Pages

Desember 17, 2014

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PJBL) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH




(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto, M.Pd.





Oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Kelas B






PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1    Definisi Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang mengunkan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pesertadidik mengunakan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasiskan Proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “Learning by Doing” yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu pekerjaanyang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan.
Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Project Based Learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek. Definisi secara lebih komperehensif tentang Project Based Learning menurut The George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai berikut :
a.    Project-based learning is curriculum fueled and standards based. Project Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki adanya standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen mayor sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah displin yang sedang dikajinya (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
b.    Project-based  Learning adalah model pembelajaranyang menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masingmasing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project Based Learning memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
c.    Project-based learning asks students to investigate issues and topics addressing real-world problems while integrating subjects across the curriculum. Project Based Leraning merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini, peserta didik dapat melihat pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu, Project Based Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
d.   Project-based learning is a method that fosters abstract, intellectual tasks to explore complex issues. Project Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan pemahaman. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui carayang bermakna. (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori belajar konstruktivisme yang menyatakan bahwa struktur dasar suatu kegiatan terdiri atas tujuan yang ingin dicapai sebagai subyek yang berada di dalam konteks suatu masyarakat di mana pekerjaan itu dilakukan dengan perantaraan alat-alat, peraturan kerja, pembagian tugas dalam penerapan di kelas bertumpu pada kegiatan aktif dalam bentuk melakukan suatu (doing) daripada kegiatan pasif “menerima” transfer pengetahuan dari pengajar.
Definisi metode pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Joel L Klein et. al (2009)
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning )adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi.
b.    Thomas, 2000
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL)  merupakan tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang  atau permasalahan, yang melibatkan para siswa di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas investigasi; memberi peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan periode waktu yang lama; dan akhirnya menghasilkan  produk-produk yang nyata atau  presentasi-presentasi.
c.     Santyasa (2006)
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL)  adalah suatu pembelajaran yang berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. PjBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
d.    Mahanal, 2009
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL)   adalah pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.
e.     Kamdi (2007)
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL)   mendukung proses konstruksi pengetahuan dan pengembangan kompetensi produktif pebelajar yang secara aktual muncul dalam bentuk-bentuk keterampilan okupasional/teknikal (technical skills), dan keterampilan sebagai pekerja yang baik (employability skills).
f.     Corebima, 2009
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL) , Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara umum siswa melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi.
Dari beberapa uraian diatas mengenai pengertian model pembelajaran berbasis masalah maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang infatif yang menekanakan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pembeljaran proyek akan membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif, inofatif serta termotifasi untuk belajar sehingga dapat mudah memahami apa yang diajarkan oleh pendidik dan hasil belajar sisw aakan menjadi lebih baik.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang mengunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas nyata. Melalui pembelajaran berbasis proyek, proses inquiri dimulali dengan memunculkan pertanyaan penentuan (q guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengiintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran berbasis proyek merupakan infestigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagia antesis atau usaha peserat didik
a.     Pembelajaran Berbasis Proyek  atau Project Based Learning (PJBL) memiliki karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut :
b.    Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
c.     Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
d.    Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan
e.     Pesera didik secara kolaboratif bertangung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
f.     Proses evaluasi dajalankan secara kontinyu
g.    Peserta didik secaraberkala melakukan refleksi atas aktifitas yang sudah dijalankan
h.    Produk akhir aktifitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif
i.      Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sebaiknay sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi dan iinofasi siswa.

