prinsip
kepemimpinan fasis mengungkapkan bentuk yang ekstrim dari konsep elit. Dari
konsep elit tercermin penekkanan yang irasional dalam politik fasis. Pemimpin
selalu dianggap benar dan mendapat wahyu seta kemampuan mistik. Kalau ada
pertentangan antara rakyat dan pemimpin maka yang berlaku adalh kehendak
pemimpin. Hanya pemimpin yang mewakili kepntingan umum dalam hal ni cara rakyat
berfikir seandainya mereka mengtahui yang terbaik untuk selut=ruh rakyat,
sementara rakyat hany amengungkapkan kepentingan dan hasrat individu yang tidak
mesti selaras dengan kebijakna umum.
(e)
Totaliterisme
Totaliterisme
dalam semua bentuk hubungan antar manusia mencerminkan fasisme sebagai suatu
pandangan hidup dan bukan hanya sekedar sistem pemerintahan. Banyak bentuk
kediktatoran terutama di AmerikaLatin yang menerapkan prinsip otoriter tetapi
hanya bidang pemerintahan. Jika secara politik rakyat tidak menimbulkan masalah
atau kesulitan dan tidk mengangu kekuasaan diktator dan para pengikutnya maka
mereka dapat menjalani hidupnya dengan bebas. Pendidikan, agama, bisnis, dan
pertanian tidak diusik oleh kediktatoran politi. Sebaliknya fasisme bersifat
totaliter karena digunakannya kekuasaan dan kekerasan pada semua bentuk
hubungan masyarakat.
(f)
Rasialisme dan imperialisme
Fasisme
mengungkapkan dua ciri dasar, yaitu ketidak samaan martabat manusia dan
kekerasan yang diterapkan pada bangsa-bangsa. Menurt dokron fasis, dalam sebuah
negara elit lebih unggu dari kelompok masa dan karena itu dapat memaksakan
kehendak dan kekerasan pada rakyat. Demikian pula dalam pergaulan antar
bangsa,bangsa elit lebih unggul dari bangsa-bangsa lainnya dan mempunyai hak
untuk memerintah mereka. Teori
keunggulan ras Jerman langsung diartikan dalma bentuk pembunuhan jutaan orang. Tujuan
jerman untuk menguasai dunia berujung pada pemusnahan bangsa melalui
pembantaian besar-besaran dan perbudakan terhadap bangsa lain. Teori ras Jepang
menemukan perwujudan imperialis dalm konsep kemakmuran bersama, yaitu Jepang
menjadi makmur dengan mengeksploitasi Asia dan Pasifik. Demikian pula Italia
pada awal propagandanya dipusatkan untuk menghidupkan kekaisaran Romawi Kuno.
(g)
Menetang hukum dan ketertiban
internasional
Merupakan
konsekuensi logis dari keyakinan fasis pada ketidaksamaan martabat manusia,
kekerasan elitsme, dan imperialisme. Sementara kaum non fasis melihat perang
sebaai kenyataan yang tragis dan harus dihapuskan, maka kaum fasis mengangkat
derajat perang ketingkat idealisme. Negara-negar fasis membatasi bahkan menarik
diri dari paartisipasiny adengan negara internasional yang membuat mereka
menghadap kemungkinan untuk tunduk pada keputusan mayoritas dan pembuatan
keputusan yang dilakuknadengan jalan musyawarah dan bukan jalan kekerasan.
Rezim fasis Italia dan Jerman mengatakan tidak ada manfaatnya duduk dalam LBB.
Itulah sebabnya Jepang dan Jerman mengundurkan diri tahun 1933 dan Italia tahun
1937.
B. Awal Perkembangan Fasisme
Ada dua cara melihat sistem dan
perkembangan fasisme. Pertama, adalah suatu pendekatan idealis. Dalam
pendekatan idealis, fasisme dilihat sebagai suatu perangkat ide. Ketika Roger
Griffith mengatakan tentang “the role of
ideology in the definition and dynamics of facism”. Griffith memberikan apa
yang disebut sebagai “fascist minimum”, persyaratan
minimum untuk menyebut sesuatu itu fasisme. Ada suatu asumsi dasar di sana,
dalam paham idealis, bahwa semuanya berpijak pada apa yang disebut sebagai
teras mitis, the mythic core, yang menjadi basis di atas mana bentuk umum,
generic form, fasisme berpijak.
