Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Kearsipan
Dosen Pengampuh Drs. Sutjitro M.Si.
Kelas : B
Anggota
Kelompok :
1.
Reny Putri Aditya (120201302004)
2.
Eka Ariska Putri (120210302005)
3.
Rita Nur Ikasari (120210302038)
4.
Euis
Sundani (120210302050)
5.
Devi Ratnasari (120210302095)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1. PENDAHULUAN
Telah begitu lazim
kata dokumentasi diucapkan, baik itu
pemakaian kata kerjanya seperti didokumentasikan ataupun mendokumentasikan.
Banyak
pengertian mengenai mendokumentasikan maupun dokumentasi. Bagi orang awam, kata
mendokumentasikan sesuatu (apakah itu bertalian dengan suatu peristiwa
ataupun/dan objek tertentu) diartikan sebagai pekerjaan mancatat/merekam/
jalannya peristiwa atau/ dan objek-objek yang dipandang olehnya berharga/
penting agar dapat dilihat-lihat ataupun dikenang di kemudian hari. Namun juga
ada yang mengatakan bahwa mendokumentasikan diartikan sebagai pencatatan atau
perekaman suatu peritiwa/ objek yang dilanjutkan dengn kegiatan penelusuran
lebih lanjut serta pengolahan atasnya sehingga menjadi sekumpulan/ seberkas
bahan bukti yang perlu dibuat dan ditampilkan kembali bila diperlukan pada
waktunya, ataupun sebagai pelengkap atas laporan yang sedang disusunnya.
Sedangkan kata dokumentasi adalah sekumpulan catatan (baik dalam bentuk tulisan
maupun cetakan) serta rekaman tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Pengalaman-pengalaman,
pendapat-pendapat, penemuan-penemuan, maupun spesifikasi-spesifikasi dari
hasil-hasil karya yang tebaru dibidang-bidang tertentu yang dilakukan secara
amat selektif untuk dimanfaatkan sewaktu-waktu sebai bahan mentah dalam proses
penetapan langkah-langkah berikutnya.
McDonough dan
Garrett mengemukakan bahwa dokumentasi merupakan sejumlah bahan bukti yang
terekam/ tercatat memperlihatkan karakteristik-karakteristik dari sebagian atau
semua dari suatu sistem manajemen, termasuk didalamnya seluruh berkas bahan
bukti tentang pilihan-pilihan ataupun keputusan-keputusan yang pernah dibuat
sebelumnya selama pengkajian suatu sistem (maksudnya, pembinaan dan
pengembangan sistem informasi manajemen)
Dari
pengertian-pengertian dari dokumentasi dapat dikategorikan dalam 3 kategori :
1) Dokumentasi
dalam artian yang sempit, merupakan produk (sekumpulan dokumen) dari
kegiatan pengumpulan, pencatatan/registrasi dokumen, penyimpanan dan
penyajiannya kembali bahan mentah (dokumen) itu bila ada yang menanyakan dan
membutuhkannya.
2) Dokumentasi
dalam artian yang luas, merupakan suatu produk karya dari
kegiatan-kegiatan pengumpulan, pencatatan/perekaman tentang suatu/beberapa
peristiwa dan objek-objek yang bertalian dengannya, pengolahan serta
penelusuran lebih lanjut atas data/fakta/dokumen yang bersangkutan,
penyimpanan, dan pendistribusian dokumen-dokumen tersebut baik bila ada yang
menanyakan maupun, tanpa diminta, kepada orang-orang ataupun pihak-pihak yang
dipandang berkepentingan atasnya.
3) Dokumentasi
dalam artian yang khas, merupakan sekumpulan catatan dan rekaman tentang
peristiwa-peristiwa yang telah dan sedang terjadi, pengalaman-pengalaman,
pendapat-pendapat, penemuan-penemuan, maupun spesifikasi-spesifikasi dari
produk-produk yang terbaru dalam sistem manajemen tertentu serta bidang-bidang
yang menjadi kepentingannya yang dilakukan secara amat selektif dan sistematis
untuk dimanfaatkan sewaktu-waktu sebagai bahan mentah dalam proses pengambilan
keputusan.
Dokumentasi
berasal dari kata dokumen yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan
istilah record atau recorded material. Dokumen ini sudah tentu semua
bahan pustaka, baik itu berbentuk tulisan, cetakan maupun dalam bentuk rekaman
lainnya seperti pita suara/cassettes, video tapes, film, filmstrip, slide,
microfilm, microfiche, gambar dan foto.
Jika dilihat
dari asal katanya, dokumentasi dapat ditafsirkan dalam dua versi
1) Sebagai
kumpulan (koleksi) dokumen-dokumen tentang bidang pengetahuan tertentu ataupun
mengenai kegiatan tertentu yang teroganisasi menurut sistem/metode tertentu.
2) Sebagai
gejala aktivitas yang berkaitan dengan proses pengumpulan/pengadaan, pemprosesan
(pengolahan dokumen-dokuemen) secara sistematis dan ilmiah, serta
pendistribusian informasi kepada para jasa informasi.
Dalam versi yang
pertama titik beratnya terletak pada pembinaan dang pengembangan suatu
kumpulan/koleksi bahan pustaka (dokumen) yang mengandung informasi
(data/fakta/statement) yang betautan dan relevan dengan bidang-bidang
pengetahuan maupun kegiatan yang menjadi
kepentingan instansi/korporasi yang membina unit kerja dokumentasi tersebut. Sedangkan
yang versi kedua, pusat dokumentasi itu lebih mengutamakan diperolehnya
informasi (data/fakta/statement) dari dokumen-dokumen itu sendiri secara fisik.
Arti dokumentasi dalam versi yang kedua, yakni yang mencoba mendefinisikan
dokumentasi itu dari hakikat fungsi/tugas/pekerjaannya dan unit dokumentasi
sebagai salah satu komponen dalam suatu sistem, lebih menenkankan pada
sistematik dan sistematika dokumentasi itu sendiri.
Bahwa pusat/unit
dokumentasi merupakan salah satu sarana dalam sistem informasi dalam suatu
organisasi. Apabila berbicara mengenai dokumentasi, maka tidak dapat dielakkan
lagi akan berbicara tentang informasi.