2.2    Alasan Pemilihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembeajaran sejarah selama ini dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan, atau pembelajaran dongeng. Pembelajaran sejarah terlalu banyak menekankan “chalk and talk” di kelas, sangat lemah dalam hal melibatkan siswa dalam proses belajarnya, terlalu menekankan memorisasi dan mengabaikan usaha pengembangan kemampuan berfikir. Ilmu sejarah sendiri merupakan salah satu rumpun sosial sainsis yang mempunyai karakteristik khas, yaitu kejadian yang dipelajari merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang meyangkut tindakan manusia, hanya terjadi sekali seumur hidup dan tidak akan terulang kembali. Karena keabstrakan dari sebagian besar materinya ini diperlukan amalogi, atau media yang mampu untuk menjelaskan sejarah dengan baik. Maka sangat cocok apabila dalam pembeljaran sejarah menerapkan metode pembelajaran berbasisi proyek  atau Project Baesed Learnign (PJBL).
Dalam Pemilihan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) utamnaya dalam pembelajaran sejarah peserta didik akan berperan akatif dalam pembelajaran, dengan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran sejarah akan memperkaya pembelajaran dengan meningkatakan keinginan dan semangat untuk belajar. Peningkatan semangat belajar, inti dari motifasi diri menarik siswa untuk mengerjakan proyek-proyek yang ditugaskan sebagaimana mereka menangkap pelajaran-pelajaran yang diberikan. Melalui proyek-proyek yang diberikan pada pesera didik mengharuskan mereka untuk lebih memahami dan menguasai materi. Untuk itu sangat diperlukan kreatifitas dalam memperdalam pengetahuannya dengan lebih banyak belajar diluar jam pelajaran, sehingga dalam pembelajaran dikelas siswa hanya tinggal mengaplikasikan apa yang mereka kumpulkan dan pelajarai sebelumnya. Selain itu juga dapat membiasakan siswa untuk melakuakan instruksi guru dengan baik dalam mengerjakan suatu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sehingga saat siswa mengerjakan tes yang dilakukan secara berkala, siswa akan lebih baik lagi dalam mengerjakannya, hal ini akan berdampak pada hasil belajar yang dicapai peserta didik.
Karena bahan pembelajaran sejarah yang banyak tidak dimungkinkan dijelaskan secara satu persatu seluruhnya. Maka siswa harus mampu mencari sendiri dengan menciptakan suatu produk berdasarkan pemahaman materi yang dimilikinya. Dengan demikian materi pembeljaran yang tersedia tidak disampaikan sepenuhnya secraa penuh melalui ceramah, tapi melalui variasi kegiatan lain dalam pembelajaran. Agar materi pemebelajaran tersampaikan secara penuh dan tepat waktu maka metode proyek dirasa dapat menanganinya. Proyek-proyek penelitian yang diberikan pada siswa bertujuan untuk memperdalam bahan pelajaran karena dengan produk yang siswa kerjakan dapat mengecek ketersampaian bahan pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya.

2.3    Langkah – Langkah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik, dengan langkah  – langkah pembelajaran diantaranya mengamati, menaya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan menginformasikan. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning terdapat enam tahapan diantaranya adalah sebagai berikut :
a.     Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa. dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Dalam pembelajaran sejarah misalnya guru menampilkan video singkat yang mengambarkan tentang perlawanan di berbagai daerah yang dilakukan bangsa Indonesia pada masa penjajahan bangsa barat, seperti Perang Dipenegoro, Perang Padri, Perlawanan Kapitan Patimura, Perlawanan Sultan Hasanudin, Perlawanan Patih Jelantik dan lain sebagainya. Kemudian peserta didik mengamati secara cermat video tersebut dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Peserta didik dikelompokan dengan anggota 5-6 orang tiap kelompok membuat karya tulis tentang satu perlawanan daerah.
b.    Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. Misalnya sitematika karya tulis tentang perlawanan daerah itu sendiri, mencari data/sumber/informasi bacaan dimana.   
c.     Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1)   membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan barat,
2)   membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan barat,
3)   membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4)   membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan barat, dan
5)   meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d.    Memonitor siswa dan kemajuan proyek  (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama  menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagiaktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. Dalam pembuatan karya ilmiah karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan barat siswa harus mencermati sudah berapa hari, pekerjaan sudah samapi apa dan guru menayakan kemajuan pekerjaan siswa
e.     Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f.     Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Guru akan menayakan pengalaman pada waktu mencari sumber atau waktu menulis, juga menayakan pengalam siswa pada waktu melaksanakan kegiatan penulisan karya ilmiah tentang perlawanan daerah bangsa indonesia masa penjajahan barat.
Berikut ini adalah rincian pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning terbagi menjadi tiga tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.     Kegiatan pendahuluan (10 menit)
1)   Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpum doa
2)   Guru bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, meyiapkan media, dan alat serta buku yang diperlukan)
3)   Guru menyampaikan topik pembelajran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki kepada siswa
4)   Guru memberikan motifasi tentang pentingnya topik pembelajaran ini
5)   Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok misalnya delapan kelompok
b.    Kegiatan inti
1)   Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing
2)   Guru menayangkan beberapa gabrar/foto :
a)    Pangeran Diponegoro
b)   Kapitan Patimura
c)    Sisingamangarja XI
d)   Sultan Hasanudin, dan lain-lain
3)   Guru meminta siswa untuk mengamati gambar-gambar tersebut dengan cermat
4)   Guru mendorong siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambar-gambar tersebut
5)   Guru menjelaskan kegiaitan pembelajaran berbasis proyek. Pada pembelajaran ini siswa diminta untuk menulis biografi singkat dari para tokoh daerah dengan nilai keteladanannya, masing – masing kelompok membuat proyek untuk satu tokoh. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a)    Menentukan judul biografi
b)   Menyusun rencana dan jadwal misalnya sitematika biografi itu sendiri, mencari data/sumber/informasi bacaan dimana, berapa hari, analisis dan menyusun jadi tulisan kapan, selesai kapan.
c)    Memonitoring, siswa harus mencermati sudah berapa hari, pekerjaan sudah samapi apa dan guru menayakan kemajuan pekerjaan siswa
d)   Pengujian hasil, masing-masing menyajikan dan guru memberikan penilaiaan
e)    Evaluasi pengalaman, guru akan menayakan pengalaman pada waktu mencari sumber atau waktu menulis, juga menayakan pengalam siswa pada waktu melaksanakan kegiatan penulisan biografi.
6)   Guru menyampaikan waktu kerja selama dua bulan.
c.     Kegiatan penutup (15 menit)
1)   Dalam kegiatan penutup ini lebih banyak pesan – pesan untu,mengerjakan proyek penulisan biografi tokoh-tokoh daerah. Halaman sengaja tidak diatur untuk melihat kemampuan masing-masing kelompok dan keberadaan sumber
2)   Guru memberi saran kepada siswa, mengerjakan tugas ini mencari informasi dan data dari berbagai sumber sejarah.

