(Disusun guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kepariwisataan Sejarah dan Budaya)
Dosen Pengampu mata kuliah
Oleh:
Eka Ariska Putri
(120210302005)
Kelas B
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batik
merupakan sehelai wastra yaitu sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan
terutama digunakan dalam matra tradisional beragam hias pola batik tertentu
yang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam atau lilin
batik sebagai bahan perintang warna. Dengan demikian suatu wastra dapat disebut
batik bila mengandung dua unsur pokok yaitu teknik celup rintang yang
menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola yang beragam hias khas
batik.
Pekalongan
merupakan salah satu daerah penghasil batik terbesar di Indonesia terutama di
pulau Jawa. Pertumbuhan industri batik di kota Pekalongan berkembang cukup
pesat. Menurut data BPS kota Pekalongan, industri kecil memiliki pertumbuhan
yang signifikan dalam kurun waktu tiga tahun ini. Pada tahun 2009 jumlah industri
kecil yang bergerak di bidang industri aneka sejumlah 1.302 industri, sedangkan
pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.332 industri, dan pada tahun 2011 meningkat
lagi menjadi 1.342 industri kecil (BPS, 2011).
Melihat
pertumbuhan dan perkembangan batik yang semakin menjanjikan pemerintah Kota
Pekalongan memberikan perhatian ekstra pada daerah-daerah yang berpotensi.
Salah satu upaya yang dapat kita lihat secara fisik saat ini adalah dengan
munculnya destinasi wisata belanja yaitu kampung batik Kauman, dan kampung
batik Pesindon. Kampung batik ini dimaksudkan sebagai salah satu alternatif
promosi batik dan alternatif rekreasi di kota Pekalongan. Tidak berhenti sampai
di situ saja pemerintah Kota Pekalongan masih terus mengembangkan potensi
wisata yang ada dengan terus mempersiapkan sejumlah destinasi wisata yang
mencakup destinasi wisata budaya dan wisata alam (Suara Merdeka, 10 Januari
2013).
Kampung
wisata yang saat ini tengah marak di Indonesia merupakan salah satu daerah
tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi Pariwisata. Menurut UU No.
10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, destinasi wisata adalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan. Adisasmita (2010) menjelaskan bahwa jenis wisata itu sendiri
sangat beraneka ragam, salah satunya adalah wisata alternatif yang merupakan
suatu bentuk wisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan
kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial. Bentuk wisata ini sengaja
diciptakan sebagai tandingan terhadap bentuk pariwisata yang umumnya berskala
besar. Dalam wisata alternatif ini keuntungan ekonomi yang diperoleh dari
kegiatan wisata dapat langsung dirasakan oleh masyarakat setempat sebagai
pemilik, penyelenggara jasa pelayanan dan fasilitas pariwisata.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi pokok penulisan pada
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)
Bagaimana sejarah
perkembangan batik di kota Pekalongan ?
2)
Bagaimana upaya
pemerintah untuk Menjadikan Batik Pekalongan sebagai Komoditas Intenasional ?
3)
Bagaimana objek –
objek wisata batik di kota Pekalongan ?
1.3
Tujuan
Sejalan
dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini diantaranya adalah :
1)
Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan batik di kota Pekalongan.
4)
Untuk mengetahui dan memahami upaya pemerintah untuk Menjadikan Batik Pekalongan
sebagai Komoditas Intenasional.
2)
Untuk mengetahui dan memahami objek – objek wisata batik di kota Pekalongan.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1
Sejarah
Batik Pekalongan
Sesuai dengan geografis
Pekalongan yang berada di pesisir utara Jawa sebelah barat maka pertumbuhan
batik di daerah itu pada masa Islam yaitu abad XV dan XVI. Orientasi
perkembangan seni batik pesisiran juga dipengaruhi oleh budaya karaton
mengingat batik bermula dari dalam tembok keraton.
