Pages

Desember 17, 2014

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH




(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto, M.Pd.





Oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Kelas B






PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 2. PEMBAHASAN
  
2.1    Definisi Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 
Model pembelajaran Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang amat dibutuhkan dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Pertama kali dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Prof. Howard Barrows dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada (Amir, 2009). Dalam model pembelajaran Problem Based Learnig, pembelajaran dilakukan dengan menyajikan suatu masalah dihadapan siswa kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Definisi metode pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.     Duch (1995)
Problem Based Learning (PBL), merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
b.    Arends (Trianto, 2007)
Problem Based Learning (PBL), merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
c.       Glezer (2001)
Problem Based Learning (PBL), merupakan suatu strategi pembelajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
d.      Finkle dan Torp (1995)
Problem Based Learning (PBL), merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. 
e.       Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003)
Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity.
f.       Suradijono (2004)
Problem Besed Learning (PBL) adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
g.      H.S. Barrows dalam M. Taufiq Amir (1980)
Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru”. Masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya. PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata, lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya sehingga dari ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
h.      Dewey
Problem-Based Learning adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Dari beberapa uraian diatas mengenai pengertian model pembelajaran berbasis masalah maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajran yang mendasarkan pada masalah – masalah yang nyata dalam dunia atau (real world) kehadapan siswa untuk memuali sebuah pembelajaran dan merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar aktif baik dalam memecahkan masalah maupun mencari sumber – sumber belajar yang relevan.
Pembelajran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajran yang menyajikan masalah kontekstual sehinga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas menrapkan pembelajarn berbasis masalah, peserta didik berkerjasama dalam tim untuk memecahkan masalah dunia (real world). Pembelajaran berbasis masalah merek=pakan model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk bellajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari dunia nyata. Masalah yang digunakan ini untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu dengan pembelajaran tersebut. masalah diberikan kepada peserta didik sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Terdapat lima strategi dala  penerapan model pembelajaran berbasis masalahatau Problem Based Learning, yaitu :
a.    Permasalahan sebagai kajian
b.    Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
c.    Permasalahan sebagai contoh
d.   Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
e.    Permasalahan sebagai stimulus aktifitas autentik