2.4    Keuntungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan (KEMDIKBUD), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.     Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
b.    Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c.     Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
d.    Meningkatkan kolaborasi.
e.     Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
f.     Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g.    Memberikan pengalaman kepada peserta didikpembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h.    Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i.      Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
j.      Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

2.5    Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan (KEMENDIKBUD), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.     Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b.    Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c.     Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
d.    Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e.     Peserta didikyang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
f.     Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g.    Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

DAFTAR PUSTAKA

1.    Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2013 Mata Pelajaran Sejarah SMA/SMK Untuk Guru. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Pemjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan : Jakarta



MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PJBL) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH




(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto, M.Pd.





Oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Kelas B






PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1    Definisi Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang mengunkan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pesertadidik mengunakan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasiskan Proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “Learning by Doing” yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu pekerjaanyang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan.
Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Project Based Learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek. Definisi secara lebih komperehensif tentang Project Based Learning menurut The George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai berikut :
a.    Project-based learning is curriculum fueled and standards based. Project Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki adanya standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen mayor sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah displin yang sedang dikajinya (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
b.    Project-based  Learning adalah model pembelajaranyang menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masingmasing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project Based Learning memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
c.    Project-based learning asks students to investigate issues and topics addressing real-world problems while integrating subjects across the curriculum. Project Based Leraning merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini, peserta didik dapat melihat pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu, Project Based Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
d.   Project-based learning is a method that fosters abstract, intellectual tasks to explore complex issues. Project Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan pemahaman. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui carayang bermakna. (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori belajar konstruktivisme yang menyatakan bahwa struktur dasar suatu kegiatan terdiri atas tujuan yang ingin dicapai sebagai subyek yang berada di dalam konteks suatu masyarakat di mana pekerjaan itu dilakukan dengan perantaraan alat-alat, peraturan kerja, pembagian tugas dalam penerapan di kelas bertumpu pada kegiatan aktif dalam bentuk melakukan suatu (doing) daripada kegiatan pasif “menerima” transfer pengetahuan dari pengajar.
Definisi metode pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Joel L Klein et. al (2009)
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning )adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi.
b.    Thomas, 2000
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL)  merupakan tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang  atau permasalahan, yang melibatkan para siswa di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas investigasi; memberi peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan periode waktu yang lama; dan akhirnya menghasilkan  produk-produk yang nyata atau  presentasi-presentasi.
c.     Santyasa (2006)
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL)  adalah suatu pembelajaran yang berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. PjBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
d.    Mahanal, 2009
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL)   adalah pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.
e.     Kamdi (2007)
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL)   mendukung proses konstruksi pengetahuan dan pengembangan kompetensi produktif pebelajar yang secara aktual muncul dalam bentuk-bentuk keterampilan okupasional/teknikal (technical skills), dan keterampilan sebagai pekerja yang baik (employability skills).
f.     Corebima, 2009
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL) , Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara umum siswa melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi.
Dari beberapa uraian diatas mengenai pengertian model pembelajaran berbasis masalah maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang infatif yang menekanakan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pembeljaran proyek akan membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif, inofatif serta termotifasi untuk belajar sehingga dapat mudah memahami apa yang diajarkan oleh pendidik dan hasil belajar sisw aakan menjadi lebih baik.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang mengunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas nyata. Melalui pembelajaran berbasis proyek, proses inquiri dimulali dengan memunculkan pertanyaan penentuan (q guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengiintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran berbasis proyek merupakan infestigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagia antesis atau usaha peserat didik
a.     Pembelajaran Berbasis Proyek  atau Project Based Learning (PJBL) memiliki karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut :
b.    Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
c.     Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
d.    Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan
e.     Pesera didik secara kolaboratif bertangung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
f.     Proses evaluasi dajalankan secara kontinyu
g.    Peserta didik secaraberkala melakukan refleksi atas aktifitas yang sudah dijalankan
h.    Produk akhir aktifitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif
i.      Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sebaiknay sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi dan iinofasi siswa.