Hakikat Informasi
Dalam artian teknisnya memang
terdapat perbedaan antara data/fakta/ dan informasi. Data lebih banyak
diartikan sebagai figure ataupun bahan mentah yang masuk ke dalam suatu sistem
(sebagai masukan atau input) sebalum ia/mereka diproses dalam suatu bentuk yang
berstruktur (baik polanya, formatnya, spesifikasinya, maupun nomenkalturnya)
secara tertentu untuk suatu tujuan yang tertentu pula. Sedangkan informasi
merupakan suatu keluaran/produk (output) yang berasal dari data yang telah
diproses dan dimanipulasikan untuk menunjang tercapainya suatu/beberapa tujuan
tertentu , lazimnya ia dimanfaatkan dalam proses –proses pengambilan keputusan
ataupun sebagai dasar ataupun penjelasan/kelengkapan laporan.
Beda Dokumentasi dengan
Perpustakaan
Dokumentasi
berasal dari kata dokumen, sedangkan perpustakaan berasal dari kata pustaka
(yang berarti buku) seperti halnya kata library bermula dari kata Yunani
liber (yang artinya buku). Pada masa kini arti “buku” sudah menjadi amat
meluas sehingga perpustakaan tidak hanya berkepentingan dengan buku-buku saja,
namun buku itu diartikan sebagai bahan (pustaka) yang tertulis, tercetak dan
dalam bentuk rekaman lainnya, seperti misalnya pamflet, brosur, film, cassette,
video tape, microfilm, microfiche, peta, gambar, globe, dan bahkan realia.
Ada yang
berpendapat bahwa jenis bahan pustakalah (jenis dokumen) yang membedakan suatu
pusat/unit dokumentasi dengan perpustakaaan. Yang menjadi tulang punggung
koleksi suatu dokumentasi adalah sumber informasi, yang befisik “nonbuku”
(seperti manuskrip-manuskrip, pamflet, brosur, majalah, film, slide, tape,
gambar dan sejenisnya), sedangkan buku menjadi tulang punggung perpustakaan.
Ada yang
perbedaan yang khas dalam kualifikasi kompetensi antara seorang dokumentalis
dengan seorang pustakawan. Alasan yang dikemukakan adalah, bahwa penugasan atas
subject matter (bidang pengetahuan) yang menjadi garapan
instansi/organisasi yang berkepentingan lebih dituntut dari seorang
dokumentalis dari pada pustakawan. Pengetahuan seorang pustakawan bersifat “
generalis “ ditambah penguasaannya dibidang technical know-how
perpustakaan.
Bahwa tugas dari para dokumentalis
adalah mencari, mengumpulkan, menelusuri lebih lanjut, mengolah dan menyuguhkan
serta menyebarkanluaskan informasi dalam model-model maupun format-format yang
dapat diterima orang kepada para ilmuwan dan teknokrat yang sedang terlibat
dalam kegiatan penelitian ataupun bagi kepentingan pangaplikasiaanya didunia
industri.
Dokumentalis
Ilmu
dokumentalis itu sendiri semula memang berasal dari ilmu perpustakaan dan mungkin
saja dapat dipandang sebagai bagian dari ilmu perpustakaan itu sendiri dalam
artian yang luas. Banyak teknik yang digunakan oleh para pustakawan dipandang
esensial oleh para dokumentalis, walaupun pada tahap perkembangan selanjutnya
oleh para dokumentalis diberikan penekanan-penekanan yang jauh berbeda dari
yang semula. Dengan begitu secara esensial dunia dokumntasi berbeda dengan
dunia perpustakaan dalam artian profesionalnya.
Para dokumentalis terutama sekali,
tidak berkepentingan atas penanganan buku-buku, pamflet, dan bahan yang
sejenisnya sebagi unit-unit, tetepi meraka lebih banyak berkepentingan atas
penyusunan/pengolahan informasi yang terkandung dalam dokumen-dokumen itu
sendiri bersama-sama dengan data-data dari sumber-sumber informasi lainnya
untuk dijadikan suatu kumpulan data/informasi/ informasi yang baru.
3.
KEDUDUKAN UNIT DOKUMENTASI DALAM SUATU ORGANISASI
Sebagai suatu
subsistem dari sistem informasi, unit dokumentasi berkepentingan atas :
- Desain struktur komunikasi
Sebagai desain struktur
komunikasi dari organisasi penaungnya agar dapat menempati posisi kunci dalam
menampung, memproses dan menyalurkan informasi – informasi yang masuk maupun
keluar organisasi.
Desain struktur informasi tersebut banyak berbicara
mengenai penerapan sruktur internal organisasi, kaitannya dengan hal ini
terdapat aspek aspek yang berhubungan dengan interelasi, terutama yang
berkaitan dengan pertanyaan – pertanyaan :
1. Siapa harus memberikan laporan kepada siapa, bila
dipandang dari sudut kewenangannya ?
2. Siapa yang harus bertangguung jawab atas masalah –
masalah tertentu ?
Kedua pertanyaan
ini sangat penting, dan pemberian jawaban atas kedua pertanyaan itu penting
bagi jalanny operasi organisasi korporasi secara efektif.
- Pola jalur informasi, arus informasi dan keputusan yang diambil organisasi
Pusat dokumentasi
sebagi gate keeper akan lebih fungsional apabila menganut siterm terbuka, yaitu
organi sasi terdiri atas unit-unit yang saling berinterasik satu sama lain dan
dengan lingkungan luar organisasi tersebut. tingkat fungsional tersebut
ditentukan oleh berbagai faktor seperti :
1. Adanya kesiapan dan kepastian yunit dokumentasi tersebut
dalam menunjang tercapainya pelaksanaan tugas.
2. Sikap dan orientasi pimpinan yang berangkutan.
Dengan kata lain
suatu yunit dokumentasi hanya dapat berfungsi sebagaimana mestinya apabila
petugasnya memahami dengan jelas tujuan yang ingin dicapai, peka terhadap
perubahan, tahu tugas dan tanggung jawabketersedian dana yang diperlukan
memiliki sikap pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan. Selain itu juga ada
faktor lain yang turut menentukan kdudukannya seperti sikapdan orientasi dari
pimpinan.
Rangsangan
untuk Desentralisasi
Diferensiasi idalam
uniit dokumentasi yang membuat sub unit utamanya mampu menghadapi lingkungan
yaitu unit dokumentasi berusaha semaksimal mungkin mengadaptasi diri sesuia
dengan perkembangan struktur organisasi, prosedur kerja, praktek operasional.
