(Disusun guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr.
Suranto, M.Pd.
Oleh:
Eka Ariska Putri
(120210302005)
Kelas B
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Model
pembelajaran Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu model pembelajaran yang amat dibutuhkan dalam era
globalisasi seperti sekarang ini. Pertama kali dikembangkan pada tahun 1970-an
oleh Prof. Howard Barrows dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University
Canada (Amir, 2009). Dalam model pembelajaran Problem Based Learnig,
pembelajaran dilakukan dengan menyajikan suatu masalah dihadapan siswa kemudian
siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Definisi
metode pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a.
Duch (1995)
Problem
Based Learning (PBL), merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk
“belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi
dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada
rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
b.
Arends (Trianto, 2007)
Problem
Based Learning (PBL), merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan tingkat tinggi
dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
c.
Glezer (2001)
Problem
Based Learning (PBL), merupakan suatu strategi pembelajaran dimana siswa secara
aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
d.
Finkle dan Torp (1995)
Problem
Based Learning (PBL), merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran
yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran
aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan
baik.
e.
Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono,
2003)
Problem
Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a
stimulus and focus on student activity.
f.
Suradijono (2004)
Problem
Besed Learning (PBL) adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
g.
H.S. Barrows dalam M. Taufiq Amir (1980)
Problem
Based Learning (PBL) adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada
prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal
untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru”.
Masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu
yang dapat menyokong keilmuannya. PBL adalah proses pembelajaran yang titik
awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata, lalu dari masalah
ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya sehingga dari ini akan terbentuk
pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil
merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
h. Dewey
Problem-Based Learning adalah interaksi antara
stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah,
sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta
dicari pemecahannya dengan baik.
Dari
beberapa uraian diatas mengenai pengertian model pembelajaran berbasis masalah maka,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model
pembelajran yang mendasarkan pada masalah – masalah yang nyata dalam dunia atau
(real world) kehadapan siswa untuk memuali sebuah pembelajaran dan merupakan
model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar aktif baik dalam memecahkan
masalah maupun mencari sumber – sumber belajar yang relevan.
Pembelajran
berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajran yang menyajikan masalah
kontekstual sehinga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas
menrapkan pembelajarn berbasis masalah, peserta didik berkerjasama dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia (real world). Pembelajaran berbasis masalah
merek=pakan model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk bellajar
bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari dunia
nyata. Masalah yang digunakan ini untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin
tahu dengan pembelajaran tersebut. masalah diberikan kepada peserta didik
sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan
masalah yang harus dipecahkan. Terdapat lima strategi dala penerapan model pembelajaran berbasis
masalahatau Problem Based Learning, yaitu :
a. Permasalahan
sebagai kajian
b. Permasalahan
sebagai penjajakan pemahaman
c. Permasalahan
sebagai contoh
d. Permasalahan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
e. Permasalahan
sebagai stimulus aktifitas autentik
2.2
Alasan
Pemilihan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Dalam
pembelajaran mengunakan model Problem Based Learnig lebih mengutamakan pada
proses belajar. Guru bertugas untuk memfokuskan diri untuk membantu siswa
mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebgai
penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membanu mengemukakan masalah, dan
memberi fasilitas pelajaran. Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat
meningkaktkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Model ini hanya dapat
terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan
membimbing pertukaran gagasan.
Pemilihan
model PBL didasarkan atas karakteristik dari model pembelajaran ini sendiri
yang menitikberatkan pada peran sentral siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Selain itu melalui proses pemecahan masalah dalam pembelajaran, siswa dapat
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan berbagai pengalaman belajar
melalui proses mentalnya sendiri, sehingga membuat siswa menjadi lebih
termotivasi (menjadi lebih aktif, kritis, dan kreatif) dalam mengikuti
pelajaran sejarah. Sebagai contoh siswa mampu menemukan sendiri konsep cara
belajar dan memahami suatu materi pelajaran sesuai dengan kondisi siswa itu
sendiri, dan hal ini hanya bisa diperoleh dari proses belajar yang melibatkan
mereka sendiri. Terdapat cara menciptakan keadaan belajar yang baru dengan
penggunaan metode pembelajaran untuk meningkatkan motivasi. Salah satunya
adalah model Problem Based Learning (PBL) diharapkan akan membawa pengaruh
besar terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang kemudian akan
berdampak pada prestasi belajar siswa khususnya dalam pelajaran IPS.