2.2    Alasan Pemilihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembeajaran sejarah selama ini dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan, atau pembelajaran dongeng. Pembelajaran sejarah terlalu banyak menekankan “chalk and talk” di kelas, sangat lemah dalam hal melibatkan siswa dalam proses belajarnya, terlalu menekankan memorisasi dan mengabaikan usaha pengembangan kemampuan berfikir. Ilmu sejarah sendiri merupakan salah satu rumpun sosial sainsis yang mempunyai karakteristik khas, yaitu kejadian yang dipelajari merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang meyangkut tindakan manusia, hanya terjadi sekali seumur hidup dan tidak akan terulang kembali. Karena keabstrakan dari sebagian besar materinya ini diperlukan amalogi, atau media yang mampu untuk menjelaskan sejarah dengan baik. Maka sangat cocok apabila dalam pembeljaran sejarah menerapkan metode pembelajaran berbasisi proyek  atau Project Baesed Learnign (PJBL).
Dalam Pemilihan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) utamnaya dalam pembelajaran sejarah peserta didik akan berperan akatif dalam pembelajaran, dengan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran sejarah akan memperkaya pembelajaran dengan meningkatakan keinginan dan semangat untuk belajar. Peningkatan semangat belajar, inti dari motifasi diri menarik siswa untuk mengerjakan proyek-proyek yang ditugaskan sebagaimana mereka menangkap pelajaran-pelajaran yang diberikan. Melalui proyek-proyek yang diberikan pada pesera didik mengharuskan mereka untuk lebih memahami dan menguasai materi. Untuk itu sangat diperlukan kreatifitas dalam memperdalam pengetahuannya dengan lebih banyak belajar diluar jam pelajaran, sehingga dalam pembelajaran dikelas siswa hanya tinggal mengaplikasikan apa yang mereka kumpulkan dan pelajarai sebelumnya. Selain itu juga dapat membiasakan siswa untuk melakuakan instruksi guru dengan baik dalam mengerjakan suatu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sehingga saat siswa mengerjakan tes yang dilakukan secara berkala, siswa akan lebih baik lagi dalam mengerjakannya, hal ini akan berdampak pada hasil belajar yang dicapai peserta didik.
Karena bahan pembelajaran sejarah yang banyak tidak dimungkinkan dijelaskan secara satu persatu seluruhnya. Maka siswa harus mampu mencari sendiri dengan menciptakan suatu produk berdasarkan pemahaman materi yang dimilikinya. Dengan demikian materi pembeljaran yang tersedia tidak disampaikan sepenuhnya secraa penuh melalui ceramah, tapi melalui variasi kegiatan lain dalam pembelajaran. Agar materi pemebelajaran tersampaikan secara penuh dan tepat waktu maka metode proyek dirasa dapat menanganinya. Proyek-proyek penelitian yang diberikan pada siswa bertujuan untuk memperdalam bahan pelajaran karena dengan produk yang siswa kerjakan dapat mengecek ketersampaian bahan pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya.