Batik Pekalongan
ssperti halnya kota-kota lain yaitu Tegal, Indramayu maupun Cirebon sampai
dengan penyebaran ke selatan sampai daerah Pasundan, Ciamis, Tasikmalaya dan
Garut pola batiknya dipengaruhi oleh ragam hias keraton Cirebon. Selain
dipengaruhi oleh ragam hias batik Cirebon, batik Pekalongan dipengaruhi
olehragam hias Cina dan Arab dan pola-pola batik keraton Mataram (Khusnin
Asa,2006:127).
a. Ragam
Hias Keraton Cirebon
Batik Cirebon
sangat mempengaruhi batik Pekalongan. Jika batik Cirebon memiliki ragam hias
dari taman Sunyaragi dan kraton sedangorientasi batik Pekalongan lebih banyak
ke arah ragam hias dari keramik Cina yang menghiasi Keraton kasepuhan dan makam
Raja-raja Cirebon di Gunungjati.
Secara filosofi,
para pengrajin batik Pekalongan telah menempatkan hiasan keramik Cina sebagai
manifestasi ikatan kebudayaan leluhur yang dalam lukisannya memiliki kefasihan
dan kelembutan. Pemilihan ragam hias jenis tumbuhan yang sebagian besar menjadi
objek utama dan banyak terdapat pada lukisan kermaik Cina. Selain itu ragam
hias berbentuk binatang seperti burung pipit, burung merak, ular naga dan
kupu-kupu turut melengkapi ragam hias tumbuhan. Pola-pola batik untuk
kepentingan peribadatan mengadaptasi ragamragam hias bentuk-bentuk manusia dewa
dalam kerajaan langit sesuai kepercayaam agama leluhur yang disebut Tok-Wi. Batik
jenis ini digunakan untuk alas altar persembahyangan. Pengaruh batik Cirebon
pada perkembangan batik Pekalongan juga nampak pada penghargaan yang diberikan
keraton Cirebon terhadap batik Pekalongan khususnya oleh kalangan ningrat Cina.
Penghargaan keraton Cirebon terhadap batik Pekalongan nampaknya bukan hanya
disebabkan oleh ragam hias dari keramik dinasti Ming namun juga disebabkan oleh
ciri khas batik Pekalongan yaitu cara pembuatan yang berbeda dengan cara
pembuatan batik di daerah lain khususnya pada masa itu (Kusnin Asa, 2006:128)
b. Pola
– pola batik Kerajaan Mataram
Wilayah
Pekalongan merupakan wilayah kerajaan Mataram maka perjalanan sejarah batik
Pekalongan tidak lepas dari pengaruh kerajaan Mataram. Pengaruh batik Keraton
atau batik pedalalam terhadap sejarah perkembangan batik Pekalongan secara
nyata terjadi setelah Perang Diponegoro atau juga disebut Perang Jawa
(1825-1830) di kerajaan Mataram. Terjadinya peperangan ini mendesak keluarga
kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka
kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu
para keluarga dan pengikutnyamengembangkan batik. Ke timur batik Solo dan Yogyakarta
menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga
menyebar ke 58 Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik
berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Produksi batik
tidak berhenti walaupun mereka telah tersingkir dari kehidupan kraton sebab
batik merupakan sandang yang dipakai sehari-hari sehingga batik merupakan
kebutuhan pokok.
Dengan adanya
migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin
berkembang. Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan
pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di
sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran,
Pekajangan serta Wonopringgo. Meskipun ciri-ciri batik Pekalongan motifnya
mirip dengan batik Yogya atau batik Solo namun batik Pekalongan sangat bebas
dan menarik karena dimodifikasi dengan banyak variasi warna yang atraktif.
Banyak dijumpai juga batik Pekalongan yang memiliki banyak warna yang berbeda
dengan kombinasi yang dinamis. Warnawarnanya yang mencolok terlihat sangat
kontras jika dibandingkan dengan corak batik pedalaman seperti batik Solo dan
Jogjakarta. Nama-nama batik Solo dan Jogya sangat bertolak belakang dengan
batik Pekalongan yang memiliki beragam warna sesuai karakter masyarakatnya yang
terbuka, bebas dan sangat marjinal. Batik Pekalongan menggambarkan ciri
kehidupan masyarakat pantai yang mudah mengadaptasi pengaruh budaya luar dan
juga mampu mengadaptasi pengaruh batik pedalaman.