Tujuannyay adalah agar tidak terjadi duplikasi informasi yang penting serta
menghindari adanya pemborosan tenaga, sasaran dan fasilitas.
Dengan
desentralisasi yang sifatnya terbatas dan terarah diharapkan sub yunit yang
menjadi inti sistem informasi tersebut dapat peka terhadap arus informasi yang
ada dan mampu memprosesnya dengan cepat. Oleh Clark, Krone dan McWhinney
sebagai suatu open sistem planing dari suatu organisasi diterapkan agar :
1. Dapat mempertajam tujuan misinya
2. Mampu melihat secara objektif pola tanggapan organisasi
atas tuntutan ynag datang dari lingkungan sekitar
3. Dapat memproyeksikan sistem ideal yang dituntut
4. Mampu merumuskan aktifitas dan perilaku yang harus
dikembangkan untuk keadaan yang diinginkan
5. Dpat menganalisis keefektifan biaya
Dalam penerapannya
open sistem harus terlebih dahulu dikaji struktur organisasi, fungsi tugas dan
pekerjaan yang harus di jalankan.
4. KOLEKSI SUMBER INFORMASI UNIT DOKUMENTASI
Kaitannya dengan
mengkaji isi pusat dokumen suatu organisasi, ada baiknya dapat dilihat dari
sisi badan yang ditinjau dari enam dmensi yang saling berkaitan diantaranya
adalah lingkungan, strategi yang akan diterapkan, program yang dijalankan,
struktur organisasi, perilaku yang terjadi dalam organisasi dan teknologi yang
diterapkan.
Sejalan dengan hal tersebut informasi yang dibutuuhkan
organisasi kaitannya dengan keenam hal tersebut yaitu
- Dimensi lingkungan
Setiap organisasi
selalu menghadapi dua jenis lingkungan
yaitu lingkungan yang ada di dalam dan di luar organisasi tersebut.
lingkungan dalam irganisasi tercermin dalam dimensi – dimensi lainnya. Kondisi
eksternal yang dihadapi oleh organisasi diantaranya adalah sektor ekonomis yang mencakup fenomena – fenomena karakteristik dan
struktur industri kekuatan dan kelemahan pihak yang menjadi saingan
kecenderungan pasar dan lain lalin, sektor
sosial menyangkut perkembangan teknolog dalam dunia usaha yang dianut oleh
masyarakakt, psikologi tentang konsumen, pengaruh kelompok minoritas dll, sektor hukum meliputi peraturan
pemerintah yang berlaku dalam dunia uasaha atau dunia administrasi organisasi.
- Dimensi strategi
Suatu organisasi
berkaitan dengan ruang lingkup produk pokok organisai tersebut, penekannanya
pada aspek-aspek yang mampu bersaing dipasaran dan tujuan yang ingin dicapai.
- Dimensi program
Mencakup program –
program implementasi pokok yang telah dikembangkan oleh organisasi dalam
kerangka pelaksanaan strateginya. Yang lebih banyak mengemuikakan spesifikasi
teknis dari program dalam rangka tujuan proses dan strategi organisasi secara
keseluruhan.
- Dimensi struktur organisasi
Mencerminkan
anatomi suatu organisasi yang memusatkan perhatiannya pada mekanisme serta
proses yang menghubungkan berbagai bagian organisasi yang bersangkutan. Untuk
itu mska dibutuhkan pemimpin atau pihak menejeman tentang dimensi ini, maka
diperlukan pengelompokan unsur pokok struktur organisasi diantaranya distribusi
fungsi diseluruh organisasi atau dalam struktur organisasi lain yang dipandang
sukses, hubungan kekuasaan secara vertikal dan horizontal, proses komunikasi
atau pengambilan keputusan dalam organisasi, kebijakan yang dijalankandan
sistem imbalan.
- Dimensi perilalaku
Menyangkut data
tetang epat buah aspeksuatu organisasi diantaranya adalah tentang individu,
hubungan-hubungan antar persona, perilaku kelompok, perilaku antar kelompok.
Informasi ini diperlukan oleh pemimpin karena mereka berfikir performasi
seseorang dalam menyelesaikan tugas sangat ditentukan oelh perilaku erorng,
perilaku antar kiellompok hubungan antar manusia dan hubungan antar elompok
kerjan itu sendiri.
- Dimensi teknologi
Dimensi ini
meliputi teknologi yang dipakai dalam produksi, data tentang pabrik,
perlengkapan dan bahan yang dipakai serta aspek fisik organisai yang
bersangkutan.
5. SISTEM JARINGAN INFORMASI
Suatu
jaringan informasi pada dasarnya merupakan kumpulan dua atau lebih unit/pusat
dokumentasi secara bersama-sama berusaha untuk saling memperkuat atau
melengkapi kekuatan koleksi sumber-sumber informasi yang mereka miliki serta
melancarkan dan mempertinggi mutu pelayanan informasi yang mereka berikan
kepada para pemakai jasa layanan informasi. Eksitensinya terjadi karena
timbulnya beberapa faktor, diantaranya ialah:
a.
Keterbatasan-keterbatasan
yang dihadapi oleh unit-unit dokumentasi yang menjadi anggotanya (keterbatasan
dalam segi tenaga, waktu, dana, koneksi sumber informasi, produser pengadaan,
sumber informasi, dan sebagainya)
b.
Adanya interaksi
antara para anggotanya
c.
Adanya interest
(kepentingan dan memiliki tujuan yang sama)
d.
Terkumpulnya mereka
untuk kepentingan penyelesaian sesuatu atau beberapa aktivitas kerja tertentu
yang sifatnya sinambung.
Beberapa jenis sistem jaringan informasi yakni :
a.
Sistem jaringan
informasi yang sifatnya horizontal, terdiri atas unit-unit dokumentasi yang
tingkatannya sama dan bergerak dibidang-bidang pengetahuan yang sama pula
b.
Sistem jaringan
informasi yang bersifat vertikal, merupakan realisasi dari usaha koordinasi dan
integrasi dari berbagai unit dokumentasi yang ada dalam suatu
organisasi/korporasi
c.
Sistem jaringan informasi yang sifatnya acak
(random), merupakan himpunan kerjasama antara berbagai unit/pusat dokumentasi
tanpa membatasi pada spesialisasi pengetahuan yang menjadi bidang penerapannya
maupun tingkatan hierarkis instansi unit-unit/pusat dokumentasi tersebut.