2.3    Langkah – Langkah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik, dengan langkah  – langkah pembelajaran diantaranya mengamati, menaya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan menginformasikan. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning terdapat enam tahapan diantaranya adalah sebagai berikut :
a.     Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa. dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Dalam pembelajaran sejarah misalnya guru menampilkan video singkat yang mengambarkan tentang perlawanan di berbagai daerah yang dilakukan bangsa Indonesia pada masa penjajahan bangsa barat, seperti Perang Dipenegoro, Perang Padri, Perlawanan Kapitan Patimura, Perlawanan Sultan Hasanudin, Perlawanan Patih Jelantik dan lain sebagainya. Kemudian peserta didik mengamati secara cermat video tersebut dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Peserta didik dikelompokan dengan anggota 5-6 orang tiap kelompok membuat karya tulis tentang satu perlawanan daerah.
b.    Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. Misalnya sitematika karya tulis tentang perlawanan daerah itu sendiri, mencari data/sumber/informasi bacaan dimana.   
c.     Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1)   membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan barat,
2)   membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan barat,
3)   membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4)   membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan barat, dan
5)   meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d.    Memonitor siswa dan kemajuan proyek  (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama  menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagiaktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. Dalam pembuatan karya ilmiah karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan barat siswa harus mencermati sudah berapa hari, pekerjaan sudah samapi apa dan guru menayakan kemajuan pekerjaan siswa
e.     Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f.     Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Guru akan menayakan pengalaman pada waktu mencari sumber atau waktu menulis, juga menayakan pengalam siswa pada waktu melaksanakan kegiatan penulisan karya ilmiah tentang perlawanan daerah bangsa indonesia masa penjajahan barat.
Berikut ini adalah rincian pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning terbagi menjadi tiga tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.     Kegiatan pendahuluan (10 menit)
1)   Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpum doa
2)   Guru bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, meyiapkan media, dan alat serta buku yang diperlukan)
3)   Guru menyampaikan topik pembelajran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki kepada siswa
4)   Guru memberikan motifasi tentang pentingnya topik pembelajaran ini
5)   Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok misalnya delapan kelompok
b.    Kegiatan inti
1)   Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing
2)   Guru menayangkan beberapa gabrar/foto :
a)    Pangeran Diponegoro
b)   Kapitan Patimura
c)    Sisingamangarja XI
d)   Sultan Hasanudin, dan lain-lain
3)   Guru meminta siswa untuk mengamati gambar-gambar tersebut dengan cermat
4)   Guru mendorong siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambar-gambar tersebut
5)   Guru menjelaskan kegiaitan pembelajaran berbasis proyek. Pada pembelajaran ini siswa diminta untuk menulis biografi singkat dari para tokoh daerah dengan nilai keteladanannya, masing – masing kelompok membuat proyek untuk satu tokoh. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a)    Menentukan judul biografi
b)   Menyusun rencana dan jadwal misalnya sitematika biografi itu sendiri, mencari data/sumber/informasi bacaan dimana, berapa hari, analisis dan menyusun jadi tulisan kapan, selesai kapan.
c)    Memonitoring, siswa harus mencermati sudah berapa hari, pekerjaan sudah samapi apa dan guru menayakan kemajuan pekerjaan siswa
d)   Pengujian hasil, masing-masing menyajikan dan guru memberikan penilaiaan
e)    Evaluasi pengalaman, guru akan menayakan pengalaman pada waktu mencari sumber atau waktu menulis, juga menayakan pengalam siswa pada waktu melaksanakan kegiatan penulisan biografi.
6)   Guru menyampaikan waktu kerja selama dua bulan.
c.     Kegiatan penutup (15 menit)
1)   Dalam kegiatan penutup ini lebih banyak pesan – pesan untu,mengerjakan proyek penulisan biografi tokoh-tokoh daerah. Halaman sengaja tidak diatur untuk melihat kemampuan masing-masing kelompok dan keberadaan sumber
2)   Guru memberi saran kepada siswa, mengerjakan tugas ini mencari informasi dan data dari berbagai sumber sejarah.

2.4    Keuntungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan (KEMDIKBUD), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.     Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
b.    Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c.     Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
d.    Meningkatkan kolaborasi.
e.     Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
f.     Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g.    Memberikan pengalaman kepada peserta didikpembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h.    Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i.      Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
j.      Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

2.5    Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan (KEMENDIKBUD), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a.     Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b.    Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c.     Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
d.    Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e.     Peserta didikyang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
f.     Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g.    Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

DAFTAR PUSTAKA

1.    Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2013 Mata Pelajaran Sejarah SMA/SMK Untuk Guru. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Pemjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan : Jakarta