(Disusun guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr.
Suranto, M.Pd.
Oleh:
Eka Ariska Putri
(120210302005)
Kelas B
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 2.
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran
yang mengunkan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pesertadidik
mengunakan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasiskan Proyek
berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “Learning by Doing” yakni proses
perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai
dengan tujuannya, terutama penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu
pekerjaanyang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai suatu
tujuan.
Project
Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah banyak
dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia, Project Based Learning bermakna sebagai
pembelajaran berbasis proyek. Definisi secara lebih komperehensif tentang Project
Based Learning menurut The George Lucas Educational Foundation (2005)
adalah sebagai berikut :
a.
Project-based learning is curriculum fueled and
standards based. Project Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran
yang menghendaki adanya standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Project
Based Learning, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun
(aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat
berbagai elemen mayor sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah displin yang
sedang dikajinya (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
b.
Project-based Learning adalah model
pembelajaranyang menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan
pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masingmasing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project Based
Learning memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali
konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya,
dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap
peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun (The George
Lucas Educational Foundation: 2005).
c.
Project-based learning asks students to investigate
issues and topics addressing real-world problems while integrating subjects
across the curriculum. Project Based Leraning merupakan
pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang
menghubungkan antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini, peserta didik
dapat melihat pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu, Project Based
Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata,
hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik (The George Lucas
Educational Foundation: 2005).
d.
Project-based learning is a method that fosters
abstract, intellectual tasks to explore complex issues. Project Based Learning merupakan
pendekatan pembelajaran yang memperhatikan pemahaman. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui carayang
bermakna. (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Proyek didukung teori belajar konstruktivisme yang menyatakan bahwa struktur
dasar suatu kegiatan terdiri atas tujuan yang ingin dicapai sebagai subyek yang
berada di dalam konteks suatu masyarakat di mana pekerjaan itu dilakukan dengan
perantaraan alat-alat, peraturan kerja, pembagian tugas dalam penerapan di
kelas bertumpu pada kegiatan aktif dalam bentuk melakukan suatu (doing)
daripada kegiatan pasif “menerima” transfer pengetahuan dari pengajar.
Definisi
metode pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Joel L Klein
et. al (2009)
pembelajaran
berbasis proyek (Project Based Learning )adalah strategi pembelajaran yang
memberdayakan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar
pengalamannya melalui berbagai presentasi.
b. Thomas, 2000
Pembelajaran
Berbasis Proyek atau Project Based
Learning (PjBL) merupakan
tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang
menantang atau permasalahan, yang melibatkan para siswa di dalam desain,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas investigasi; memberi
peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan periode waktu yang lama;
dan akhirnya menghasilkan produk-produk yang nyata atau
presentasi-presentasi.
c. Santyasa
(2006)
Pembelajaran
Berbasis Proyek atau Project Based
Learning (PjBL) adalah suatu
pembelajaran yang berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa untuk
berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. PjBL
dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.
d. Mahanal,
2009
Pembelajaran
Berbasis Proyek atau Project Based
Learning (PjBL) adalah
pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa
bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan
produk secara realistis.
e. Kamdi (2007)
Pembelajaran
Berbasis Proyek atau Project Based
Learning (PjBL) mendukung proses
konstruksi pengetahuan dan pengembangan kompetensi produktif pebelajar yang
secara aktual muncul dalam bentuk-bentuk keterampilan okupasional/teknikal (technical
skills), dan keterampilan sebagai pekerja yang baik (employability
skills).
f. Corebima,
2009
Pembelajaran
Berbasis Proyek atau Project Based
Learning (PjBL) , Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk
kerja (performance), secara umum siswa melakukan kegiatan:
mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau
penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi.
Dari
beberapa uraian diatas mengenai pengertian model pembelajaran berbasis masalah
maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis proyek adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang infatif
yang menekanakan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Pembeljaran proyek akan membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif, inofatif
serta termotifasi untuk belajar sehingga dapat mudah memahami apa yang
diajarkan oleh pendidik dan hasil belajar sisw aakan menjadi lebih baik.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran
yang mengunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas
nyata. Melalui pembelajaran berbasis proyek, proses inquiri dimulali dengan
memunculkan pertanyaan penentuan (q
guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengiintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan infestigasi mendalam tentang sebuah
topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagia antesis atau usaha peserat didik
a.
Pembelajaran
Berbasis Proyek atau Project Based
Learning (PJBL) memiliki karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut :
b.
Peserta didik
membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
c.
Adanya
permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
d.