c. Ragam
Hias Cina dan Arab
Perjumpaan
masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab,
India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif
dan tata warna seni batik. Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik
hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai
identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari
Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh
peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat
sejak pendudukan Jepang (Majalah Pesona Muda Vol.26 Th.2010)
Perkembangan
batik Pekalongan tidak sepenuhnya dikuasai pengusaha bermodal besar, akan
tetapi bertopang pada ratusan pengusaha kecil dan hampir semua dikerjakan di
rumah-rumah. Batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat. Seperti
yang dikemukakan oleh Kusnin Asa (2006:138) bahwa sejarah batik Pekalongan
melibatkan sedikitnya tiga kelompok pelakupelaku sejarah batik Pekalongan yaitu
1)
pertama kelompok
penduduk Tionghoa dengan latar belakang budaya yang mereka miliki,
2)
kedua kelompok
penduduk muslim Arab yang memilki sifat inklusif dalam pergaulan sehingga cukup
menguasai pengaturan dinamika sosial dan
3)
ketiga adalah
kelompok pribumi.
Penduduk
pribumi yang semula merupakan buruh atau pekerja pada pedagang Cina lambat laun
mampu memproduksi batik sendiri bahkan kemudian berkembang tidak hanya menjadi
pembatik rumahan tetapi sebagian mampu berkembang menjadi pengusaha batik.
Tumbuhnya para pengusaha batik pribumi telah memperkaya ragam hias batik
Pekalongan karena merekamenampilkan pola campuran yang memperkaya ragam hias
batik asli dari masing-masing budaya. Pertemuan ketiga unsur dari masyarakat
pembatikan Pekalongan ini akhirnya menjadi bagian terbesar dari ciri khas batik
Pekalongan dengan segala ragam warna-warninya Contoh ragam batik Pekalongan
yang merupakan campuran ragam hais adalah ragam hias salur pandan, bunga persik
dan bunga rose dengan stirilisasi burung pipit serta burung merak yang bercorak
Cina mendapat isen latar pola kawung, gringsing atau parang
yang merupakan pola asli tradisional (Kusnin Asa, 2006:131)
Sebagai
kota pesisir dengan ciri kahas masyarakat yang terbuka menerima budaya telah
mengantarkan kota Pekalongan menjadi kota yang sangat identik dengan
perkembangan bartik nusantara. Pekalongan merupakan kota yang paling dinamis
dalam mengembangkan batik, karena batik sudah menjadi nafas hidup sehari-hari
warga Pekalongan. Industri batik pekalongan mampu menjadi “soko guru” ekonomi
masyarakat Pekalongan. Terdapat dua alasan yang menunjukan bahwa industri batik
pekalongan menjadi “soko guru”ekonomi masyarakat Pekalongan yaitu
:
1)
pertama kehidupan
pembatikan Pekalongan berhasil mengantarkan suatu sejarah pertumbuhan dan
perubahan sosial yang terjadi di Pekalongan,
2)
kedua melihat
sejarah pasang surutnya industri batik Pekalongan ternyata sulit menjadikan
industri batik sebagai industri skala besar sehingga batik lebih tepat menjadi
industri rumahan yang bertumpu pada kehidupan rakyat banyak.
Batik
Pekalongan selain memiliki nilai ekonomis juga memiliki nilai filosofis.
Memiliki nilai ekonomis sebab batik merupakan produk kerajinan yang
diperjualbelikan dan mendatangkan keuntungan ekonomis sedangkan memiliki nilai
filosofis sebab batik merupakan produk kerajinan yang diawali oleh kepentingan
keagamaan dan merupakan suatu produk yang spesifik sebab diawali oleh peradaban
manusia dalam membangun citra keindahan (Khusnin Asa,2006:142).
Perjalanan
panjang sejarah batik Pekalongan telah mengantarkan kota Pekalongan sebagai
sentra industri batik terbesar di Indonesia. Kota Pekalongan identik dengan
batik dan sudah selayaknya kalau dijuluki sebagai Kota Batik.
2.2
Upaya
Pemerintah Menjadikan Batik Pekalongan sebagai Komoditas Intenasional
a.
Pekan Batik Internasional (PBI)
Pekan Batik
Internasinal diharapkan menjadi kegiatan budaya dan ekonomi yang dapat
mendorong dan mengangkat industri batik agar mampu diapresiasikan baik di
tingkat nasional maupun internasional, juga sekaligus dapat memberikan
kontribusi yang berarti bagi pembangunan manusia yang mempunyai peradaban serta
terwujudnya pengakuan dunia batik sebagai “intangible Indonesian
heritage”.