Pada
metode pembelajaran berbasis masalah siswa diajak masuk dalam situasi diskusi
dari permasalahan yang telah disodorkan oleh guru, dan apabila interaksi siswa
pada saat diskusi baik, dalam hal ini yang dimaksud siswa mampu mengembangkan
kemampuan berpikir, memecahkan masalah dengan pendapatpendapat maupun sanggahan
pada waktu diskusi berarti ini juga menandakan adanya kemampuan siswa untuk
berpikir kritis.
Dalam
pembelajaran sejaran peserta didik diharuskan bersikap kritis terhadap materi
pembelajaran yang diperoleh dari berbagai sumber reverensi yang relevan agar
siswa dapat memahami konsep materi pelajaran, untuk itu model ni dirasa sangat
cocok untuk diterapkan dalam pembelajarn sejarah. Kedua media ynag digunakan
dapat memberikan gambaran peristiwa sejarah yang terjadi saat itu, misalnya
saja pengunaan media gambar atau film pendek pada siswa dan siswa
diinstruksikan untuk mengamati media tersebut dan mengajukan pertanyaan
berkaitan dengan materi yang dibahas hal ini dirasa lebih efeltif karena siswa
akan lebih berperan atif dalam pembelajaran tidak seperti sekarang ini dimana
pembeljaran sejarah dirasa membosankan karena gurunya yang tidak bisa
mmenciptakan suasana belajar kelas yang efektif. Ketiga melalui pembelajaran
dengan metode berbasisi mesalah maka akan membuat siswa untuk mebncariberbagai
sumber yang rekevan dengan matrei yang sedang dibahas, dengan bwgitu akan
mengembangkat sikp belajar self learning. Keembat, melalui metode pembelajarn
berbasis masalah maka siswa akakn dapat memahami secaramendalam materi yang
dipelajari hal ini dikarenakan siswa merasa tertantang untuk terus menpelajari
pembelajaran sersebut dikarenakan rasa ingin tahunnya yng muncul melalui model
pembelajaran ini.
Dengan
menerapkam metode pembelajaran berbasis masalah makak siswa akan dapat
membangun sendiri pengetahuan yang dimilikinya dengan mencari berbagai
reverensi yang relevan baik dari brebagai buku yang berkaintan dengan materi tersebut
mauppun mencari sari sumber internet yang relevan umtuk dapat menganalisis
masalah tersebut. dengan membangun sendiri pengetahuannya secara langsung siswa
akan membaca berbagai reverensi berkaintan dengan materinya dan akan lebih
memahami secara mendalam materi yang sedang dibahas. Dengan demikian
pengetahuan yang dibangun sendiri tersebut pun akan dapat disimpan dalam momori
siswa. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang guru hanya menyampaikan
pengetahuan tanpa adanya identifikasi materi, pengetahuan cenderung akan cepat
hilang dari memori siswa.
2.3
Langkah
– Langkah Penerapan Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Tahapan
– tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah menurut Trianto (2007),
diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a. Orientasi
peserta didik pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
aktifitas pemecahan masalah.
b. Mengorganisasi
peserta didik
Guru membagi siswa kedalam kelompok,
membantu siswa memndefinisikan dan mengorganisasikan tugas tugas yag
berhubungan dengan masalah.
c. Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkna, melaksanakan eksperimen dan
penyelidikan untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah
d. Mengembangkan
dan menyajikan hasil
Guru membantu siswa dalam memecahkan dan
meyiapkan laporan, dokumentasi atau model dan membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan sesama temannya.
e. Menganalisis
dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evalusi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka
lakukan.