Peserta didik
mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang
diajukan
e.
Pesera didik
secara kolaboratif bertangung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi
untuk memecahkan permasalahan
f.
Proses evaluasi
dajalankan secara kontinyu
g.
Peserta didik
secaraberkala melakukan refleksi atas aktifitas yang sudah dijalankan
h.
Produk akhir
aktifitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif
i.
Situasi
pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sebaiknay sebagai fasilitator,
pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai
dengan daya imajinasi dan iinofasi siswa.
2.2
Alasan Pemilihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembeajaran
sejarah selama ini dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan, atau
pembelajaran dongeng. Pembelajaran sejarah terlalu banyak menekankan “chalk and talk” di kelas, sangat lemah
dalam hal melibatkan siswa dalam proses belajarnya, terlalu menekankan
memorisasi dan mengabaikan usaha pengembangan kemampuan berfikir. Ilmu sejarah sendiri merupakan salah satu rumpun
sosial sainsis yang mempunyai karakteristik khas, yaitu kejadian yang
dipelajari merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang
meyangkut tindakan manusia, hanya terjadi sekali seumur hidup dan tidak akan
terulang kembali. Karena keabstrakan dari
sebagian besar materinya ini diperlukan amalogi, atau media yang mampu untuk
menjelaskan sejarah dengan baik. Maka sangat cocok apabila dalam pembeljaran
sejarah menerapkan metode pembelajaran berbasisi proyek atau Project Baesed Learnign (PJBL).
Dalam Pemilihan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) utamnaya dalam pembelajaran sejarah
peserta didik akan berperan akatif dalam pembelajaran, dengan keterlibatan
peserta didik dalam pembelajaran sejarah akan memperkaya pembelajaran dengan meningkatakan
keinginan dan semangat untuk belajar. Peningkatan semangat belajar, inti dari
motifasi diri menarik siswa untuk mengerjakan proyek-proyek yang ditugaskan
sebagaimana mereka menangkap pelajaran-pelajaran yang diberikan. Melalui
proyek-proyek yang diberikan pada pesera didik mengharuskan mereka untuk lebih memahami
dan menguasai materi. Untuk itu sangat diperlukan kreatifitas dalam memperdalam
pengetahuannya dengan lebih banyak belajar diluar jam pelajaran, sehingga dalam
pembelajaran dikelas siswa hanya tinggal mengaplikasikan apa yang mereka
kumpulkan dan pelajarai sebelumnya. Selain itu juga dapat membiasakan siswa
untuk melakuakan instruksi guru dengan baik dalam mengerjakan suatu dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sehingga saat siswa
mengerjakan tes yang dilakukan secara berkala, siswa akan lebih baik lagi dalam
mengerjakannya, hal ini akan berdampak pada hasil belajar yang dicapai peserta
didik.
Karena bahan pembelajaran sejarah yang banyak tidak
dimungkinkan dijelaskan secara satu persatu seluruhnya. Maka siswa harus mampu
mencari sendiri dengan menciptakan suatu produk berdasarkan pemahaman materi
yang dimilikinya. Dengan demikian materi pembeljaran yang tersedia tidak
disampaikan sepenuhnya secraa penuh melalui ceramah, tapi melalui variasi
kegiatan lain dalam pembelajaran. Agar materi pemebelajaran tersampaikan secara
penuh dan tepat waktu maka metode proyek dirasa dapat menanganinya.
Proyek-proyek penelitian yang diberikan pada siswa bertujuan untuk memperdalam
bahan pelajaran karena dengan produk yang siswa kerjakan dapat mengecek
ketersampaian bahan pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya.
2.3
Langkah – Langkah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik,
dengan langkah – langkah pembelajaran
diantaranya mengamati, menaya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan
menginformasikan. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis
proyek atau Project Based Learning terdapat enam tahapan diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Penentuan
Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai
dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa. dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Dalam pembelajaran sejarah misalnya guru menampilkan
video singkat yang mengambarkan tentang perlawanan di berbagai daerah yang
dilakukan bangsa Indonesia pada masa penjajahan bangsa barat, seperti Perang
Dipenegoro, Perang Padri, Perlawanan Kapitan Patimura, Perlawanan Sultan
Hasanudin, Perlawanan Patih Jelantik dan lain sebagainya. Kemudian peserta
didik mengamati secara cermat video tersebut dilanjutkan dengan mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Peserta didik dikelompokan
dengan anggota 5-6 orang tiap kelompok membuat karya tulis tentang satu
perlawanan daerah.