Beberapa keuntungan sistem jaringan informasi antara
lain, sebagai berikut :
1.
Memungkinkan bagi
para anggotanya untuk saling bertukr ide dan pengalaman serta mencarai
pemecahan atas masalah yang yang sedang dihadapi oleh mereka
2.
Dapat
mengidentifikasi kekuatan koleksi sumber-sumber informasi masing-masing anggota
serta mengantisipasi jenis informasi dan bantuan dari para anggota lainnya bila
diperlukan
3.
Mampu menyelaraskan
dirinya (unit dokumentasi itu) dengan perkembangan-perkembangan terbaru di
bidang-bidang sosial teknologis yang berkaitan dengan dunia informasi
4.
Lebih mudah
memuasatkan perhatiannya dalam membina dan mengembangkan kolekinya dalam bidnag
spesialisasi yang menjadi garapan organisasi/korporasinya sehingga terhindar
dari pemborosan dana, waktu, tenaga, dan ruang bagi dokumen-doumen yang
sekiranaya sudah dibina oleh unit-unit dokumentasi lain yang turut menjadi
anggota sistem jaringan itu
5.
Bibliographic
control atas semua sumber informasi yang terdapat dalam koleksi unit-unit
dokumentasi dalam sistem jaringan informasi yang bersangkuta lebih mudah
terbina serta dapat diciptakan keseragaman model, foermat, dan gaya teknis
dalam pemrosesan bibliografi, indeks, dan abstraksi artikel-artikel ilmiah
6.
Penelusuran
informasi yang diminta hanya memerlukan waktu yang relatif singkat
7.
Suatu sistem
jaringan informasi sering melaksanakan berbagai bentuk latihan dalam upayanya
meningkatkan kualifikasi tenaga dokumentasi dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan informasinya
8.
Bila saja
koordinasi dalam pengadaan sumber-sumber informasi dapat dilakukan dengan baik,
maka proses pembinaan dan pengembangan sumber-sumber informasi akan amat
dipermudah dan dipersingkat jalannya
9.
Kesepakatan dalam
pembakuan model-model, format-format serta gaya dan hal-hal teknis dalam
penulisan pengolahan dan layanan informasi akan mempermudah setiap unit/pusat
dokumentasi maupun bagi para pmekai jasa layanan informasi
Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa suatu sistem jaringan informasi yang dibentuk oleh
beberapa unit/pusat dokumentasi merupakan suatu wadah yang sifatnya
koordinatif, konsultatif, fasilitatif, dan sistematik bagi semua anggotanya.
Dan tujaun utamanya adalah menunjang kelancaran arus informasi ke setiap
organisasi/korporasi yang unit/pusat dokumentasinya menjadi anggota sistem itu.
Sistem Nilai
dan Norma
Sistem
jaringan informasi memilki dan memegang teguh suatu sistem nilai dan
norma-norma perilaku tertentu. Sebagai suatu kelompok kerja yang sifatnya
informal dinamikanya (khususnya tingkat produktivitasnya) banyak ditentukan,
antara lain, oleh norma-norma perilaku yang dipegang oleh para anggotanya.
Menurut Porter, Laurer, dan Hackman karakteristik utama norma yang perlu
dipahami dengan baik bila ingin dicapai suatu dinamika sistem jaringan
informasi yang tinggi, yakni:
- Norma hanya diterapkan pada perilaku, dan bukan terhadap pikiran-pikiran maupun perasaan-perasaan anggota;
- Walaupun begitu, norma-norma yang dianut oleh suatu sistem jaringan informasi pada umumnya hanya dikembangkan bagi perilaku-perilaku yang dipandang penting saja bagi sebagian besar anggota; dan
- Disamping itu, norma apapun yang dikembangkan olehnya, pasti memiliki rentangan tertentu bagi perilaku yang dapat diterima oleh para anggota yang bersangkutan.
Berdasarkan karakteristik di atas terdapat tiga tingkatan
norma dasar diantaranya :
a.
Norma-norma yang
mengandung nilai yang lebih disukai ( the preferred value norms ). Artinya
jangkauan perilaku anggota hendaknya tidak lebih, namun hendaknya tidak kurang
dari apa yang telah ditetapkan atau disepakati secara bersama.
b.
Norma-norma ideal
yang tidak mungkin terjangkau ( the unattainable-ideal norms ), norma ini
sesungguhnya mengatur perilaku kerja para anggota sistem jaringan informasi
dalam rangka, dan menjadi fokus, keefektfan sistem jaringan tersebut.
c.
Norma-norma ideal
yang dapat dicapai (the attainable ideal nort) merupakan norma-norma yang
mengatur dan menstimulasi para anggota sistem jaringan informasi untuk
berperilaku hanya sampai batas-batas tertentu saja.
Norma perilaku
dan kehidupan sistem jaringan
Sejalan dengan suatu tatanan perilaku bagi para anggota
kelompok kerja, maka setiap sistem jaringan informasi akan:
a.
Cenderung
memperketat pelaksanaan norma-norma jika hal itu memang menjamin tercapainya
kesuksesan dan kelangsungan hidupnya;
b.
Menerapkan
norma-norma perilakunya secara tegas apabila dipandang hal itu memang
merefleksikan keinginan-keinginan para pemuka (leading figures) atau para
anggota yang berpengaruh dalam sistem jaringan yang bersangkutan.
c.
Sistem akan
menerapkan suatu norma secara ketat bila ternyata bahwa sistem itu pernah
mengalami suatu peristiwa kritis dalam perjalanan hidunya, sehingga dipandang
perlu adanya suatu norma tertentu yang dipegang tegung oleh anggotanya;
d.
Tidak jarang norma
perilaku tertentu diterapkan secara ketat karena secara kebetulan ada suatu
pernyataan yang terang-terangan dari seorang tokoh ataupun dokumentalis yang
berpengaruh, walaupun tidak langkah statement tersebut tidak dibarengi oleh
penjelasan secukupnya;
e.
Keputusan-keputusan
yang telah diambil secara bersama dan dengan sadar menyebabkan para anggota
sistem jaringan memegang teguh norma-norma perilaku yang bersangkutan;
f.