Pembelajaran
dengan metode Problem Based Learning ini secara umum dibagi menjadi tiga
tahapan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan
pendahuluan
1) Guru
meminta salah seorang siswa untuk memimpum doa
2) Guru
bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, meyiapkan media, dan
alat serta buku yang diperlukan)
3) Guru
menyampaikan topik pembelajran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki
kepada siswa
4) Guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok misalnya delapan kelompok
b. Kegiatan
inti
1) Siswa
sudah berada di kelompok masing – masing
2) Guru
menunjukan contoh gambar tentang materi yang dibahas misalnya gambar perlawanan
melawan pendudukan Jepang di Indonesia
3) Siswa
diminta untuk mengamati secara cermat
4) Siswa
diminta untuk bertanya terkait dengan beberapa gambar tersebut
5) Guru
memberi komentar terkait dengan berbagai pertanyaan yang muncu dari siswa. Guru
menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topik ini sebagai bagian dari
upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat Indonesia, bentuk kecintaan
terhadap kemerdekaan
6) Guru
kemudian menjelaskan cara kerja masing – masing kelompok. Kegiatan pembelajaran
mengunakan pembelajaran berbasis masalah. Pertama, setiap kelompok hrus
merumuskan masalah sesuai materi masing – masing. Kemudian mendeskripsikan
masalah dengan mengunakan pertanyaan – pertanyaan yang akan dijawab sesuai
dengan materi masing – masing. Masing – masing kelompok juga diminta merumuskan
hipotesis. Kemudian diilakukan analisis untuk memecahkan maslah yang telah
dirumuskan.
7) Masing-
masing kelompok dalam mengerjakan di kelas, perpustakaan, seta mengunakan
fasilitas laboratorium multimedia (internet)
8) Setelah
kembali kekelas, masing – masing kelompok mempresentasikan hasil rumusannya
c. Kegiatan
penutup
1) Guru
memberikan ulasan tentang materi yang baru saja didiskusikan
2) Guru
dapat menanyakan apakah siswa sudah memhami materi tersebut
3) Guru
memberikan pertanyaan lisan secara acak pada siswa untukmendapatkan umpan balik
atas pembeljaran yang baru saja berlangsung.
4) Sebagai
refleksi, guru bersama siswa menyimpukan tentang pelajaran yang baru saja
berlangsung serta menayakan pada siswa, manfaat yang dapat diperoleh setelah
mempelajari topik ini
2.4
Keuntungan
Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Problem
Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa
keuntungan atau kelebihan (Sanjaya, 2007), diantaranya adalah sebagai berikut
ini :
a. Menantang
kemamuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa.
b. Meningkatkan
motovasi dan aktivitas siswa
c. Membantu
siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata
d. Membantu
siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajran yang mereka lakukan. Disamping itu, Problem Based Learning (PBL)
dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
e. Mengembangkan
kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
meyesuaikan dengan pengetahuan baru
f. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam kehidupan sehari- hari
g. Mengembangkan
minat siswa untuk terus menerus belajar meskipun pada pendidikan formal sudah
selesai
h. Memudahkan
siswa untuk menguasai konsep – konsep pembelajaran untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan nyata
2.5
Kelemahan
Medel Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Problem
Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa kelemahan
atau kekurangan (Sanjaya, 2007), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau
tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajarai sulit utnuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa engan utnuk mencobanya.
b.
Utuk sebagian siswa berangapan bahwa
tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan umtuk pnyelesaian masalah
mengapamereka harus berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka akan belajar yang mereka ingin pelajari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan
Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2013 Mata Pelajaran Sejarah SMA/SMK
Untuk Guru. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan
Kebudayaan Dan Pemjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan
: Jakarta