2.2    Alasan Pemilihan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Dalam pembelajaran mengunakan model Problem Based Learnig lebih mengutamakan pada proses belajar. Guru bertugas untuk memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebgai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membanu mengemukakan masalah, dan memberi fasilitas pelajaran. Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkaktkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
Pemilihan model PBL didasarkan atas karakteristik dari model pembelajaran ini sendiri yang menitikberatkan pada peran sentral siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Selain itu melalui proses pemecahan masalah dalam pembelajaran, siswa dapat menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan berbagai pengalaman belajar melalui proses mentalnya sendiri, sehingga membuat siswa menjadi lebih termotivasi (menjadi lebih aktif, kritis, dan kreatif) dalam mengikuti pelajaran sejarah. Sebagai contoh siswa mampu menemukan sendiri konsep cara belajar dan memahami suatu materi pelajaran sesuai dengan kondisi siswa itu sendiri, dan hal ini hanya bisa diperoleh dari proses belajar yang melibatkan mereka sendiri. Terdapat cara menciptakan keadaan belajar yang baru dengan penggunaan metode pembelajaran untuk meningkatkan motivasi. Salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL) diharapkan akan membawa pengaruh besar terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang kemudian akan berdampak pada prestasi belajar siswa khususnya dalam pelajaran IPS.
Pada metode pembelajaran berbasis masalah siswa diajak masuk dalam situasi diskusi dari permasalahan yang telah disodorkan oleh guru, dan apabila interaksi siswa pada saat diskusi baik, dalam hal ini yang dimaksud siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dengan pendapatpendapat maupun sanggahan pada waktu diskusi berarti ini juga menandakan adanya kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
Dalam pembelajaran sejaran peserta didik diharuskan bersikap kritis terhadap materi pembelajaran yang diperoleh dari berbagai sumber reverensi yang relevan agar siswa dapat memahami konsep materi pelajaran, untuk itu model ni dirasa sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajarn sejarah. Kedua media ynag digunakan dapat memberikan gambaran peristiwa sejarah yang terjadi saat itu, misalnya saja pengunaan media gambar atau film pendek pada siswa dan siswa diinstruksikan untuk mengamati media tersebut dan mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi yang dibahas hal ini dirasa lebih efeltif karena siswa akan lebih berperan atif dalam pembelajaran tidak seperti sekarang ini dimana pembeljaran sejarah dirasa membosankan karena gurunya yang tidak bisa mmenciptakan suasana belajar kelas yang efektif. Ketiga melalui pembelajaran dengan metode berbasisi mesalah maka akan membuat siswa untuk mebncariberbagai sumber yang rekevan dengan matrei yang sedang dibahas, dengan bwgitu akan mengembangkat sikp belajar self learning. Keembat, melalui metode pembelajarn berbasis masalah maka siswa akakn dapat memahami secaramendalam materi yang dipelajari hal ini dikarenakan siswa merasa tertantang untuk terus menpelajari pembelajaran sersebut dikarenakan rasa ingin tahunnya yng muncul melalui model pembelajaran ini.
Dengan menerapkam metode pembelajaran berbasis masalah makak siswa akan dapat membangun sendiri pengetahuan yang dimilikinya dengan mencari berbagai reverensi yang relevan baik dari brebagai buku yang berkaintan dengan materi tersebut mauppun mencari sari sumber internet yang relevan umtuk dapat menganalisis masalah tersebut. dengan membangun sendiri pengetahuannya secara langsung siswa akan membaca berbagai reverensi berkaintan dengan materinya dan akan lebih memahami secara mendalam materi yang sedang dibahas. Dengan demikian pengetahuan yang dibangun sendiri tersebut pun akan dapat disimpan dalam momori siswa. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang guru hanya menyampaikan pengetahuan tanpa adanya identifikasi materi, pengetahuan cenderung akan cepat hilang dari memori siswa.

2.3    Langkah – Langkah Penerapan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Tahapan – tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah menurut Trianto (2007), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.    Orientasi peserta didik pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah.
b.    Mengorganisasi peserta didik
Guru membagi siswa kedalam kelompok, membantu siswa memndefinisikan dan mengorganisasikan tugas tugas yag berhubungan dengan masalah.
c.    Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkna, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah
d.   Mengembangkan dan menyajikan hasil
Guru membantu siswa dalam memecahkan dan meyiapkan laporan, dokumentasi atau model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan sesama temannya.
e.    Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evalusi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.
Pembelajaran dengan metode Problem Based Learning ini secara umum dibagi menjadi tiga tahapan diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Kegiatan pendahuluan
1)   Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpum doa
2)   Guru bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, meyiapkan media, dan alat serta buku yang diperlukan)
3)   Guru menyampaikan topik pembelajran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki kepada siswa
4)   Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok misalnya delapan kelompok
b.    Kegiatan inti
1)   Siswa sudah berada di kelompok masing – masing
2)   Guru menunjukan contoh gambar tentang materi yang dibahas misalnya gambar perlawanan melawan pendudukan Jepang di Indonesia
3)   Siswa diminta untuk mengamati secara cermat
4)   Siswa diminta untuk bertanya terkait dengan beberapa gambar tersebut
5)   Guru memberi komentar terkait dengan berbagai pertanyaan yang muncu dari siswa. Guru menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topik ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat Indonesia, bentuk kecintaan terhadap kemerdekaan
6)   Guru kemudian menjelaskan cara kerja masing – masing kelompok. Kegiatan pembelajaran mengunakan pembelajaran berbasis masalah. Pertama, setiap kelompok hrus merumuskan masalah sesuai materi masing – masing. Kemudian mendeskripsikan masalah dengan mengunakan pertanyaan – pertanyaan yang akan dijawab sesuai dengan materi masing – masing. Masing – masing kelompok juga diminta merumuskan hipotesis. Kemudian diilakukan analisis untuk memecahkan maslah yang telah dirumuskan.
7)   Masing- masing kelompok dalam mengerjakan di kelas, perpustakaan, seta mengunakan fasilitas laboratorium multimedia (internet)
8)   Setelah kembali kekelas, masing – masing kelompok mempresentasikan hasil rumusannya
c.    Kegiatan penutup
1)   Guru memberikan ulasan tentang materi yang baru saja didiskusikan
2)   Guru dapat menanyakan apakah siswa sudah memhami materi tersebut
3)   Guru memberikan pertanyaan lisan secara acak pada siswa untukmendapatkan umpan balik atas pembeljaran yang baru saja berlangsung.
4)   Sebagai refleksi, guru bersama siswa menyimpukan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta menayakan pada siswa, manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari topik ini