Norma sistem
jaringan informasi akan diperkuat apabila dipandang bahwa hal itu dapat
memperkuat dan mempertegas peran-peran khusus anggotanya secara individual.
Implikasi
norma dalam sistem jaringan informasi
Keefektifan suatu jaringan informasi itu bergantung pada
tiga faktor utama yakni:
a.
Nilai norma yang
ada dalam sistem tersebut;
b.
Tingkat kekohesifan
para anggota dalam sistem tersebut;
c.
Sikap pihak yang
mengelola sistem tersebut.
Menurut Feldman dan Arnold (1983) tingkat kekohesifan
suatu kelompok kerja atau sistem itu ditentukan antara lain, oleh :
a.
Tujuan bersama yang
ada; 1. Dorwin Cartwright (1969), bahwa adanya kebersamaan tujuan itu
benar-benar relevan dengan motivasi dasar pada anggotanya. 2. Raven dan
Rietsema (1957), mengutamakan nilai insetif yang terkandung dalam tujuan
bersama itu bagi individu yang bersangkutan;
b.
Persamaan dalam
sikap dan sistem nilai di kalangan para anggotanya.
Makin tinggi tingkat kekohesifan suatu kelompok kerja
(sistem jaringaan) itu, makin besar kemungkinannya bagi terciptanya tingkat
produktivitas yang diharapkan. Suatu sistem jaringan dikatakan efektif bila:
a.
Tingkat kualitas
dan kuantitas produksi sistem tersebut memenuhi kriteria-kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya;
b.
Para anaggotanya
memang merasakan adanya kepuasan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan bagi
pengembangan pribadi mereka, dan
c.
Mereka mengalami
sendiri adanya pemeliharaan dan peningkatan kemampuan-kemampuan mereka untuk
bekerja sama dalam pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan di atas pundak
mereka.
Menurut Thomas G.Cummings (1981) keefektifan suatu sistem
ditentukan oleh apakah ia dapat memenuhi kriteria-kriteria teknologis, politis,
dan manusiawi. Adanya perbedaan antara Hackman dan Thomas G. Cummings di atas,
karena disebabkan oleh :
a.
Norma-norma yang
berkaitan dengan perilaku;
b.
Mereka diterima
oleh sistem jaringan informasi karena dipandang penting dan disetujui oleh
sebagian besar anggota sistem tersebut;
c.
Tidak seluruh
anggota sistem memiliki sikap dan sistem nilai yang benar-benar sama dalam
berbagai hal;
d.
Karakteristik
organisasi/korporasi, yang didalamnya unit/pusat dokumentasi yang bersangkutan
menjadi salah satu dari sarana sistem informasinya, adalah khas organisasi atau
korporasi yang bersangkutan yang pasti berbeda (sedikit-banyak) dengan
karakteristik organisasi atau korporasi yang lainnya.
6. PENGORGANISASIAN DOKUMEN
Ada dua versi makna dokumentasi, yaitu: yang pertama, ia
merupakan suatu kumpulan (koleksi) dokumen tentang bidang pengetahuan atau
kegiatan tertentu yang mengutamakan kehadiran dokuman-dokumen itu secara fisik;
dan yang kedua, ia merupakan suatu kumpulan (koleksi) informasi dimana
kiehadirandokumen-dokumennya secara fisik kurang dipentingkan, terutama dengan
makin digunakannya fasilitas komputer dalam hal ini.
Pada dokumentasi dijumpai berbagai sistem, metode, dan
teknik pengorganisasian dokumen. Semua itu bergerak dalam suatu rentangan
perkembangan dari yang dapat dikatakan “sudah ortodoks” sampai ketahap yang
paling canggih/ mutahir. Masing-masing sistem, metode, dan teknik
pengorganisasian tadi memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri-sendiri.
Setiap sistem, metode, dan teknik
pengolahan/pengorganisasian dokumen, itu bertujuan agar semua informasi yang
terkandung dalam bahan-bahan sumber informasi itu dapat:
- Terpelihara dengan baik, namun juga mudah untuk disisihkan bila ternyata data/fakta yang dikandungnya sudah tidak akurat lagi (basi).
- Tersusun secara sistematis, namun mampu memberikan fleksibelitas yang tinggi sehingga data atau fakta yang relevan dapat dikumpulkan menjadi satu dan berurutan.
- Mudah dimengerti dan digunakan oleh setiap orang.
- Terjamin keajegannya (konsistensinya) baik dalam susunan, terminologi, simbol-simbol, deskripsinya, dan seterusnya, dan
- Bersifat ekonomis (hemat ruang, dana, waktu, dan tenaga)
Seorang dokumentasi dapat saja memilih salah satu sistem,
metode dan teknik yang relevan bagi pelaksanan pengorganisasian
dokumen-dokumennya, meskipun berbeda dengan yang dipakai oleh unit/pusat
dokumentasi lainnya. Perlu diingat bahwa keunikan itu memeng selaras dengan
keunikan karakteristik organisasi/korporasi yang dilakukannya.
Para dokumentalis lebih senang menggunakan sistem UDC
(Dewey Decimal Classification) edisi ke-19, dalam mengklasifikasikan
bahan-bahan pustaka yang ada dalam unit/pusat dokumentasi, karena sisitem ini
sudah lazim digunakan orang lain yang seprofesi. Sikap yang demikian itu
ditandai dengan hal-hal berikut:
- Agar lebih mudah mengelola bahan-bahan yang memiliki subjek-subjek yang mendetail dan kompleks yang sukar diselesaikan.
- Untuk menjaga agar tercipta keselarasan dan keseragaman sistem klasifikasi di antara semua unit/pusata keselarasan dan keseragaman sistem klasifikasi di antara semua unit/pusat dokumentasi sehingga mempermudah terjalinnya kerja sama dalam pengolahan dan penulisan informasi di antara mereka; dan
- Karena alasan bahwa sistem UDC ini memang telah diciptakan khusus untuk pusat-pusat dokumen.