b. Mendesain
Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa
diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek. Misalnya sitematika karya tulis tentang
perlawanan daerah itu sendiri, mencari data/sumber/informasi bacaan dimana.
c. Menyusun
Jadwal (Create a Schedule)
Guru
dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1) membuat
timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek karya ilmiah tentang
perlawanan daerah masa penjajahan barat,
2) membuat
deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek karya ilmiah tentang
perlawanan daerah masa penjajahan barat,
3) membawa
peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek
karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan barat, dan
5) meminta
peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d. Memonitor
siswa dan kemajuan proyek (Monitor the
Students and the Progress of the Project)
Guru
bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan
cara menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan
menjadi mentor bagiaktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. Dalam
pembuatan karya ilmiah karya ilmiah tentang perlawanan daerah masa penjajahan
barat siswa harus mencermati sudah berapa hari,
pekerjaan sudah samapi apa dan guru menayakan kemajuan pekerjaan siswa
e. Menguji
Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian
dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi
Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada
akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Guru akan menayakan
pengalaman pada waktu mencari sumber atau waktu menulis, juga menayakan
pengalam siswa pada waktu melaksanakan kegiatan penulisan karya ilmiah tentang
perlawanan daerah bangsa indonesia masa penjajahan barat.
Berikut ini adalah rincian pelaksanaan pembelajaran
sejarah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek atau Project Based
Learning terbagi menjadi tiga tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
1) Guru
meminta salah seorang siswa untuk memimpum doa
2) Guru
bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, meyiapkan media, dan
alat serta buku yang diperlukan)
3) Guru
menyampaikan topik pembelajran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki
kepada siswa
4) Guru
memberikan motifasi tentang pentingnya topik pembelajaran ini
5) Guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok misalnya delapan kelompok
b.
Kegiatan inti
1)
Siswa duduk dalam
kelompoknya masing-masing
2)
Guru menayangkan
beberapa gabrar/foto :
a)
Pangeran
Diponegoro
b)
Kapitan Patimura
c)
Sisingamangarja
XI
d)
Sultan Hasanudin,
dan lain-lain
3)
Guru meminta
siswa untuk mengamati gambar-gambar tersebut dengan cermat
4)
Guru mendorong
siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambar-gambar
tersebut
5)
Guru menjelaskan
kegiaitan pembelajaran berbasis proyek. Pada pembelajaran ini siswa diminta
untuk menulis biografi singkat dari para tokoh daerah dengan nilai
keteladanannya, masing – masing kelompok membuat proyek untuk satu tokoh.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a)
Menentukan judul
biografi
b)
Menyusun rencana
dan jadwal misalnya sitematika biografi itu sendiri, mencari
data/sumber/informasi bacaan dimana, berapa hari, analisis dan menyusun jadi
tulisan kapan, selesai kapan.
c)
Memonitoring,
siswa harus mencermati sudah berapa hari, pekerjaan sudah samapi apa dan guru
menayakan kemajuan pekerjaan siswa
d)
Pengujian hasil,
masing-masing menyajikan dan guru memberikan penilaiaan
e)
Evaluasi pengalaman,
guru akan menayakan pengalaman pada waktu mencari sumber atau waktu menulis,
juga menayakan pengalam siswa pada waktu melaksanakan kegiatan penulisan
biografi.
6)
Guru menyampaikan
waktu kerja selama dua bulan.
c.
Kegiatan penutup
(15 menit)
1)
Dalam kegiatan
penutup ini lebih banyak pesan – pesan untu,mengerjakan proyek penulisan biografi
tokoh-tokoh daerah. Halaman sengaja tidak diatur untuk melihat kemampuan
masing-masing kelompok dan keberadaan sumber
2)
Guru memberi
saran kepada siswa, mengerjakan tugas ini mencari informasi dan data dari
berbagai sumber sejarah.
2.4
Keuntungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
Problem
Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa
keuntungan atau kelebihan (KEMDIKBUD), diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
d. Meningkatkan kolaborasi.
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g. Memberikan
pengalaman kepada peserta didikpembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan
pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang
untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i. Melibatkan
para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
j. Membuat
suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik
menikmati proses pembelajaran.
2.5
Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
Problem
Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa
kelemahan atau kekurangan (KEMENDIKBUD), diantaranya adalah sebagai berikut ini
:
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di
mana instruktur memegang peran utama di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e. Peserta didikyang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
f. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
DAFTAR
PUSTAKA
1. Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2013 Mata Pelajaran Sejarah
SMA/SMK Untuk Guru. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan
Kebudayaan Dan Pemjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan
: Jakarta