Pekan Batik
Internasional yang diselenggarakan di Kota Pekalongan bermaksud untuk mendorong
industri batik nusantara yang merupakan warisan budaya agar lebih dikenal
secara luas di tingkat lokal maupun internasional, dan mendorong industri batik
berkembang sebagai industri kreatif yang mampu mendorong tumbuhnya perekonomian
masyarakat, serta mendorong terwujudnya batik sebagai salah satu “Indonesian
Heritage”.
b.
Pengembangan potensi batik
Mengembangkan potensi
batik dengan formulasi yang lebih fokus dan terkonsentrasi melalui pendekatan
kluster industri. Dalam pengembangan ini terdapat keterkaitan antara sentra
produksi dan sentra perdagangan. Kondisi sentra dideskripsikan sebagai berikut :
1) Sentra
Produksi
a) Kampung
Pusat Produksi Tenun ATBM dan Batik di Medono;
b) Kampung
Pusat Produksi Batik di Jenggot;
c) Kampung
Pusat Produksi Serat Alam di Kecamatan Pekalongan Utara.
2) Sentra
Perdagangan
a) Pasar
Grosir Batik Sentono;
b) Pasar
Grosir Gamer;
c) Mega
Grosir.
c. Klinik
Hak Kekayaan Intelektual
d. Bisnis
Centre merupakan pusat informasi perdagangan.
e. Musium
Batik
f.
Mendukung berdirinya Politeknik Pusmanu
Pekalongan agar lebih berkembang.
Upaya Pemerintah Kota
Pekalongan dan Disperindagkop Kota Pekalongan menjadikan batik sebagai
komoditas internasional dan asset daerah dalam era persaingan global
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Mengenalkan
tentang HKI sebagai salah satu isu pasar global dengan sosialisasi dan
memfasilitasi pendaftarannya;
b. Mengenalkan
tentang standarisasi dan SNI Batik kepada pelaku usaha dan label “Batik Mark”;
c. Mengembangkan
teknologi produksi, melalui teknologi penggunaan zat warna alam (ZPA),
penggunaan canting listrik, kompor batubara, pengembangan penerapan
standarisasi dalam rangka pengembangan SDM dan pelatihan magang quality
control;
d. Mempromosikan
pangsa pasar mancanegara maju dan Negara berkembang sebagai segmen pasar dengan
mengingat sifat, budaya, peradaban, dan persyaratan perdagangan Negara tujuan
ekspor;
e. Meningkatkan
daya saing melalui langkah-langkah efisiensi, memperlengkapi persyaratan dagang
sesuai tuntutan pasar modal (domestik dan macanegara);
f. Meningkatkan
pemahaman akan arti penting legalitas usaha,dokumentasi kegiatan, pencatatan
pembukuan, dalam rangka mengakses sumber dana (bankable) maupun pasar;
g. Mengenalkan
teknologi informasi dan pemanfaatannya dalam pengembangan informasi pasar dan menciptakan
jaringan usaha (network) dengan pihak lain;
h. Memfasilitasi
Klinik Bisnis dan HKI bagi konsultasi UKM secara menyeluruh semua aspek yang
menghadapi persoalan secara individual maupun kelompok;
i.
Memfasilitasi pameran dalam rangka akses
pasar dalam dan luar negeri melalui kegiatan kontak dagang dan promosi baik di
tingkat daerah regional, nasional dan internasional;
j.
Memfasilitasi pengembangan pertumbuhan
jiwa kewirausahaan (enterpreunership);
k. Memfasilitasi
bantuan peralatan dari APBD Kota, Propinsi dan Pusat;
l.
Memfasilitasi pembentukan dan
operasional Kluster Batik dan ATBM serta Kluster Industri Pengolahan Hasil
Perikanan.
2.3
Wisata
Batik di Pekalongan
a.
Musium
Batik Pekalongan
Kota Pekalongan boleh
dikatakan telah menjadi salah satu Kota Referensi bagi produk-produk
Batik, baik secara Nasional maupun
Internasional. Hal ini diperkuat dengan telah diresmikannya Sebuah Museum Batik
Nasional oleh Presiden Republik Indonesia (Bapak Susilo Bambang Yudhoyono) pada
tanggal 12 Juli 2006.
Beberapa alasan
dipilihnya kota Pekalongan sebagai tempat berdirinya Museum Batik antara lain:
1) Kota
Pekalongan telah lama dikenal sejak tahun 1830 sebagai kota batik, hampir 90
persen dari jumlah penduduk 268. 000 jiwa, bermata pencaharian pada kegiatan
yang terkait dengan usaha batik.
2) Produk
Batik yang bersedar pada pasar domistik dan internasional sekitar 70 persen
berasal dari Kota Pekalongan, biasanya orang Pekalongan mendapat order pesanan,
dari kota-kota lainnya di Indonesia, seperti Yogyakrta dan Surakarta, Bali dan
lain lain.
3) Berdasarkan
data pengiriman dari usaha ekspedisi di Pekalongan, setiap hari tidak kurang
dari 200 bal batik keluar dari Kota Pekalongan untuk didistribusikan ke tempat
diluar Pekalongan. Jika harga 1 bal batik sekitar Rp. 2 Juta, jadi tidak kurang
Rp. 400 Juta per hari nilai uang yang beredar, dan jika diakumulasikan nilai
per bulannya maka terdapat Rp. 12 miliyar. Nilai ekonomi di Pekalongan ini
cukup tinggi dan memberi pengaruh terhadap geliat pertumbuhan industri batik
nasional (Laporan Museum Batik 2006:7)
Berikut ini adalah
rincian dari Musium Batik yang ada di Kota pekalongan diantaranya adalah :
a) Koleksi
Musium
Koleksi yang
dimiliki Museum Batik di Pekalongan berupa koleksi khusus kain batik yang
berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Koleksi batik yang terdiri dari kain
panjang, kain sarung, pakaian wanita, pakaian pria, selendang, hiasan dinding
dan peralatan membatik, seperti berbagai ukuran canting tulis dan cap, bahan
perwarna, bahan komposisi lilin batik (malam).
Berdasarkan
jenis koleksi museum, Museum Batik di Pekalongan dapat disebut menjadi sebuah
museum khusus yaitu museum yang mengumpulkan, menyimpan dan merawat khusus satu
jenis (Ambrose dan Paine, 1993:7). Jumlah koleksi yang tersimpan di Museum
Batik di Pekalongan sampai pada bulan Mei 2010 adalah 1112 buah koleksi.
Koleksi Museum
Batik di Pekalongan berasal dari sumbangan masyarakat yakni dari para kolektor
batik, pengusaha batik, pengrajin, pemerhati batik, pencinta batik dan
paguyuban batik dari seluruh daerah di Indonesia. Sumbangan yang berasal dari
luar daerah melalui bantuan Perwakilan Kadin Propinsi. Dengan Demikian Museum
Batik di Pekalongan mempunyai keunikan tersendiri yakni museum yang menyimpan
koleksi kain batik dari berbagai daerah di Nusantara.
Koleksi Museum
Batik di Pekalongan diantaranya seperti Kain Panjang 647, Sarung 138, Pakaian
Pria 17, Pakaian Wanita 12, Selendang 87, Bahan baju 39, Hiasan Dinding 63, Canting
tulis 30, Canting cap 49, Bahan lilin batik 7, Bahan perwana alami 4, Bahan
pewarna kimia 19 (Laporan Museum Batik di Pekalongan, 2009).
b)
Pameran
Koleksi Museum
Musem Batik di
Pekalongan memiliki fasilitas ruangan yang dibagi menjadi ruang pamer batik
Pesisiran digunakan untuk menyajikan batik yang berasal dari derah Pesisiran,
ruang pamer batik Nusantara memamerkan koleksi kain batik yang berasa dari
berbagai daerah di Nusantara dan ruang pamer batik Pedalaman yang memamerkan
koleksi kain batik yang berasal dari daerah Surakarta dan Yogyakarta yang
disebut juga batik Pedalaman.
Bentuk penyajian
koleksi kain batik digantungkan pada posisi terbentang pada gawangan dan
sebagian kain panjang dengan cara dililitkan pada tabung akrilik yang
memperlihatkan bagaimana cara mengenakan kain tersebut bagi seorang wanita.
Kain panjang batik dililitkan dengan cara memutar dari kiri ke kanan. Tabung
akrilik ini diharapkan dapat mewakili bentuk kain batik tersebut ketika sedang
dipakai oleh seseorang. Sehingga dapat dilihat cara penggunaannya dan motif
yang tampak ketika dikenakan. Koleksi kain batik yang sudah tua dan rapuh
dipamerkan dengan cara dilipat dan dimasukan kedalam vitrin akrlilik.
c)
Perpustakaan
Buku batik
Museum batik di
Pekalongan berusaha menjadi tempat segala informasi tentang batik oleh karena
itu sudah menjadi rencana sejak awal untuk mempersiapkan perpustakaan bagi para
pengunjung. Pada awalnya perpustakaan akan melayani peminjaman khusus buku buku
batik. Perpustakaan telah menyediakan buku berjumlah 1227 buah buku yang
terdiri dari buku buku Batik, Non Batik, Kriya, Ensikopedi, Ekonomi, Agama,
Sastra, Gudie book, Sejarah, Panorama Indonesia, Ragam hias, Sejarah
Internasional, Rumah Tradsional, Kepurbakalaan.
b.
Wisata
Belanja
Kawasan wisata belanja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, RTRW Pekalongan tahun 2011 terdapat
di :
1) Kampung
Batik di Desa Kemplong, Desa Kepatihan, Desa Gumawang dan Desa Kauman di
Kecamatan Wiradesa;
2) Pasar
Grosir Pantura di Kecamatan Wiradesa;
3) International
Batik Centre di Kecamatan Wiradesa;
4) sentra
alat tenun bukan mesin (ATBM) Pakumbulan di Kecamatan Buaran;
5) sentra
kerajinan tempurung kelapa di Kecamatan Wonopringgo; dan
6) sentra
bordir di Kecamatan Kedungwuni.
Kota
Pekalongan yang dikenal sebagai Sentra Industri Batik, menyediakan daya tarik
wisata belanja dengan tersebarnya grosir-grosir dan showroom batik unggulan di sepanjang
jalan utama Kota Pekalongan. Ide pembuatan pasar grosir ini muncul setelah para
pengusa-usaha Batik di Kota Pekalongan membuat suatu perhimpunan atau
perkumpulan pengusaha batik, di mana dalam pertemuannya muncul adanya gagasan
untuk menyediakan suatu tempat usaha yang menjadi pusat pemasaran produk batik.
Keberadaan
grosir dan show room batik sangat membantu pengusaha batik Kota Pekalongan
dalam memasarkan produknya serta sangat memudahkan pembeli atau importir batik
dari daerah lain dalam usahanya mencari produk batik yang mereka inginkan. Para
wisatawan yang menggunakan Bis-bis wisata dapat masuk dan berbelanja di kawasan
grosir dengan nyaman serta dapat memilih harga dan motif yang bervariasi.
Dari
Pusat Grosir hingga Museum Batik. JI. Raya Baros Pekalongan Batang Merupakan
tempat perbelanjaan Batik, kerajinan tenun ATBM. Bagi yg lama tidak berkunjung
ke kota Batik Pekalongan, perkembangan kota ini terasa luar biasa terutama di
sektor perdagangan. Pusat batik yang dikemas dalam bentuk pasar-pasaar grosir
menjamur. Letak Pekalongan yang strategis, yakni di lintas pantai utara
(pantura), tepatnya ditengah-tengah Semarang-Tegal, sangat membantu
perkembangan pusat grosir tersebut.
c.
Kampung
Batik
Kampung wisata yang saat ini tengah marak di Indonesia merupakan salah
satu daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi Pariwisata.
Menurut UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, destinasi wisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan. Adisasmita (2010) menjelaskan bahwa jenis wisata itu sendiri
sangat beraneka ragam, salah satunya adalah wisata alternatif yang merupakan
suatu bentuk wisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan
kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial. Bentuk wisata ini sengaja
diciptakan sebagai tandingan terhadap bentuk pariwisata yang umumnya berskala
besar. Dalam wisata alternatif ini keuntungan ekonomi yang diperoleh dari
kegiatan wisata dapat langsung dirasakan oleh masyarakat setempat sebagai
pemilik, penyelenggara jasa pelayanan dan fasilitas pariwisata.
Kota
Pekalongan dikenal sebagai pusat produksi batik. Dengan adanya upaya dari Pemda
Pekalongan menjadikan sentra-sentra kerajinan batik tersebut sudah dikenal
sebagai Kampung Batik, sebutan yang
lebih cocok karena hampir sebagian besar penduduk daerah tersebut menjalankan
roda kegiatan ekonominya dengan memproduksi dan memperdagangkan Batik.
Beberapa
daerah yang dikenal sebagai kampung batik pekalongan diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Kampung
Batik Kauman
Kampung
Batik Kauman resmi diresmikan tahun 2007 dan kini merupakan hunian bagi puluhan
pengrajin batik di Pekalongan. Daya dukung kampung ini sebagai kampung wisata
tergolong baik, terbukti dengan terpilihnya kampung Batik Kauman Pekalongan
sebagai salah satu desa wisata nasional. Pekalongan sendiri, penuh dengan
rumah-rumah lawas juragan batik di masa lampau. Adapun
penilaian terkait pemililah Desa Wisata Nasional ini ditetapkan oleh
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
b. Kampung
Batik Pesindon
Letak
Kampung Batik Pesindon sangat berdekatan dengan Kampung Batik Kauman. Para pengrajin batik dari kampung batik
tersebut telah sukses memasarkan produk kriyanya hampir ke seluruh wilayah
Indonesia, bahkan mancanegara.
Di
kampung wisata batik ini terdapat Paguyuban Pecinta Batik. Atas bantuan dari
Pemerintah Kota Pekalongan digagaslah pemberdayaan para pengrajin di Kelurahan
Pesindon ini untuk menata diri menjadi Kampoeng Wisata Batik Pesindon. Melalui
kampung batik pesindon ini pengunjung disuguhkan potret langsung bagaimana
proses produksi batik yang masih memegang teguh teknik tradisional pembatikan
tulis dan cap.
c. Kampung
Batik Kemplong
Kemplong
menunjuk nama suatu daerah di wilayah Kabupaten Pekalongan, masuk dalam
Kecamatan Wiradesa. Meski terkenal dengan sebutan Kampung Batik Kemplong,
sejatinya sentra pengrajin batik di Pekalongan ini terdiri dari beberapa
area/desa yang saling bertetangga, yaitu: Desa Kemplong, Kauman, Kepatihan dan
desa-desa lain di Wilayah Kecamatan Wiradesa.
d.
Pekalongan
Batik Carnival (PBC)
Jika di Kabupaten Jember terdapat Jember Fashion
Carnival (JFC), di Pekalongan juga terdapat ifen yang sama yaitu Pekalongan
Batik Carnifal (PBC) merupakan sebuah ifen yang memamerkan berbagai kreasi dari
para pengrajin batik di Kota Pekalongan. Acara ini sendiri rutin
diselenggarakan setian tahunnya sejak tahun 2006.
Para peserta Pekalongan Batik Carnifal yang terdiri
dari kategori Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Petama, Sekolah Menegah Atas,
Satuan kerja Perangkat Daerah dan umum itu diberangkatkan dari Alun-alun Kota
Pekalongan. Mereka menyusuri rute jalan KH Wahid Hasyim, Jalan Hayam Wuruk,
Jalan Pemuda, Jalan Diponegoro dan finish di Kawasan Budaya Jetayu. Mereka
dilepas oleh Asisten I Setda Kota Pekalongan Slamet Prihantono.
Menurut Slamet Prihantono kegiatan Pekalongan Batik
carnival ini sudah dilakukan rutin sejak tahun 2006 lalu yang dirangkaikan
dengan kegiatan Hari Batik Nasional
dan Pekan Batik Nusantara (PBN)
maupu Pekan Batik International (PBI).
Setiap tahunnya acaraiini semakin meriah dengan pesertanya yang semakin
bertambah membuktikan bahwa Pekalongan Batik Carnifal (PBC) semakin disukai dan
ditunggu oleh masyarakat. Karenanya Pemerintah Kota Pekalongan akan terus
meningkatkan kualitas penyelnggaraan acara ini. Terlebih lagi Pekalongan Batik
Carnifal (PBC) merupakan salah satu ikon pariwisata Kota Pekalongan.
Pekalongan Batik Carnifal (PBC) memiliki keunikan
tersendiri dibandingkan karnaval-karnaval batik yang banyak diselenggarakan
oleh daerah-daerah lain. Keunikanya terletak pada kostum peserta yang harus
terbuat dari batik bukan printing.
Pekalongan Batik Carnival 2014 digelar sebagai salah
satu kegiatan dalam Pekan Batik Nusantara (PBN) 2014 yang dibuka oleh Wakil
Presiden Budiono. Pada penyelenggaraan tahun 2014 untuk peserta mengalami
penambahan. Jika sebelumnya hanya terdiri dari peserta local, kali ini ada
peserta dari daerah-daerah yang menjadi anggota Sapta Mitra Pantura (Sampan).
Seperti Pemalang, tegal, Brebes dan Batang. Selain itu ada juga perwakilan
peserta dari Sukabumi dan Bandung, ini menunjukkan Pekalongan Batik Carnifal (PBC)
sudah semakin diakui.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pekalongan
merupakan salah satu daerah penghasil batik terbesar di Indonesia terutama di
pulau Jawa. Pertumbuhan industri batik di kota Pekalongan berkembang cukup
pesat. Menurut data BPS kota Pekalongan, industri kecil memiliki pertumbuhan
yang signifikan dalam kurun waktu tiga tahun ini. Pada tahun 2009 jumlah
industri kecil yang bergerak di bidang industri aneka sejumlah 1.302 industri,
sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.332 industri, dan pada tahun 2011
meningkat lagi menjadi 1.342 industri kecil (BPS, 2011).
Berkaitan dengan hal
tersebut banyak langkah yang diambil oleh pemerintah setempat untuk
mengembangkan komoditi batik pekalongan diantaranya adalah melalui sektor
pariwisata dengan didirikannya Musium Batik, beberapa alasan dipilihnya kota
Pekalongan sebagai tempat berdirinya Museum Batik antara lain kota Pekalongan
telah lama dikenal sejak tahun 1830 sebagai kota batik, hampir 90 persen dari
jumlah penduduk 268. 000 jiwa, bermata pencaharian pada kegiatan yang terkait
dengan usaha batik. Produk Batik yang bersedar pada pasar domistik dan
internasional sekitar 70 persen berasal dari Kota Pekalongan, biasanya orang
Pekalongan mendapat order pesanan, dari kota-kota lainnya di Indonesia, seperti
Yogyakrta dan Surakarta, Bali dan lain lain dan Berdasarkan data pengiriman
dari usaha ekspedisi di Pekalongan, setiap hari tidak kurang dari 200 bal batik
keluar dari Kota Pekalongan untuk didistribusikan ke tempat diluar Pekalongan.
Nilai ekonomi di Pekalongan ini cukup tinggi dan memberi pengaruh terhadap
geliat pertumbuhan industri batik nasional (Laporan Museum Batik 2006:7)
Kampung Batik munculnya destinasi wisata
belanja yaitu kampung batik Kauman, dan kampung batik Pesindon. Kampung batik
ini dimaksudkan sebagai salah satu alternatif promosi batik dan alternatif
rekreasi di kota Pekalongan. dan
Pekalongan Batik Carnival (PBC) merupakan sebuah ifen yang memamerkan berbagai kreasi dari para pengrajin
batik di Kota Pekalongan. Acara ini sendiri rutin diselenggarakan setian
tahunnya sejak tahun 2006.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sukmasakti Ardhika. 2012. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Batik
Kota Pekalongan. Universitas Diponegoro : Semarang.
2.
Pratiwi, Erita. 2013. Perkembangan Batik Pekalongan Tahun 1950 –
1970. Universitas Negeri Semarang : Semarang.
3.
Suciati, S.Pd., M.Ds. Eksistensi Batik Pekalongan. Prodi
Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI : Bandung
4.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Pekalongan Tahun 2009 – 1029
5.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Pekalongan Tahun 2011 – 2031
Tidak ada komentar:
Posting Komentar