Lazimnya, isi koleksi suatLazimnya, isi koleksi suatu
unit/pusat dokumentasi terdiri atas beberapa bahan-bahan. Mereka dapat berupa
literatur primer ( yang mengandung ide, pengalaman, penemuan, atau ciptaan yang
orisinil dari isi pengarang atau penciptanya sendiri yang belum pernah
dikemukakan/ dihasilkan oleh orang lain sebelumnya ) maupun litertur sekunder
(yang berupa buah karya seseorang atau suatu badan yang di dalamnya ide,
pengalaman, penemuan, atau ciptaan aslinya adalah dari orang lain). inti isi
koleksi suatu unit/pusat dokumentasi seharusnya berupa literatur primer
kemudian ditunjang oleh literatur sekunder serta bahan-bahan referensi yang
relevan dan aspek-aspek yang menjadi kepentingan suatu organisasi/korporasi.
Proses
Pengolahan Dokumen
Ada beberapa langkah dalam pengolahan dokumen-dokumen
yang masuk ke dalam unit/pusat dokumentasi. Urut-urutan langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut;
- Pemeriksaan atas dokumen yang masuk
Setiap jenis
bahan pustaka/dokumen yang masuk ke unit/pusat dokumentasi perlu dengan segera
diperiksa dengan seksama untuk mengetahui apakah;
1)
Dokumen tersebut
sesuai dengan yang dipesan/dibutuhkan oleh oeganisasi/korporasi yang
bersangkutan.
2)
Kondisi dokumen
tersebut baik, artinya halamannya lengkap, tidak rusak ataupun topografinya
kurang jelas dan seteruanya.
3)
Sortirlah
dokumen-dokuemn tersebut sesuai dengan kelompok jenisnya untuk mempermudah
administrasi, serta pemrosesan dokumen selanjutnya dan kirimkn masing-masing
jenis dokumen itu ke bagian-bagian atau subunit-subunit yang bertanggung jawab
atas pengolahan mereka itu.
Setelah melakukan ketiga tahapan pemrosesan tersebut,
kemudian menjalani pemrosesan lebih lanjuat.
- Inventarisasi dokumen
Pada dasarnya
setip data yang masuk harus diinvenratiskan, kecuali jenis bahan-bahan pustaka
yang tergolong ke dalam kategori ephemeral materials (seperti brosur, pamflrt,
dan lainnya). Dokumen-dokumen yang tidak membutuhkan proses inventarisasi,
mengingat kandungannya cepat kadaluarsa dan secara fisik jenis bahannya tidak
dapat tahan lama.
Langkah –
langkah dalam meninventarisasikan dokumen-dokumen, diantaranya sebagai berikut;
1)
Semua jenis dokumen
harus dibubuhi tanda cap intansi/organisasi yang bersangkutan,
2)
Pada sisi belakang
halaman judul hendaknya diterakan agenda
seperti tanggal penerimaan dokumen dan keretangangan lain,
3)
Regristasikan
dokumen tersebut, setelah itu;
·
Bila dokumen itu
berbentuk buku, catatlah itu dalam buku induk (Accession book),
·
Bila dokumen itu
berupa majalah/harian, catatlah ia dalam cardex. Kartu regristasi ini dapat
dibuat dalam berbagai warna, namun yang terpenting adalah bahwa ia jangan
berwarna putih karena cepat kotor,
·
Bila dokumen itu
berupa pamflet/brosur/leaflet yang datangnya secara teratur yang
diregistrasikan dan dibuaykan kardeksnya serta kartu-kartu rujukannya dalam
katalog, indeks, dan kartu abstraksi di bawah tajuk-tajuk subjek yang berkaitan
erat dengannya.
·
Bila dokumen itu
berupa film, filmstrip, microfilm tape, video, dan piringan hitam, dapat
diinventariskan dalam buku induk sebagaimana buku-buku diregristasikan, namun
dapat pula dipisahkan. Tapi yang perlu diingat bahwa keterangan-keterangan yang
pokok tentang setiap dokumen jenis ini harus dicatat secara lengkap (seperti;
lamanya waktu pemuaran, panjangnya dokuman, dan yang lain).
·
Bila dokumen berupa
gambar, foto, dan grafik hendaknya penginventarisasiannya tidak melupakan
jenis-jenis keterangan penting yang harus tercantum dalam buku induknya. Agar
dokumen gambar, foto, dan garfik tidak berdiri sendiri.
4)
Memasukkan kartu
(kardeksnya) kedalam bak/laci kardeksnya tersusun dengan rapi secara alfabet,
5)
Sebelum dokumennya
disusun dalam vartical file cabinet dibawah tajuk subjeknya ia harus dibuatkan;
kartu rujukan yang disusun dalam kabinet katalog di bawah subjek-subjeknya yang
relevan, serta dibuatkan indeks dan abstraksinya yang bersama-sama dengan
indeks-indeks serta abstaksi-abstaksi lainnya yang disusun secara periodik
kumulatisi.
Sistem vertikal file merupakan suatu sistem penyimpanan bahan-bahan jenis
surat, pamflet, brosur, leaflet, dan yang lain disusun dalam lemari (kabinet)
yang memiliki laci-laci tempat penampungan map-map yang lazimnya dipakai dalam
dunia kearsipan. Perlekapan yang diperlukan untuk sistem vertical file adalah
Kabinet Arsip, Folder maps, Guides, dan Label-label. Pada Folder maps dapat
dikategorikan dalam;
·
Individual
foldermap,
·
Numerical
foldermap,
·
Special foldermap,
·
Special foldermap,
·
Miscellaneou
foldermap,
·
Out foldermap.
- Pembuatan katalog, indeks, dan abstraksi
Tujuan pokok
kegiatan ini adalah agar dapat tercipta alat-alat bantu bagi penulisan
informasi oleh para pemakai jasa layanan informasi serta staf unit/pusat
dokumentasi dalam usaha mereka menemukan semua informasi yang mereka butuhkan
dalam waktu yang relatif singkat. Pada pembuatan katalog, indeks serta
abstraksi dapat dilakukan sebagai berikut;
1)
Bila dokumen itu
berupa buku(dan sejenisnya), film, mikrofilm, filmstrip, tape dan piringan
hitam, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan.
·
Klasifikasi menurut suatu sistem klasifikasi yang telah
dipilih dengan masak-masak dan tentukan Call numbernya.
·
Pilihan aturan
katologisasimana yang dipandang cocok untuk unit/pusat dokumentasi yang
bersangkutan, tetapi tindakan ini harus dijaga konsistensinya.
·
Tentukan
rujukan-rujukan yang diperlukan agar materi-materi dalam dokumen tidak
terisolir dai materi yang lain yang relevan.