2.4    Keuntungan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan (Sanjaya, 2007), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.    Menantang kemamuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
b.    Meningkatkan motovasi dan aktivitas siswa
c.    Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata
d.   Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajran yang mereka lakukan. Disamping itu, Problem Based Learning (PBL) dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
e.    Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk meyesuaikan dengan pengetahuan baru
f.     Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan sehari- hari
g.    Mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar meskipun pada pendidikan formal sudah selesai
h.    Memudahkan siswa untuk menguasai konsep – konsep pembelajaran untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata

2.5    Kelemahan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan (Sanjaya, 2007), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.     Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajarai sulit utnuk dipecahkan, maka mereka akan merasa engan utnuk mencobanya.
b.    Utuk sebagian siswa berangapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan umtuk pnyelesaian masalah mengapamereka harus berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar yang mereka ingin pelajari.


DAFTAR PUSTAKA


1.    Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2013 Mata Pelajaran Sejarah SMA/SMK Untuk Guru. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Pemjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan : Jakarta

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH




(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto, M.Pd.





Oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Kelas B






PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 2. PEMBAHASAN
  
2.1    Definisi Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 
Model pembelajaran Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang amat dibutuhkan dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Pertama kali dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Prof. Howard Barrows dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada (Amir, 2009). Dalam model pembelajaran Problem Based Learnig, pembelajaran dilakukan dengan menyajikan suatu masalah dihadapan siswa kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Definisi metode pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.     Duch (1995)
Problem Based Learning (PBL), merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
b.    Arends (Trianto, 2007)
Problem Based Learning (PBL), merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
c.       Glezer (2001)
Problem Based Learning (PBL), merupakan suatu strategi pembelajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
d.      Finkle dan Torp (1995)
Problem Based Learning (PBL), merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. 
e.       Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003)
Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity.
f.       Suradijono (2004)
Problem Besed Learning (PBL) adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
g.      H.S. Barrows dalam M. Taufiq Amir (1980)
Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru”. Masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya. PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata, lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya sehingga dari ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
h.      Dewey
Problem-Based Learning adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Dari beberapa uraian diatas mengenai pengertian model pembelajaran berbasis masalah maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajran yang mendasarkan pada masalah – masalah yang nyata dalam dunia atau (real world) kehadapan siswa untuk memuali sebuah pembelajaran dan merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar aktif baik dalam memecahkan masalah maupun mencari sumber – sumber belajar yang relevan.
Pembelajran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajran yang menyajikan masalah kontekstual sehinga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas menrapkan pembelajarn berbasis masalah, peserta didik berkerjasama dalam tim untuk memecahkan masalah dunia (real world). Pembelajaran berbasis masalah merek=pakan model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk bellajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari dunia nyata. Masalah yang digunakan ini untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu dengan pembelajaran tersebut. masalah diberikan kepada peserta didik sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Terdapat lima strategi dala  penerapan model pembelajaran berbasis masalahatau Problem Based Learning, yaitu :
a.    Permasalahan sebagai kajian
b.    Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
c.    Permasalahan sebagai contoh
d.   Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
e.    Permasalahan sebagai stimulus aktifitas autentik

2.2    Alasan Pemilihan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Dalam pembelajaran mengunakan model Problem Based Learnig lebih mengutamakan pada proses belajar. Guru bertugas untuk memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebgai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membanu mengemukakan masalah, dan memberi fasilitas pelajaran. Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkaktkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
Pemilihan model PBL didasarkan atas karakteristik dari model pembelajaran ini sendiri yang menitikberatkan pada peran sentral siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Selain itu melalui proses pemecahan masalah dalam pembelajaran, siswa dapat menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan berbagai pengalaman belajar melalui proses mentalnya sendiri, sehingga membuat siswa menjadi lebih termotivasi (menjadi lebih aktif, kritis, dan kreatif) dalam mengikuti pelajaran sejarah. Sebagai contoh siswa mampu menemukan sendiri konsep cara belajar dan memahami suatu materi pelajaran sesuai dengan kondisi siswa itu sendiri, dan hal ini hanya bisa diperoleh dari proses belajar yang melibatkan mereka sendiri. Terdapat cara menciptakan keadaan belajar yang baru dengan penggunaan metode pembelajaran untuk meningkatkan motivasi. Salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL) diharapkan akan membawa pengaruh besar terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang kemudian akan berdampak pada prestasi belajar siswa khususnya dalam pelajaran IPS.
Pada metode pembelajaran berbasis masalah siswa diajak masuk dalam situasi diskusi dari permasalahan yang telah disodorkan oleh guru, dan apabila interaksi siswa pada saat diskusi baik, dalam hal ini yang dimaksud siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dengan pendapatpendapat maupun sanggahan pada waktu diskusi berarti ini juga menandakan adanya kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
Dalam pembelajaran sejaran peserta didik diharuskan bersikap kritis terhadap materi pembelajaran yang diperoleh dari berbagai sumber reverensi yang relevan agar siswa dapat memahami konsep materi pelajaran, untuk itu model ni dirasa sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajarn sejarah. Kedua media ynag digunakan dapat memberikan gambaran peristiwa sejarah yang terjadi saat itu, misalnya saja pengunaan media gambar atau film pendek pada siswa dan siswa diinstruksikan untuk mengamati media tersebut dan mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi yang dibahas hal ini dirasa lebih efeltif karena siswa akan lebih berperan atif dalam pembelajaran tidak seperti sekarang ini dimana pembeljaran sejarah dirasa membosankan karena gurunya yang tidak bisa mmenciptakan suasana belajar kelas yang efektif. Ketiga melalui pembelajaran dengan metode berbasisi mesalah maka akan membuat siswa untuk mebncariberbagai sumber yang rekevan dengan matrei yang sedang dibahas, dengan bwgitu akan mengembangkat sikp belajar self learning. Keembat, melalui metode pembelajarn berbasis masalah maka siswa akakn dapat memahami secaramendalam materi yang dipelajari hal ini dikarenakan siswa merasa tertantang untuk terus menpelajari pembelajaran sersebut dikarenakan rasa ingin tahunnya yng muncul melalui model pembelajaran ini.
Dengan menerapkam metode pembelajaran berbasis masalah makak siswa akan dapat membangun sendiri pengetahuan yang dimilikinya dengan mencari berbagai reverensi yang relevan baik dari brebagai buku yang berkaintan dengan materi tersebut mauppun mencari sari sumber internet yang relevan umtuk dapat menganalisis masalah tersebut. dengan membangun sendiri pengetahuannya secara langsung siswa akan membaca berbagai reverensi berkaintan dengan materinya dan akan lebih memahami secara mendalam materi yang sedang dibahas. Dengan demikian pengetahuan yang dibangun sendiri tersebut pun akan dapat disimpan dalam momori siswa. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang guru hanya menyampaikan pengetahuan tanpa adanya identifikasi materi, pengetahuan cenderung akan cepat hilang dari memori siswa.

2.3    Langkah – Langkah Penerapan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Tahapan – tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah menurut Trianto (2007), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.    Orientasi peserta didik pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah.
b.    Mengorganisasi peserta didik
Guru membagi siswa kedalam kelompok, membantu siswa memndefinisikan dan mengorganisasikan tugas tugas yag berhubungan dengan masalah.
c.    Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkna, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah
d.   Mengembangkan dan menyajikan hasil
Guru membantu siswa dalam memecahkan dan meyiapkan laporan, dokumentasi atau model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan sesama temannya.
e.    Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evalusi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.
Pembelajaran dengan metode Problem Based Learning ini secara umum dibagi menjadi tiga tahapan diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Kegiatan pendahuluan
1)   Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpum doa
2)   Guru bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, meyiapkan media, dan alat serta buku yang diperlukan)
3)   Guru menyampaikan topik pembelajran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki kepada siswa
4)   Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok misalnya delapan kelompok
b.    Kegiatan inti
1)   Siswa sudah berada di kelompok masing – masing
2)   Guru menunjukan contoh gambar tentang materi yang dibahas misalnya gambar perlawanan melawan pendudukan Jepang di Indonesia
3)   Siswa diminta untuk mengamati secara cermat
4)   Siswa diminta untuk bertanya terkait dengan beberapa gambar tersebut
5)   Guru memberi komentar terkait dengan berbagai pertanyaan yang muncu dari siswa. Guru menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topik ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat Indonesia, bentuk kecintaan terhadap kemerdekaan
6)   Guru kemudian menjelaskan cara kerja masing – masing kelompok. Kegiatan pembelajaran mengunakan pembelajaran berbasis masalah. Pertama, setiap kelompok hrus merumuskan masalah sesuai materi masing – masing. Kemudian mendeskripsikan masalah dengan mengunakan pertanyaan – pertanyaan yang akan dijawab sesuai dengan materi masing – masing. Masing – masing kelompok juga diminta merumuskan hipotesis. Kemudian diilakukan analisis untuk memecahkan maslah yang telah dirumuskan.
7)   Masing- masing kelompok dalam mengerjakan di kelas, perpustakaan, seta mengunakan fasilitas laboratorium multimedia (internet)
8)   Setelah kembali kekelas, masing – masing kelompok mempresentasikan hasil rumusannya
c.    Kegiatan penutup
1)   Guru memberikan ulasan tentang materi yang baru saja didiskusikan
2)   Guru dapat menanyakan apakah siswa sudah memhami materi tersebut
3)   Guru memberikan pertanyaan lisan secara acak pada siswa untukmendapatkan umpan balik atas pembeljaran yang baru saja berlangsung.
4)   Sebagai refleksi, guru bersama siswa menyimpukan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta menayakan pada siswa, manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari topik ini

2.4    Keuntungan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan (Sanjaya, 2007), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.    Menantang kemamuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
b.    Meningkatkan motovasi dan aktivitas siswa
c.    Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata
d.   Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajran yang mereka lakukan. Disamping itu, Problem Based Learning (PBL) dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
e.    Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk meyesuaikan dengan pengetahuan baru
f.     Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan sehari- hari
g.    Mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar meskipun pada pendidikan formal sudah selesai
h.    Memudahkan siswa untuk menguasai konsep – konsep pembelajaran untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata

2.5    Kelemahan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan (Sanjaya, 2007), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.     Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajarai sulit utnuk dipecahkan, maka mereka akan merasa engan utnuk mencobanya.
b.    Utuk sebagian siswa berangapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan umtuk pnyelesaian masalah mengapamereka harus berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar yang mereka ingin pelajari.


DAFTAR PUSTAKA


1.    Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2013 Mata Pelajaran Sejarah SMA/SMK Untuk Guru. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Pemjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan : Jakarta