Negara fasis tidak diciptakan oleh
kemenangan partai yang palin kuat meupun partai yang paling besar, meskipun
suatu pemilihan umum bisa juga menyatakan yang lain-lain tetapi kemenangan
suatu prinsip tata tertib (the triumph of
a principle or order) yang biasa dan diterima semua orang, sentimen
nasional yang takkan lekang (a cosntant national sentiment) dan negaralah yang
menjadi organnya. Fasisme ditinjau dari akar-akar pemikirannya tergolong unik.
Ia seperti dikatakan hayes merupakan percampuran berbagai teori yang paling
radikal, reaksioner dan mencakup berbagai ras, agama, ekonomi, sosial, dan
moralitas akar-akar filosofis.
Akar-akar filsafat fasisme bisa
dilacak dalam pemikiran-pemikiran Plato, Aristoteles, Hegel, Rosenberg, Doriot,
Gobinan, Sorel, Darwin, Nietzche, Marinetti, Oswald Spengler, Chamberlin, dan
lain-lain. Jadi fasisme memiliki akar-akar intelektual dan filosofis ratusan,
bahkan ribuan tahun yang lalu. Dalam bentuknya yang modern dan kontemporer, dan
dalam formatnya yang par excellence terjadi ketika Benito Mussolini menguasai
Italia (1922), Adolf Hitler dengan nazinya mendominasi Jerman (1933), Franco
berkuasa di Spanyol (1936), Tenno Heika memerintah Jepang (1930-an) dan Amerika
latin di masa kekuasaan Juan Peron (1950-an)
Taktik yang digunakan oleh semua
rezim fasis adalah menyembunyikan sejarah yang benar dari masyarakat, dan
menggantikannya dengan pengajaran sebuah versi khayalan yang mereka tulis
sendiri. Tujuanmya adalah untuk membangun sebuah budaya di mana
pemikiran-pemikiran kaum fasis dapat berkembang dengan pesat, yang memungkinkan
mereka menjadi lebih populer dan lebih kuat mengakar dalam masyarakat.
Pemahaman tentang sejarah, juga filsafat, sepanjang proses pendidikan diawasi
ketat oleh negara fasis. Karena dididik dengan sistem itu, rakyat sama sekali
tak menyadari bahwa mereka sedang dicuci otak dalam ideologi fasis, dan bahwa
semua pemikiran lain disensor sepenuhnya (Yahya, 29).
1)
Kondisi-kondisi
sosial fasisme
Fasisme
adalah pengorganisasian pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh suatu
kediktatoran partai tunggal yang sangat nasionalis, rasialis, militeris dan
imperialis.
Di
Eropa, Italia merupakan negara pertama yang menjadi fasis (1922), Jerman
(1930), dan Spanyol (1936). Di Asia, Jepang berubah menjadi pada tahun 1930-an
melalui perubahannsecara berangsur-angsur ke arah lembaga-lembaga totaluter
setelah menyimpang dari budaya aslinya. Dibelahan bumi barat, pemerintahan
semikonstitusional yang dipegang oleh para tuan tanah dihancurkan. Di Argentina
tahun 1943, setelah terjadi pemberontakan para tentara yang tidak puas dan
sebuah kediktatoran, fassis kemudian dibentuk dibawah pimpinan kolonel Peron
yang berlangsung hingga 1955.
Demikian
jelas bahwa jika komunis adalah suatu bentuk sisten totaliter yang secara khas
berkaiitan dengan negara-negar yang miskin dan terbelakang maka fasisme muncul
dan berkembang di negar-negara yang relatif lebih makmur dan secara teknologi
lebih maju (Jerman di Eropa, Jepang di Asia). Di Benua Amerika Guetamala salah
satu negara yang paling miskin dan terbelakang selama bertahun-tahun mendukung
pertumbuhan komunis sampai tahun 1954, saat rezim presiden Arbenz yang
prokomunis digulingkan oleh Amerika Serikat.fasisme menunjukan perkembangan
yang sangat pesat di Argentinadan merupakan negara terkaya dari kedua pulah
negara republik di Amerika Latin.
Fasis
muncul dan berkembang di negara-negara yang relatif lebih makmur dan secara
teknologi lebih maju. Fasis merupakan produk dari masyarakat-masyarakat
prademokrasi dan pasca industri. Kaum fasis tidak mungkin merebut kekuasaan
dinegara-negara yang tidak memiliki pengalaman demokrasi sama sekali.
Pengalaman negara demokrasi yang dirasakan semu oleh masyarakat bahkan
mengalami kegagalan dengan indikator adanya proses sentralisasi kekuasaan pada
segelintir elit penguasa, terbentunya monopoli dan oligopoli dibidang ekonomi,
besarnya tingkat pengangguran baik dikalangan kelas bawah seperti buruh, petani
atau kelas menengah atas sepserti kaum cendikiawan, kaum industialis, maupun
pemilik modal, ini adalah lahan yang subur bai gerakan fasis untuk melancarkan
propagandanya
Semakin
keras dan teoritis gerakan-gerakan fasis semakin besar pula dukungan rakyat
yang diperolehnya. Fasis di Jerman merupakan gerakan politik yang paling berutal
tetapi sekaligus paling populer. Kondisi penting lainnya untuk pertumbuhan
fasisme adalah pencapaian tingkat atau tahap tertentu dalam perkembangan
industri. Dalam setiap perkembangan industri akan muncul ketegangan-ketegangan
sosial dan ekonomi. Negara fasis mengingkari adanya kepentingan yang berbeda
dalam masyarakat. Kalupun mereka dengan setengah hati mengakui adanya keragaman
kepentingan dalam masyarakat, maka negara fasis itu akan mengatasi atau
menghilangakan perbedaan itu dengan kekerasan.
Kondisi penting bagi pertumbuhan fasisme
lainnya adalah tingka pertumbuhan industri yang cukup maju. Setidaknya ada dua
titik temu antara fasisime dan industrilisme yaitu aksi teror dan propaganda
yang memerlukan banya kpengatruan secara
teknologis dan teknologi. Kedua sebagao sistem mobilisasi permanen untuk
keperluan perang, fasisme tidak mungkin muncul tanpa keahlian dan sumber-sumber
daya industri maju.
Dari
latar belakng sosialnya fasisme menarik dua kelompok secara khusus yaitu
sekelompok kecil kaum industriawan dan tuan tanahyang bersedia melayani gerakan
fasis dengan harapan sistem tersebut dapat melenyapkan serikat buruh bebas.
Dinegara yang memiliki tradisi leberal dan dan demokrasi yang cukup kuat
misalnya kaum indsurtiawan memiliki kepercayan yang cukup kuat dengan kamu
lainnya pada proses demokrasi. Kedua kelas menengah bawah terutama kalangan
pegawai negeri. Banyak orang dari kelompok takut akan pengabungan kembali
dengan kaum ploletar. Mereka melihat fasisme sebagai penyelamat bagi
kedudukannya dan prestasinya.
Kelompok
sosial lain yang mudah dimasuki propaganda fasisme adalah kaum militer. Pada tahun pertana nazi di Jerman,
kelompok militernya secara terbuka mendukung Hitler atau mempertahankan sikap
netral yang setia.pemimpin-pemimpin tinggi militer jerman tahu bahwa pemimpin
nazi adalah pnjahat perangdan penderita psikopart. Meskipun demikian, mereka
tetap mendukung militer nazi dengan satu langkah menuju militer rakyat jerman.
Pada abad
ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Sementara itu di
Jerman, juga muncul sebuah paham yang masih bisa dihubungkan dengan fasisme,
yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme berbeda dengan fasisme Italia
karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan rasialisme dan
rasisme yang sangat sangat kuat. Saking kuatnya nasionalisme sampai mereka
membantai bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah.
Fasisme
dikenal sebagai ideologi yang lahir dan berkembang subur pada abad ke-20. Ia
menyebar dengan pesat di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan
berkuasanya rezim fasis di Jerman dan Italia pada khususnya, tetapi juga di
negara-negara seperti Yunani, Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat sangat
menderita oleh cara-cara pemerintah yang penuh kekerasan. Berhadapan dengan
tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya dapat gemetar ketakutan. Diktator fasis
dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itu di mana kekuatan yang
brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi hukum mengirimkan
gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia dan milisi fasis
mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa takut. Lebih jauh lagi,
pemerintahan fasis diterapkan dalam hampir semua tingkatan kemasyarakatan, dari
pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur pemerintah hingga sistem
militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan pribadi rakyatnya. Pada
akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh kaum fasis, merupakan salah satu
malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia, yang merenggut nyawa 55 juta
orang.
2)
Akar-akar
psikologi Totaliterisme
Petunjuk
kearah pemahaman mengenai kecenderungan-kecenderungan fasis di Jerman dan
Jepang terletak dalam berbagai kekacauan dan tradisi masyarakat luas. Dinegara
tersebut tradisi totaliter telah mendoninasi selama berabad-abad. Kaarena itu,
seorang waarga negara Jerman atau Jepang tidak akan menolak
kecenderungan-kecenderungan fasis.
Analisis
tradisional mengenai kediktaroran politik telah dipusatkan pada
motivasi-motivasi yag mendorong para pemimpin yang bersifat diktator umutk
meraih kekuasaan dan hasra yang sadis untuk mendominasi. Tidak ada seorangpun
yang seutuhnya otoriter atau demokratis. Dalam setiap kasus yang terjadi
masalahnya adalah kuantitas atau derajad kebaikan atau keburukan seseorang
meskipun perbedaan-perbedaan kuantitas berubah menjadi perbedaan kualitas.
Sikap
tergantung dan kepatuhan pada masyarakakt totlalter, komunisme, atau fasisme
memberikan rasa aman kepada seseorang yang membutuhkannya. Nmun demikian,
sikap-sikap ini menyangkal adanya kebutuhan menangkap atau mengaktualisasi diri
pribadi yang tentram. Untuk penyauran fasisme justru menawarkan dua jalur,
jalur pertama untuk mereka yang berkuasa jalur kedua untuk mereka yang
dikuasai. Dalam tubuh aparatpartai dan pemerintahan yang bersifat otoriter atau
diktator terdapat pola siap yang khas yaitu dalam hubungan dengan atasan, orang
yang membungkukan badan dan terhadap bawahan, orang yang melakukan penindasan. Hanya pemimpin yang
tidak pelu membungkukan badan didepan siapapun.
Penyelesaian
yang ditempuh oleh para diktator totaliter ini mengarahkan atua menyalurkan
rasa permusuhan yang laten dari rakyat untuk melawan musuh. Bagi kaum komunis
yag menjadi sasaran adalah kaum borjuis. Pada awalnya Hitler memilih kaum
Yahudi sebagai sasaran agresi Jerman. Kemudian musuh baru mengntikan bangsa
Yahudi, yakni Inggris, Amerika Seriat. Tatkala mendekati akhir riwayatnya,
Hitler dan pengikutya melampiaskan rasa dendamnya pada orang Jerman sendiri
dengan menolak untuk menyerah melalui perundingan. Apaila mereka tunduk, rakyat
Jerman harus dihancurkan bersama mereka.
Bagi
mereka yang tidak mampu memimpin dirinya sendiri, fasisme menjanjikan
penguasaan atas orang lain. Kalau fasisme tidak dapat memberikan yang
dijanjikan, maka kesalahan rakyat akan dilampiaskan pada pemimpinnya. Praktik
semacam ini telah dialami oleh Musolini yang dadili didepan komite partisan di
Italia Utara pada April 1945. Ia ditembak mati dan digantung pada tiag lampu di
kota Milan.
C. Perkembangan Fasisme Di Indonesia
Munculnya
politik fasisme di Indonesia di mulai sejak kemenangan Partai Nazi di Jerman
yang memenangkan pemilu 1933. Dr. Notonind, bekas anggota PNI (lama) asal
Pekalongan adalah tokoh teras Partai Fasis Indonesia (PFI) yang berdiri tahun
1933. Ide dasar pendirian PFI ini memang agak unik karena tidak di dasarkan
kepentingan ideologi, melainkan oleh cita-cita pembangunan kembali
kerajaan-kerajaan Jawa seperti Majapahit dan Mataram, Sriwijaya di Sumatera,
dan kerajaan-kerajaan di Kalimantan.
Fasisme yang
melanda dunia menuai respon beragam dari kalangan pergerakan di Indonesia.
Kelompok PNI Baru, PKI dan Partindo adalah kelompok yang menentang gigih
fasisme. Alasan dasarnya karena fasisme adalah benteng terakhir dari
kapitalisme untuk mempertahankan diri dari krisis ekonomi dan politiik.
Sedangkan di luar kedua kelompok ini, Wilson menilai kaum pergerakan
kebingungan dalam merespon fasisme. Kelompok PSII dan Parindra misalnya, karena
percaya ramalan politik Jayabaya menganggap fasisme Jepang sebagai saudara tua
yang akan membebaskan bumiputera dari belenggu kolonialisme Belanda.
Istilah Indonesia
Raya dan Indonesia Mulia yang kerap dikampanyekan oleh Parindra misalnya,
mengingatkan kita pada ide Jerman Raya milik kaum Nazi Jerman yang
mengakibatkan pembantaian jutaan orang Yahudi. Bahkan Agus Salim melihat
potensi fasisme sebagai solusi mengusir kolonial.
Tren politik fasis rupanya bukan hanya melanda kaum Bumi Putera. Kalangan Indo di Hindia-Belanda yang sedang dilanda krisis pertarungan politik dengan kalangan pergerakan bumi putra dan tekanan fasis Jepang juga merasa ingin cepat keluar dari krisis dengan harapan kadatangan dewa fasisme. Di Solo misalnya, pada tahun 1933 pernah dibentuk organisasi Anti Inlander Clud untuk melindungi kepentingan kaum Indo. Sementara kaum kaum fasisme Jepang di Hindia-Belanda yang tergabung dalam NIFO nampak paling agresif bergerak melakukan rapat-rapat akbar (vergadering). Aksi agresif NIFO ini mendapat reaksi keras dari Pemerintah Hindia-Belanda.
Tren politik fasis rupanya bukan hanya melanda kaum Bumi Putera. Kalangan Indo di Hindia-Belanda yang sedang dilanda krisis pertarungan politik dengan kalangan pergerakan bumi putra dan tekanan fasis Jepang juga merasa ingin cepat keluar dari krisis dengan harapan kadatangan dewa fasisme. Di Solo misalnya, pada tahun 1933 pernah dibentuk organisasi Anti Inlander Clud untuk melindungi kepentingan kaum Indo. Sementara kaum kaum fasisme Jepang di Hindia-Belanda yang tergabung dalam NIFO nampak paling agresif bergerak melakukan rapat-rapat akbar (vergadering). Aksi agresif NIFO ini mendapat reaksi keras dari Pemerintah Hindia-Belanda.
Indonesia
sendiri menganut paham atau ideologi Pancasila yang dirasa sudah paling
cocok untuk negara kita. Jika Indonesia menganut ideologi fasisme, mungkin
kita akan maju dantidak terjajah tetapi negara kita akan menjadi dingin dan
tidak demokratis dan akan banyak pemberontakan yang terjadi di daeurah
NKRI.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agung,
Leo. 2013. Sejarah Intelektual. Ombak
:Yogyakarta.
2. Perkembangan Fasisme Di Indonesia dan Eksistensinya Pada Zaman Sekarang (http://transformasipengetahuan.blogspot.com)