·
Melengkapi dokumen
yang bersangkutan dengan label, date slip, kartu dan kantung untuk pencatatan
tanggal peminjaman/pengembaliannya. Setelah selesai, dokumen tersebut dapat
langsung disusun dalam kabinet masing-masing atau rak buku(bila ia berupa
buku).
2)
Bila dokumen itu
berupa pamflet, brosur, leaflet, manuskrip yang masih belum terjilid,
surat-surat foto, gambar, dan yang sejenisnya, maka pengolahannya dilakukan
seperti yang telah diuraikan dalam bab inventarisasi.
3)
Bila dokuman
tersebut adalah majalah ataupun surat kabar, maka setelah proses inventarisasi
dijalankan, perlu dilakukan beberapa pengolahan sebagai berikut;
·
Memeriksa lebih
dulu, apakah terdapat artikel-artikel yang esensial yang perlu segera
dikomunikasikan kepada klien-klien yang berkepentingan atasnya.
·
Kemudian periksalah
indeks artikel-artikelnya,
·
Setelah itu
dipanjangkan pada rak atau stand pajangan untuk jangka waktu tertentu. Ingat
dokumen yang diberi indeks hanya dokumen yang penting dan relevan bagi
bidang-bidang garapan organisasi/korporasi yang bersangkutan.
·
Tahapan terakhir dokuman dapat segera disimpan
dalam file masing-masing.
4)
Khusus tentang dokumen-dokumen
yang berupa laporan hasil-hassil penelitian dan sejenisnya dapat dikelola
sebagaimana halnya dengan dokumen-dokumen yang berupa buku, perlu dibuatkan
abstraksinya. Pembuatan abstraksi dapat bersifat deskriptif, analisis, ataupun
evaluatif, bergabung pada sifat permintaan informasi yang lazimnya masuk ke
unit/pusat dokumentasi yang bersangkutan. Kalau abstraksi iu cukup bersifat
deskriptif, maka ia mudah saja dikerjakan oleh seorang pustakawan/dokumentasi
yang kualifikasinya adalah generalist. Akan tetapi, bila yanga dituntut adalah
abstraksi yang sifatnya analisis atau evaluatif, maka seorang generalis pasti
tidak akan mampu, jadi unit/pusat dokumentasi harus memakai tenaga-tenaga
subject specialist untuk menjalani pembuatan abstraksi jenis ini.
- Bila semua dokumen telah diorganisasikan dengan efektif dan efisien, selaras dengan karakteristik khas organisasi/korporasi, maka yang dipikirkannya kini tinggal bagaimana dapat memberikan pelayanan informasi yang baik, peka dan tanggap terhadap setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungannya, dan upaya meningkaykan marketing sumber-sumber informasi yang tersimpan dalam file-file di unit/pusat dokumentasi yang bersangkutan
7. PELAYANAN INFORMASI
Thomas Landau
(1968, p, 153) bahwa layanan perpustakaaan pada umumnya lebih banyak menitik
beratkan kepada penyampaian dokumenasi seyogyanya lebih banyak memberikan
tekanan kepada penyampaian informasinya an sich.
a) Pelayanan Referensi
Reference service berasal dari kata refer yang artinya
“menunjukkan kepada” sesuatu, namun ia
sulit diterima dan diterjemahkan dengan layanan penunjukan. Pada suatu
unit/pusat dokumentasi kiranya tidak
cukup hanya menunjukkan atau menyajikan dokumen/buku yang diminta oleh seorang
pemakai jasadalam memenuhi layanan informasi dalam memenuhi kebutuhan informasi hyang
diajukan olehnya. Orang yang membutuhkan informasi membutuhkan data-data dan
fakta-fakta yang relevan, dirangkum bahkan telah diolah. Oleh karena itu
definisi pelayanan referensi adalah pemberian bantuan secara perseorangan yang sifatnya
langsung,selengkap dan serelevan mungkin dalam mencari dan menelusuri informasi
tertentu yang diminta oleh pemakai jasa layanan informasi. Disuatu pusat
dokumentasi, dalam pemrosesan bahan-bahannya, selalu diupayakan agar semua rujukan
yang diperlukan dan memang relevan harus dibuat/dikerjakan. Tingkat keefektifan
dan efesiensi layanannya akan banyak berpengaruh kepada penilaian para pemakai
jasa layanan informasi atas status dan unit/pusat dokumentasi itu dalam
struktur organisasi lembaga penaungnya. Permintaan-permintaan informasi mereka
dapat diantisipasikan dan segala pengorganisasian bahan/dokumen telah diarahkan
untuk menjawab tentang permintaan informasi.
b) Current Awarenes Service
Current awaranes
services merupakan sekolompok pelayanan yang dilakukan oleh suatu unit/pusat
dokumentasi yang tujuannya memberitahukan kepada tersedianya atau hadirnya
informasi-informasi baru kepada kliennya. Suatu unit/pusat dokumentasi itu misi
utamanya adalah memberikan informasi secepat, seakurat, dan semutakhir mungkin
kepada masyarakat khusunya yakni para warga suatu organisasi/korprosi
tertentu). Suatu layanan dikatakan selektif jika ia lebih menitikberatkan
kepada orientasi pelayanannya kepada kelompok-kelompok individu sesuai dengan
keahlinya, pekerjaan/jabatan, dan kebutuhan informasi mereka. Layanan Current
awaraness dikatakan terspesialisasi, berani bahwa layanan pemberian informasi
itu khusus mengenai bidang-bidang pengetahuan teknologi yang menjadi
kepentingan organisasi atau pusat dokumentasi
menjadi salah satu dari sistem informasi.
Beberapa jenis
layanan yang termasukn dalam katagori current awaranes services sebagai berikut
:
1. SDI/selective dessimination of information yaitu suatu
penyebaran informasi yang ditunjukkan kepada pihak-pihak atau individu-individu
tertentu sesuai sengan keahlian dan kebutuhan informasi. Layanan ini dilakukan
secara periodik, walaupun terkadang dapat pula bersifat insindenetal sesuai
dengan hadirnya informasi baru yang dipandang sangat penting dan mendesak, yang
bentuk fisik medianya dapat bervariasi dari waktu ke waktu.
2. Penyebaran daftar penambahan dokumen-dokumen baru kepada
seluruh bagian/subbagian dari organisasi/badab korporasi yang bersangkutan
merupakan pola suatu langkah untuk memupuk kesiagaan informasi dikalangan warga
masyarakat yang dilayani oleh pusat dokumentasi. Kehiatan ini dilakukan oleh
unit dokumentasi maupun perpustakaan secara perioddik.
3. Layanan display dokumen-dokemun yang berhubungan dengan
topik/masalah yang sedang hangat yang menyangkut kehidupan organisasi/korporasi
yang bersangkutan. Layanan ini bersifat insindental. Seorang dokumentasilis
yang baik akan mengusahakan display yang selengkap mungkin artinya
dokumen-dokumen yang dipajangkan dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang sifatnya
provokatif serta rujukan kepada sumber-sumber lainnya yang dipandang relevan
dssan penting.
c) Layanana Binliografis
Tidak ada satupun
pusat dokumentasi didunia ini yang merasa bahwa koleksinya telah mampu memenuhi
semua tuntutan informasi dari pemakai jasa layanan informasi. Untuk membatasi
sumber informasi setiap pusat informasi sokumentasi selalu beruasaha menyusun
suatu daftar yang berisi dokumen-dokumen, baik yang telah tersedia dalam
koleksinya, dan yang paling diutamakan yang terdapat dalam pusat-pusat sumber
informasi lainnya(baik lembaga/organisasi yang sejenis maupun dar
lembaga-lembaga lain misalnya perpustakaan universitas, lembaga-lembaga
peneliti dalam lingkungan suatu departemen tertentu dan lembaga-lembaga asing
yang memang relevan dengan bidang spesialis lainnya. Tujuan utama bibliografi
adalah membantu para pemakai jasa layananya informasi dalam upaya menulusuri
informasi dengan cepat dan tepat dengan karakteristik-karakteristik anatara
lain :
1. Sebaiknya item-itemnya disusun secara alfabetis dibawah
tajuk-tajuk sebjeknya yang dilengkapi dengan indeks alfabaetis untuk nama
pengarang dan jdulnya
2. Setiap itemnya menitikberatkan keterangan tentang lokasi,
tempat dokumen sehingga pemakai jasa informasi yang berkepentingan dapat
menghubungi pusat dokumentasi.
3. Setiap itemnya dilengkapi dengan rujukan-rujukan kepada
dokumen-dokumen lain yang memng relevan.
4. Bibliografi ini merupakan jenia bibliografi khusus yang
diterbitkan sacara berkala.
Kelengkapan suatu bibliografi tergantung beberapa faktor
anatara lain :
1. Tersedianya tenaga-tenaga dokumtalisai yang cukup
berkualitas untuk menyusunya.
2. Keefektifan sistem
jaringan informasi yang didalamya
unit/pusat dokumtasi itu malah menjadi salah satu anggotanya.
3. Tersedianya dana yang cukup untuk melakukan penelusuran,
penyeleksian, pengumpulan, dan pembuatan bibliografi tersebut.
4. Prosedur-prosedur administarsi organisai/korporasi tempat
unit/pusat dokumentasi tersebut berada memamng menunjang pelaksanaan penyusunan
bibliografi tertebtu.
d) Penyediaan Fasilitas dalam Layanan Informasi
Suatu unit/pusat
dokumentasi yang memberikan layanan informasi kepada para pemakai jasa
layananya dengan baik pasti menyediakan beberapa jenis fasilitas lainnya.
Sebagai dokumentalis yang selalu bergumul dengan dokumen-dokumen serta berinteraksi
dikalangan para pemakai jasa layanan informasi, akan selalu berkepentingan atas
sarana-sarana apa yang memungkinkan orang dapat memperoleh informasi yang
dicarinya dengan cepat, tepat, dan menyenangkan hatinya. Jenis fasilitas yang
disediakan dalam suatu unit/pusat dokumntasi dalam usaha meningkatkan
keefektifan dan kemudahan lainnya informasi . Antara lain :
1.
Fasilitas Komputer
Usaha mempercepat penelusuran dan pengolahan
data/informasi katalogisasi dokumen-dokumen, pancarian dan penyusunan/penetapan
rujukan-rujukan. Jasa suatu fasilitas komputer sangatlah besar. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dengan cermat, antara lain:
·
Besarnya jumlah
dokumen yang ada dalam koleksi unit/pusat dokumntasi yang bersangkutan bila besarnya jumlah dokumen
yang terdapat dalam koleksinya masih mampu untuk ditangani secara konvensional,
sarana yang canggih tidak buru-buru dipasang walaupun kita ketahui bahwa proses
penulusuran informasi sering melampaui batas-batas perbendaharaan koleksi
sendiri yang hanya mudah dan cepat dikerjakan.
·
Kuantitas
permintaan informasi dari pemakai jasa layanan informasi apabila kuantitas
masih kecil dan memang mereka masih mampu ditangani secara konvensional maka
pemanfaatan layanan komputer masih kurang ekonomis bila dibandingkan dengan
biaya pemasangan instalasi dan perawatan fasilitas komputer
2.
Fasilitas Komputer
Disamping bahasa Inggris, ada banyak informasi dibidang
sains dan teknologi yang ditulis dalam bahasa Jerman, Spanyol, Jepang, yang
dalam hal ini baik para peneliti, menejer maupun para eksekutif yang memerlukan
informasi tertentu sering mengalami kesulitan-kesulitan yang tidak kecil.
Mengingat kesulitan-kesulitan dalam bahasa inilah maka banyak unit/pusat
dokumentasi kita hingga dewasa ini masih memusatkan pembinaan dan pengembangan
koleksi dokumen mereka hanya dalam dua atau tiga bahasa saja. Layanan
unit/pusat informasi ini tidak lengkap bila tidak disertai penyediaan fasilitas
penerjamahan sumber-sumber yang diperlukan.
3.
Fasilitas
Reproduksi / Fotokopi
Banyak situasi yang menuntut dilakukan penggandaan
dokumen/informasi yang diperlukan oleh
para pemakai jasa layanan informasi. Sering fasilitas-fasilitas pengandaan yang
tersedia diluar organisasi /korporasi yang bersangkutan dipandang ataupun
format-format khusus yang diminta maupun waktu yang menentukan. Setiap
unit/pusat dokumentasi yang baik pasti akan berusaha untuk membina suatu
subunit reproduksi yang sesuai dengan kebutuhan kebutuhan yang dirasakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar