KEHIDUPAN POLITIK, EKONOMI, SOSIAL - BUDAYA
DAN HANKAM PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950 – 1959)
(Disusun
guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia IV)
Dosen
Pengampu mata kuliah Drs. Kayan Swastika Msi.
Disusun oleh:
Eka Ariska Putri (120210302005)
Dian
Fitri Astutik (120210302100)
Kelompok
2B
PRODI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
tahun 1950, Negara Kesatuan Republik Indonesia mempergunakan Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS) atau juga disebut Undang-Undang Dasar 1950. Pemberlakuan
Undang Undang Dasar Sementara 1950 tersebut dimulai pada saat Republik
Indonesia Serikat berakhir karena adanya demo besar-besaran dari rakyat yang
menuntut kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada
akhirnya pemerintah membubarkan Republik Indonesia Serikat dan kembali menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menggunakan Undang Undang Dasar
Sementara sejak 17 Agustus 1950, dengan menganut sistem kabinet parlementer, artinya
kabinet bertanggung jawab pada parlemen.
Pada
masa Undang Undang Dasar Sementara 1950 tersebut diberlakukan, gejolak politik
yang panas menimbulkan berbagai gerakan yang politik yang tidak stabil,
sehingga kabinet pemerintahanpun ikut kena imbasnya, tercatat pada periode 1950
hingga 1959 ada 7 kali pergantian kabinet, yaitu : 1950 – 1951 : Kabinet
Natsir, 1951 – 1952 : Kabinet Sukiman Suwirjo, 1952 – 1953 : Kabinet Wilopo,
1953 – 1955 : Kabinet Ali Sastroamidjojo I, 1955 – 1956 : Kabinet Burhanuddin
Harahap, 1956 – 1957 : Kabinet Ali Satroamidjojo II, 1957 – 1959 : Kabinet
Djuanda.
Hingga
puncaknya pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang isinya
seperti yang telah ditulis diatas, dan pada masa berakhirnya UUDS 1950 dan
kembali ke Undang Undang Dasar 45, sistem kabinet parlementer ikut juga
berakhir menjadi sistem Demokrasi Terpimpin dimana seluruh keputusan dan
pemikiran hanya terpusat pada Presiden.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
rincian yang telah
dikemukakan sebelumnya, yang menjadi pokok penulisan pada makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana
kehidupan politik pada masa demokrasi liberal ?
2) Bagaimana
kehidupan ekonomi pada masa demokrasi liberal ?
3) Bagaimana
kehidupan sosial – budaya pada masa demokrasi liberal ?
4) Bagaimana
kehidupan hankam pada masa demokrasi liberal ?
1.3 Tujuan
Sejalan
dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini diantaranya adalah :
1) Untuk
mengetahui dan memahami kehidupan politik pada masa demokrasi liberal.
2) Unutk
mengetahui dan memahami kehidupan ekonomi pada masa demokrasi liberal.
3) Untuk
mengetahiu dan memahami kehidupan sosial – budaya pada masa demokrasi liberal.
4) Untuk
mengetahui dan memahami kehidupan hankan pada masa demokrasi liberal.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1
Kehidupan
Politik Masa Demokrasi Liberal
Sejak kembalinya ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia menganut sistem Demokrasi Liberal,
dimana kedaulatan rakyat disalurkan melalui partai-partai politik. Pada waktu
itu ada empat partai besar yang sangat berpengaruh dalam pemerintahan, yaitu
PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
Dalam
masa Demokrasi Liberal Indonesia menganut sistem Kabinet Parlementer, artinya
kabinet dipimin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana Menteri dan para Menteri
bertanggung jawab kepada Parlemen (DPR). Dimana jatuh banguanya pemerintah atau kabinet sangat tergantung
kepada DPR. Bila mayoritas dalam parlemen tidak
mempercayai atau mendukung kabinet, maka kabinet harus mengembalikan mandate
kepada presiden dan perlu dibentuk kabinet baru.
Para
menteri mewakili partainya. Partai yang wakilnya duduk dalam pemerintahan
disebut partai pemerintah, dan yang
tidak duduk dalam pemerintahan disebut partai
oposisi. Partai pemerintah banyak mengurus kepentingan partainya, sehingga
timbul mosi tidak percaya terhadap Kabinet yang sedang berkuasa. Krisis kabinet
dan jatuhnya kabinet sering terjadi. Keadaan seperti ini memberi peluang pada
partai oposisi untuk menyatakan ketidakpercayaan terhadap kabinet yang
memerintah, sehingga terjadilah jegal-menjegal antar partai politik.
a. Pergantian
Kabinet Pada Masa Demokrasi Liberal
1)
Periode 1950 - 1955
Dari tahun 1950 sampai tahun 1955 terdapat empat
buah kabinet yang memerintah sehingga rata-rata tiap tahun terdapat pergantian
kabinet. Kabineet-kabinet tersebut secara berturut-turut ialah Kabinet Natsir
(September 1950 – Maret 1951), Kabinet sukiman (April 1951-April 1952), Kabinet
Wilopo (April 1952- Juli 1953), dan Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Juli 1953 –
Agustus 1955). Dapat digambarkan, dalam waktu rata-rata satu tahun itu, tidak
ada kabinet yang dapat melaksanakan programnya, karena Parlemen terlalu sering
menjatuhkan kabinet jika kelompok oposisi kuat. Bahkan, pernah terjadi partai
pemerintah menjatuhkan kabinetnya sendiri. Boleh dikatakan bahwa semua kabinet,
termasuk yang resminya bersifat Zaken
Kabinet (yang menteri-menterinya dianggap ahli pada bidangnya
masing-masing), didukung oleh koalisi diantara perbagai partai. Juga komposisi
dipihak oposisi dapat berubah-ubah. Inilah yang menyebabkan berkecamuknya
Instabilitas Politik.
a)
Kabinet Natsir memerintah (September
1950 – Maret 1951)
Kabinet Natsir adalah kabinet koalisi, akan tetapi,
PNI sebagai partai kedua terbesar dalam paremen tidak duduk dalam kabinet
karena, tidak diberi kedudukan yang sesuai. Inti kabinet ini adalah Masyumi,
walaupun diantara para menterinya terdapat juga tokoh-tokoh nonpartai. Banyak
di antara mereka yang cukup terkenal dan dianggap ahli pada bidangnya, sehngga
sesungguhnya formasi kabinet ini termasuk kuat. Tokoh-tokoh terkenal
diantaranya adalah Sultan Hamengkubuwono IX, Mr.Assaat(bekas Pejabat Presiden
RI, Ir. Djuanda, dan Prof.Dr.Sumitro Djojohadikusumo. Diantara
program-programnya yang paling penting adalah :
(1) Menggiatkan
usaha keamanan dan ketentraman;
(2) Mencapai
konsolidasi dan menyempurnakan susunan Pemerintahan
(3) Menyempurnakan
organisasi Angkatan Perang dan pemulihan bekas anggota-anggota tentara dan
gerilya ke dalam masyarakat;
(4) Memperjuangkan penyelesaian soal irian
secepatnya,
(5) Menegembangkan
dan memperkuat kekuatan ekonomi rakyat sebagai dasar untuk melakanakan ekonomi
nasional yang sehat.
Selain soal keamanan, yang menjadi beban pemerintah
adalah perjuangan Irian Barat ke tangan Indonesia. Belanda rupa-rupanya tidak
bermaksud untuk mengembalikan wilayah ini kepada Indonesia. Perundingan antara
Indonesia dengan belanda dimulai pada tanggal 4 Desember 1950 semasa kabinet
Natsir, tetapi menemui jalan buntu. Baik Indonesia ataupun Belanda tidak
beranjak dari pendirian masing-masing. Hal ini menimbulkan mosi tidak percaya
dari parlemen terhadap kabinet. Krisis menjadi lebih mendalam dengan adanya
mosi Hadikusumo(PNI) sekitar pencabutan PP No.39/1950 tentang pemilihan anggota
perwakilan daerah supaya lebih demokratis. Kabinet Hatta mengeluarkan mosi yang
diterima parlemen yang menyebabkan menteri dalam negeri Assaat mengundurkan
diri, tetapi pengunduran diriitu ditolak oleh kabinet. Natsir mengingatkan
parlemen bahwa pembentukan lembaga-lembaga perwakilan daerah menurut PP No.39
itu sudah diseujui oleh Parlemen. Hubungan kabinet dan parlemen menjadi tegang.
Semetara itu, tanggal 20 Maret 1951 Partai Indonesia Raya (PIR) yang merupakan
partai pendukungb kabinet menarik menteri-menterinya dari kabinet. Sehari
kemudian, 21 Maret, Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.
Presiden Soekarno akhirnya menunjuk Mr.Sartono dari
PNI untuk membentuk kabinet baru. Sartono berusaha membentuk kabinet koalisi
PNI-Masyumi, sebab kedua partai ini merupakan partai yang terkuat dalam DPR
saat itu. Akan tetapi, usaha Mr. Sartono menemui kegagalan dan pada tanggal 18
April 1951 ia mengembalikan mandatnya kepada presiden. Presiden Soekarno pada
hari itu juga menunjuk da orang formatur baru, untuk dalam waktu lima hari
membentuk kabinet koalisi atas dasar nasional an luas. Akhirnya setelah
diadakan perundingan, dan pada tanggal 26 April diumumkan susunan kabinet baru
dibawah pimpinan dr. Sukiman Wiryosandjojo(Masyumi) dan Suwirjo (PNI).
b) Kabinet
Sukiman (April 1951-April 1952)
Pada tanggal 26 April diumumkan susunan kabinet baru
dibawah pimpinan dr. Sukiman Wiryosandjojo(Masyumi) dan Suwirjo (PNI). Yang
terpenting dalam program kabinet ini adalah:
(1) Keamanan,
akan menjalankan tindakan – tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk
menjamin keamanan dan ketrentraman;
(2) Sosial-ekonomi,
mengusahakan kemakmuran rakyat secepatnya dan memperbaharui hukum agraria agar
sesuai dengan kepentingan petani, serta mempercepat usaha penempatan bekas
pejuang dilapangan usaha;
(3) Mempercepat
persiapan-persiapan pemilihan umum.
(4) Polik
luar negeri, menjalankan politik luar negeri secara bebas-aktif serta
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI
secepatnya.
Kabinet ini juga tidak berusia lama karena banyak
soal yang medapat tantangan dalam parlemen termasuk dari Masyumi dan PNI
sendiri. Konflik politik muncul akibat Menteri Dalam Negeri Mr. Iskaq (PNI)
mengistruksikan penonaktifan dewan-dewan perwakilan daerah yang dibentuk
berdasarkan PP No.39. Konflik kepentingan bertambah tajam ketika Iskaq
mengangkat tokoh PNI menjadi gubernur di Jawa Barat dan Sulawesi. Sementara
itu, Menteri kehakiman Muh.Yamin, tanpa persetujuan kabinet,membebaskan 950
orang tahanan SOB. Tindakan ini ditentang oleh Perdana Menteri Sukiman dan
golongan Militer. Akibatnya, Yamin mengundurkan diri. Akan tetapi, penyebab
jatuhnya Kabnet Sukiman ialah mosi Sunario (PNI) berkaitan dengan
penandatanganan perjanjian Matual
Security Act (MSA) oleh menteri Luar Negeri Ahmad Subarjo dan Duta Besar
Amerika Serikat, Merle Cochran.
c) Kabinet Wilopo (April 1952- Juli 1953)
Program kabinet wilopo terutama ditunjukkan kepada
persiapan pelaksanaan pemilihan umum untuk konstituante, DPR, dan DPRD,
kemakmuran, pendidikan rakyat, dan keamanan. Program luar negeri, terutama
ditujukan pada penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda dan pengembalian
Irian Barat ke Indonesia serta menjalankan politik bebas aktif menuju
perdamaian dunia. Wilopo dengan kabinetnya berusaha melaksanakan program itu
sebaik-baiknya.
Selain soal kedaerahan dan kesukuan, pada tanggal 17
oktober 1952 timbul soal dalam Angkatan Darat yang terkenal dengan nama
Peristiwa 17 oktober. Peristiwa ini dimulai dengan perdebatan sengit di DPR selama
berbulan-bulan mengenai masalah pro dan kontra kebijakan Menteri Pertahanan dan
pimpinan Angkatan Darat. Aksi pihak kaum politisi itu akhirnya menimbulkan
reaksi keras dari pihak angkatan darat.
Untuk membentuk kabinet baru, yang diharapkan
mendapat dukungan yang cukup dari parlemen, pada tanggal 15 juni 1953 Presiden
Soekarno menunjuk Sarmidi Mangunsarkoro (PNI) dan Moh.Roem (Masyumi) sebagai
formatur. Kedua formatur gagal mencapai kesepakatan dengan beberapa partai.
Pada tanggal 24 Juni 1953 mereka mengembalikan mandat kepada Presiden.
d) Kabinet
Ali Sastroamidjojo I (Juli 1953 – Agustus 1955)
Setelah mukarto mengembalikan mandatnya pada tanggal
18 juli Presiden Soekarno menunjuk Mr. Wongsonegoro (PIR) sebagai formatur. Ia
berhasil menghimpun partai-partai kecil untuk mendukungnya. Pada tanggal 30
juli kabinet baru dilantik tanpa mengikutsertakan Masyumi, tetapi memunculkan
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai kekuatan baru. Ali Sastroamijoyo diangkat sebagai
Perdana Menteri. Kabinet ini dikenal dengan nama Kabinet Ali I atau kabinet Ali
Wongso.
Walaupun kabinet Ali Wongso dapat dikatakan
merupakan kabinet yang paling lama bertahan, akhirnya pada tanggal 24 Juli 1955
Ali Sastroamijoyo mengembalikan mandatnya. Penyebab yang utama adalahh
persoalan dalam TNI AD sebagai lanjutan dari Peistiwaa 17 oktober dan soal
pimpinan TNI AD menolak pimpinan baru
yang diangkat oleh Menteri Pertahanan Iwa Kusumasumantri tanpa menghiraukan
norma-norma yang berlaku didalam lingkungan TNI-AD. Selain itu, juga karena
keadaan ekonomi yang semakin buruk dan korupsi yang mengakibatkan kepercayaan
rakyat merosot.
Pada tanggal 20 juli 1955, NU memutuskan untuk
menarik kembali menteri-menterinya, yang kemudian diikuti oleh partai-partai
lain. Terjadinya keretakan dalam kabinetnya memaksa Ali Sastroamijoyo
mengembalikan mandatnya. Kabinet ini merupakan kabinet terakhir sebelum
diadakan pemilihan umuml. Prestasi menonjol kabinet Ali –Wongso adalah
dilangsungkanya Konferensi Asia Afrika bulan april 1955.
2)
Periode tahun 1955 -1959
Masa lamanya empat tahun ini mengalami tiga kabinet
yang silih berganti, yaitu Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955-Maret
1956), Kabinet Ali Sastroamijoyo II, (Maret 1956-Maret 1957), dan Kabinet
Djuanda(Maret 1957-Juli 1959). Pada periode 1955-1959 ditandai dengan telah
dilaksanakanya pemilihan umum, berikut pergantian kabinet pada tahun 1955 –
1959 :
a)
Kabinet
Burhanudin Harahap ( 12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956 )
Kabinet ini
terbentuk pada tanggal 12 Agustus 1955 yang dipimpin oleh Perdana Menteri Burhanuddin
Harahap dari Masyumi. Program kerja Kabinet Burhanuddin diantaranya adalah
sebagai berikut :
(1)
Mengembalikan
kewibawaan moral pemerintah, dalam hal ini kepercayaan Angkatan Darat dan
masyarakat
(2)
Akan dilaksankan
pemilihan umum, desentralisasi, memecahkan masalah inflasi, dan pemberantasan
korupsi
(3)
Perjuangan
mengembalikan Irian Barat.
Pada masa
Kabinet Burhanuddin Harahap, dilaksanakan pemilihan umum pertama di Indonesia
tahun 1955. Kabinet ini menyerahkan mandatnya setelah DPR hasil pemilihan umum terbentuk
pada bulan Maret 1956.
b)
Kabinet
Ali II ( 24 Maret 1956 – 9 April 1957 )
Kabinet Ali II
terbentuk pada tanggal 24 Maret 1956 di pimpin oleh Perdana Menteri Mr. Ali
Satroamijoyo (koalisi PNI, NU dan Masyumi). Alasan teerbentuknya kabinet ini
adalah karena munculnya
pemberontakan di daerah-daerah, serta ditarik mundurnya menteri-menteri dari Masyumi
Kabinet Ali II merupakan kabinet pertama hasil
pemilihan umum. Program kerja dari Kabinet Ali II :
(1)
Menyelesaikan
pembatasan hasil KMB
(2)
Menyelesaikan
masalah Irian Barat
(3)
Pembentukan
provinsi Irian Barat
(4)
Menjalankan
politik luar negeri bebas aktif.
Kabinet Ali II
ini pun tidak berumur lebih dari satu tahun dan akhirnya digantikan oleh
kabinet Juanda.
c)
Kabinet
Juanda atau Kabinet Karya ( 9 April 1957 – 5 Juli 1959 )
Kabinet Djuanda resmi terbentuk pada
tanggal 9 April 1957 merupakan zaken kabinet, Perdana Menteri ir. Juanda ( dari Non Partai atau ekstra
parlementaer). Selain harus menghadapi pergolakan daerah juga perjuangan
membebaskan Irian Barat dan menghadapi keadaaan ekonomi keuangan yang buruk
dengan merosotnya devisa an rendahnya eksport. Program kabinet Djuanda terdiri
dari lima pasal atau Panca Karya yaitu :
(1) Membentuk
Dewan Nasional
(2) Normalisasi
keadaan Republik
(3) Melancarkan
pelaksanakan pembatalan KMB
(4) Perjuangan
Irian
(5) Mempergia
pembangunan
Dari sini ternyata, walaupun sudah diadakan pemilihan
umum sesuai dengan aturan permainan demokrasi barat yang menurut
peninjau-peninjau luar negeri berjalan dengan bersih, pemerintahan yang stabil
tetap tidak tercapai. Rata-rata kabinet memerintah selama 1 tahun. Dengan
demikian, kiranya terbukti bahwa demokrasi Liberal tidak cocok dengan atau
tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia.
b.
Pemilihan Umum Tahun 1955 dan Susedahnya
Periode ini dimulai dengan diadakannya pemilu 1955
dan berakhir dengan diumumkannya Dekrit Presiden tahun 1959 tentang kembaliu ke
UUD 1945.
1)
Pelaksanaan
Pemilu 1955
Pemilihan Umum merupakan program pemerintah dari setiap
kabinet, namun baru dapat terlaksana pada masa Kabinet Burhanudin Harahap yang
sebelumnya pada masa kabinet Ali I panitianya sudah terbentuk. Pemilhan umum
ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu :
a)
Tahap
I, tanggala 29 September 1955 memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
b)
Tahap
II, tanggal 15 Desember 1955 memilih anggota Badan Kontituante ( Badan Pembuat
Undang-undang Dasar )
Pemilu 1955 berlangsung secara demokratis. Dalam pemilu
1955 telah keluar empat partai besar pemenang pemilu, yaitu PNI dengan 57
kursi, Masyumi dengan 57 kursi, NU dengan 45 kursi, dan PKI dengan 39 kursi.
Kemudian anggota Konstituante berjumlah 542 0rang. Anggota DPR hasil pemilu
1955 dilantik pada tanggal 20 Maret 1956, sedankan pelantikan anggota Badan
Konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Pada semester kedua tahun 1957
diadakan pemilihan anggota Dewan Provinsi. Pada pemilihan daerah, PKI menjadi partai
rakyat yang sangat dikenal terutama di desa-desa. Oeh karena itu pada pemilihan daerah PKI mengalami
peningkatan yang sangatluar biasa dalam perolehan suara.
Hal
ini menunjukkan bahwa PKI makin kuat
pengaruhnya di masyarakat. Basis PKI adalah jawa. Terkait dengat kenyataan ini,
Presiden Sukarno berpendapat bahwa PKI harus diberi peranan dalam
pemerintahan. Keadaan yang demikian ini
sangat menguntungkan PKI di masa-masa berikutnya.
Pemilihan umum telah terlaksana dengan baik , namun tidak
berhasil membawa stbilitas politik seperti yang didambakan oleh rakyat.Hal ini
ini disebabkan masih adanya perselisihan antar partai yang masih berlanjut
seperti sebelumnya. Merka masih mempertahankan partai masing-masing. Akhirnya
di Indonesia mengalami krisis yan menghasilkan system politik Demokrasi
Terpimpin.
2)
Kegagalan
Dewan Konstituante dan Dekrit presiden
Pemilu tahun
1955 tahap II telah memilih anggota Dewan Konstituante yang bertugas membuat
Undang-Undang Dasar ( konstitusi ), karena waktu itu Indonesia belum memiliki
Undang-Undang Dasar yang tetap sebab masih enggunakan UUDS
Dewan
Konstituante mulai bersidang tanggal 10 November 1956 bertempat di Bandung.
Sidang pertama dipimpin oleh ir. Wilopo.
Namun hingga tahun 1959 sidang Dewan Konstituante tidak mampu menghasilkan UUD
baru. Justru dalam siding tersebut terjadi perpecahan antar partai atau
golongan. Setiap partai mempejuangkan partainya masing-masing sehingga terjadi
perdebatan yang tidak ada habis-habisnya. Hal ini membuat pemerintah tidak
stabil. Untuk itu Presiden Sukarno pada tanggal 21 Februari 1957 mengeluarkan
Konsepsi Presiden. Adapun isi konsepsi presiden adalah
sebagai beerikut :
a)
Sistem
demokrasi paerlementer model barat tidak
sesuai kepribadian Indonesia maka harus diganti dengan demokrasi terpimpin.
b)
Untuk
melaksanakan demokrasi terpimpin perlu dibentuk cabinet Gotong Royong.
Melihat
keadaan yang serba tidak stabil, rakyat merasa tidak puas. Mereka telah lama
mendambakan keadaan yang tenteram, aman dan damai. Melihat kenyataan itu maka
timbul pendapat untuk kembali ke UUD 1945. Presiden Sukarno sendiri
mengamanatkan Dewan Konstituante menetapkan kembali berlakunya UUD 1945. Teapi
Dewan Konstituante sendiri tidak berhasil mengambil kesepakatan dalam menaggapi
usulan kembali ke UUD 1945.
Situasi yang
demikian dipandang oleh presiden Sukarno sebagai keadaan yang kritis. Situasi
ketatanegaraan Indonesia berada pada tahap yang membahayakan bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena
itu demi keselamatan bangsa dan negara Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden pada tanggal 5 juli 1959. Adapun isi Dekrit Presiden adalah:
a)
Pembubaran
Dewan Konstituante
b)
Berlakunya
kembali UUD 1945
c)
Akan dibentuk DPRS dan DPAS
Dengan
dikeluarkannnya Dekrit Presiden berarti UUDS tidak berlaku lagi dan bangsa
Indonesi kembali menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara. Dekrit
Presiden itu mendapat dukungan dari TNI AD dan sebagian besar rakyat Indonesia,
sehingga rakyat memiliki harapan besar bangsa ini akan menjadi lebih baik
setelah adanya Dekrit Presiden.
c. Politik
Luar Negeri Setelah Pengakuan Kedaulatan
Hubungan luar negeri yang dirintis sejak Perang
Kemerdekaan berkembang sesudah pengakuan kedaulatan 1949. Kabinet RIS dibawah
Perdana Menteri Hatta melaksanakan hubungan luar negeri yang dititikberatkan
pada negara-negara Asia dan Negara-negara Barat, karena kepentingan ekonomi
Indonesia masih terkait di Eropa. ; pasar hasil bumi Indonesia masih berpusat
di Negeri Belanda dan Eropa Barat pada umumnya. Untuk kepentingan yang sama
pemerintah mengirimkan Djuanda guna mencari bantuan yang tidak mengikat ke Amerika Serikat. Garis
itu diteruskan oleh kabinet penggantiannya yaitu kabinet Natsir(September
1950-Maret 1951) setelah kembali kepada bentuk negara kesatuan. Adapun kabinet
sukirman(April 1951-Februari 1952) pengganti Kabinet Natsir, menempuh kebijakan
yang menyimpang dari politik bebas-aktif. Pada bulan Januari 1952 Menteri Luar
Negeri Ahmad Subardjo mengadakan pertukaran surat dengan Duta Besar Amerika
Serikat Merle Cochran dalam rangka mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat
berdasarkan Mutual Security Act (MSA). Pemerintah
dianggap telah meninggalkan politik bebas-aktif dan memasukkan Indonesia dalam
Blok Barat.
d. Konferensi
Asia Afrika
Sesudah Perang Dunia II kofigurasi politik dunia
mulai ditandai oleh munculnya dua kekuatan raksasa dunia yang saling
bertentangan, yakni Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Kedua kekuatan raksasa itu
masing-masing mempunyai sistem politik yang masing-masing mempunyai sistem
politik dan bentuk pemerintahan yang berbeda. Kedua kekuatan itu saling
bertentangan dan berlomba-lomba menyusun dan mengembangkan kekuatannya baik
secara politis maupun militer meliputi pengembangan senjata nuklir. Situasi
pertentangan itu disebut Perang Dingin. Tiap-tiap pihak menuntut supaya semua
negara didunia ini menjatuhkan pilihannya kepada salah satu blok itu. Tidak
“pro” sudah dianggap “anti”, sedangkan sikap netral dikutuk.
Republik Indonesia bukan penganut politik luar
negeri netral karena menolak untuk mengaitkan dirinya kepada negara atau
kekuatan manapun, betapapun besarnya. Politik dan sikap indonesia dilandaskan
pada kemerdekaan dan bertujuan untuk memperkuat perdamaian. Terhadap dua blok
kekuatan raksasa dunia yang bertantangan itu indonesia tidak mau memilih salah
satu pihak. Indonesia, mengambil jalan sendiri dalam menghadapiu
masalah-masalah internasional. Oleh karena itu, politik ini disebut “politik
bebas”. Sering pula politik ini diperjelas dengan menambahkan kata “aktif”
dimaksudkan bawa Indonesia berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara perdamaian
dan meredakan pertentangan-pertentangan sesuai dengan cita-cita PBB. Politik
ini sedapat mungkin diusahakan agar mendapat bantuan dan dukungan sebanyak
mungkin dari negara-negara yang menjadi anggota PBB.
2.2
Kehidupan
Ekonomi Masa Demokrasi Liberal
a. Pemikiran
Ekonomi Nasional
Sejak pengakuan
kedaulatan pemerintah Indonesia dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan
dipertahankannya dominasi Belanda atas ekonomi Indonesia.
Pemerintah Indonesia masih menghormati kepentingn historis dunia usaha Belanda di
Indonesia. Hal ini banyak mendapat tentangan dari para pemimpin revolusioner
Indonesia. Banyak desakan agar Indonesia menutup perusahaan-perusahaan swasta
Belanda, dan sekaligus mendorong usaha swasta pribumi.Sehingga diharapkan dapat
mengubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
Perhatian tentang perkembangan dan pembangunan
ekonomi dicurahkan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo, yang berpendapat bahwa
pembangunan ekonomi indonesia pada hakikatnya adalah pembangunan ekonomi baru.
Yang perlu dilakukan adalah mengubah struktur ekonomi umumnya dari ekonomi kolonial ke ekonomi nasional.
Sumitro mencoba mempraktikan pemikirannya itu pada sektor perdagangan. Ia
berpendapat bahwa pada bangsa indonesia harus selekas mungkin ditumbuhkan kelas
pengusaha. Para pengusaha bangsa indonesia yang pada umumnya bermodal lemah,
diberi kesempatan untuk berpartisipasi membangun ekonomi nasional. Pemerintah
hendaknya membantu dan membimbing para pengusaha itu, baik dalam bentu
bimbingan kongkret maupun dengan bantuan pemberian kredit karena pemerintah
menyadari bahwa pengusaha pengusaha indonesia pada umumnya tidak mempunyai
modal yang cukup. Jika usaha berhasil maka secara bertahap pengusaha bangsa
indonesia akan dapat berkembang maju, dan tujuan mengubah struktur ekonomi
kolonial dibidang perdagangan akan tercapai. Usaha ini dikenal dengan Program Benteng. Sasaran program ini adalah pembangunan industri.
Menurut Sumitro, Bangsa Indonesia harus segera dibangun kelas pengusaha,
sehingga struktur ekonomi kolonial dalam bidang perdagangan dapat segera
diubah. Program Benteng ini dimulai pada bulan April 1950. Selama tiga tahun,
kurang lebih 700 perusahaan bangsa Indonesia mendapat bantuan dari proram ini.
Namun program in tidak tepat sasaran karena banyak pengusaha yang
menyalahgunakan. Program ini terjadi pada masa Kabinet Natsir.
b. Sistem
Ekonomi Liberal
Sesudah pengakuan kedaulatan, indonesia menanggung
beban ekonomi dan keuangan sebagai akibat ketentuan-ketentuan KMB: beban utang
luar negeri sebesar Rp. 1.500 juts dan utang dalam negeri sejumlah Rp. 2.800
juta. Struktur ekonomi yang diwarisi berat sebelah. Ekspor masih tergantung
kepada beberapa jenis hasil perkebunan. Produksi barang-barang ekspor ini
dibawah produksi sebelum Perang Dunia II.
Masalah jangka pendek yang harus diselesaikan oleh
pemerintah adalah mengurangi jumlah uang yang beredar dan mengatasi kenaikan
biaya hidup, sedangkan maslah jangka panjang adalah masalah biaya hidup,
sedangkan masalah pertambahan penduduk dan tingkat hidup yang rendah. Beban
yang berat ini merupakan konsekuensi dari pengakuan kedaulatan. Defisit
pemerintah pada waktu itu dan sejumlah Rp.5,1 miliar. Defisit ini untuk
sebagian berhasil dkurangi dengan pinjaman pemerintah, yaitu dngan cara
melakukan tindakan keuangan pada tanggal 20 Maret 1950. Jumlah yang didapat
dari pinjaman wajib sebesar Rp.1,6 Miliar. Kemudian, dengan kesepakatan sidang
Menteri Uni Indonesia Belanda, diperoleh kredit sebesar Rp. 200.000.000,00 dari
negeri Belanda. Pada tanggal 13 Maret dibidang perdagangan diadakan usaha untuk
memajukan ekspor dengan sistem sertifikat devisa. Tujuan pemerintah adalah untuk
merangsang eksport.
Sejak tahun 1951 penerimaan pemerintah mulai
berkurang disebabkan oleh menurunnya volume perdagangan internasional.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak memiliki barang-barang
eksport lainnya kecuali hasil perkebunan. Perkembangan ekonomi indonesia tidak
menunjukkan arah yang stabil, bahkan sebaliknya. Pengeluaran pemerintah yang
semakin meningkat akibat tidak stabilnya situasi politik (perluasan program
pemerintah, biaya untuk operasi-operasi keamanan dalam negeri), adalah sebab
utama bagi defisit. Disamping itu, pemerintah sendiri tidak berhasil
meningkatkan produksi dengan menggunakan sumber-sumber yang masih ada untuk
peningkatan pendapatan nasional kecuali itu, kelemahan pemerintah lainnya
adalah politik keuangan tidak dibuat di Indonesia tetapi di rancang di
Nederland. Jadi, penyebab terjadinya instabilitas tidak semata-mata terletak
pada perluasan program, tetapi dipengaruhi juga oleh dua faktor diatas. Hal ini
karena politik kolonial belanda. Pemerintah Belanda tidak mewariskan ahli-ahli
yang cukup sehingga usaha mengubah sistem ekonomi dari ekonomi kolonial ke
ekonomi nasional tidak menghasilkan perubahan yang derastis.
2.3
Kehidupan
Sosial-Budaya Masa Demokrasi Liberal
a. Pendidikan
Setelah diadakan pengalihan pendidikan
dari pemerintah Belanda kepada pemerintah RIS tahun 1950, oleh mentri
pendidikan Dr. Abu Hannifah, disusun sebuah konsep pendidikan yang menitik
beratkan pada spesialisasi. Garis bersar konsep tersebut mencakup berbagai hal
diantaranya adalah pendidikan umum dan pendidikan teknik dilaksanakan dengan
perbandingan 3 : 1. Bagi setiap sekolah umum mulai dari bawah ke atas diadakan
1 sekolah teknik. Sebagai lanjutannya adalah sekolah teknik menengah dan
sekplah teknik atas yang masing-masing ditempuh dalam 3 tahun.
Selain itu, karena Iindonesia adalah
negara kepulauan, maka dibeberapa kota didakan akademik pelayaran. Akademik
Oseonografi dan Akademik Reserch Laut yang didirikan di kota Surabaya, Makasar,
Ambon, Manado, Padang dan Palembang. Untuk tenaga pengajar didatangkan dari
luar negeri seperti Inggris, Amerika dan Prancis. Selanjutnya juga didirikan
sekolah tinggi pertanian. Direncanakan diSumatra Barat dekat Payakumbuh
diadakan filial dari Sekolah Tinggi Pertanian Bogor. Namun, konsepsi tersebut
hilang saat kabiner Hatta berhenti. Oleh Menteri Abu Hafiah juga dirancangkan
kota universiter untuk kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan
Bukittinggi. Direncanakan pula untuk mendirikan akademik voor wetenschappen.
Sistem pendidikan diadakan dengan titik berat desentralisasi, yaitu dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama menjadi urutan daerah dan
supervisi pusat. Sekolah menengah atas menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
baik mengenai masalah keuangan maupun mata pelajaran. Dalamrangka konsolidasi
universitas-universitas negara, dikeluarkan Undang-Undang Darurat No. 7 tahun
1950 yang mewajibkan Mentri Pendidikn Pengajaran dan Kebudayaan Republik
Indonesia Serikat, jika perlu mengambil tindakan dari peraturan yang berlaku
dan lain lain.
Dalam pelaksanannya tanggal 2 Februari
1950 Ir. Surachman diangkakt menjadi Rektor Universitas Indonesia. Selama
periode domookrasi liberal berdasarkan peraturan pemerintah No. 57 tahun 1954
yang mulai berlaku tangal 10 November 1954 didirikan sebuah universitaslain di
Jawa, yaitu Universitas Airlangga di Surabaya. Perluasan
universitas-universitas di luar Jawa direalisasikan dengan dikeluarkannya PP
No. 23, 1 September yang menetapkan berdirinya Universitas Hasanudin di Makasar,
serta PP No. 24 tahun 1956 yang menetapkan berdirinya Universitas Andalas di
Bukittinggi. Kemudian berutrurt-turut berdasarkan PP No. 37 tahun 1957 mulai 1
September 1957 di Bnadung didirikan Universitas Padjajaran, serta dengan PP No.
48 tahun 1957 tanggal 1 September 1957 didirikan Universitas Sumatra Utara di
Medan.
Dalam perkembangan selanjutnya tahun
1958 dibawah Menteri PP dan K. Prof. Prijno disusun konsepsi pengajaran yang
disebut Sapta Usaha Tama yang terdiri atas tujuh ketentuan yaitu
1) Penertiban
aparatur dan usaha-usaha departemen PP dan K
2) Meningkatkan
seni dan olahraga
3) Mengharuskan
usaha halaman
4) Mengharuskan
penabungan
5) Mewajibkan
usaha-usaha koperasi
6) Mengadakan
kelas masyarakat serta
7) Membentuk
regu kerja dikalangan SLA dan universitas
Mengenai sekolah asing, pada tahun 1957
pemerintah menganbil tindakan pengawasan yang dilasanakan oleh Departemen
Pengajaran dan pihak penguasa Perang Pusat. Sekoah asaing merupakan sekolah
partikelir yang mengunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantarnya. Pada
pertengahan tahun 1957 sekoalh asing yang terdiri atas 1.800 sekolah Cina dan
125 sekoalh Belanda dinilai mempunyai aspek khusus yaitu
1)
Karena Belanda belum bersahabat dengan
Indonesia,
2)
Timbulnya sengketa politik antara Kou
MinTang dan Kung Chang Tang di Cina yang telah meluas sampai ke masyarakat Cina
di indonesia.
Maka dari itu pemerintah mengambil
keputusan utuk mencegah merembetnya persoalan Cina ke Indonesia. Tentang
pengawasan pengajaran aing tersebut maka dikeluarkan Peraturan Penguasaan
Militer pada 6 November 1957 No. 4/PMT tahun1957 yang berlangsung sampai 17
April 1958.
Dalam bidang pendidikan jasmani tanggal
2 Januari 1950 dikeluarkan Undang-Undang No.4 tahun 1950 tentng pengajaran.
Pada bab IV pasal 9 tentang pendidikan jasmani tercantum “Tujuan pendidikan dan
pengajaran adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah
air. Dengan adanya ini maka jumlah kantor inspeksi pendidikan jasmani dan sekolah
Gguru Pendidikan Djasmani (SGPD) juga kantor instruktur, aplikasi dari
pendidikan jasmani dinentuk.
b. Bahasa
Gagasan
untuk menyempurnakan ejaan bahasa Indonesia timbul pasca diadakan Kongres
Bahasa Indonesia di Medan yang menghasilkan keputusan penyelidikan dan
penetapan dasar-dasar ejaan praktis bagi bahasa Indobesia. Dibentuklah panitia
Panitia Pembahas ejaan Bahasa Indonesia dengan surat keputusan Mentri PP dan K
No. 448/S 19 Juli 1956.
Pada
17 April 1957 diadakan perjajian persahabatan antar RI dan Persekutuan Tanah
Melayu. Selanjutnya tanggal 4-7 Desember 1959 di Jakarta diadakan sidang
bersama antara Panitia Pelsanaan Kerja
sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia yang diketuai olelh Prof. Dr. Slametmuljana
dan Kuasa Bahasa Resmi Baharu Persekutuan Tanah Melayu dipimpin Syeh Nasir bin
ismail. Sidang ini menghasilkan pengumuman bersama Ejaan Bahasa Melayu-Bahasa
Iindonesia yang pada tahun 1961 diterbitkan oleh Departemen PP dan K Republik
Indonesia.
c. Seni
Setelah pengakuan kedaulatan, di
Yogyakarta berdiri organisasi Pelukis Indonesai atau PI yang awalnya dipimpin
oleh Sumutro kemudian diganti oleh Solihin dan Kusnadi. Perkumpulan para
pelukis muda adalah PIM atau Pelikis Indonesia Muda yang terbentuk tahun 1954
dengan Widaya senagai ketuanya. Paling awal di Yogyakarta berdiri PTPI atau
Pusat Tenaga Pelukis Indonesia dengan Djajenggasmoro sebagai ketuanya. Oleh
pemerintah didirikan Akademi Seni Rupa Indonesai (ASRI) yang dibagi menjadi
lima bagian yaitu seni lukis, patung, ukir, reklame dan pendidikan guru gambar.
Di Solo beberapa pelukis nergabung dengan Himpunan Budaya Surakarta. Di Madiun
berdir Tunas Muda.
Seni tari pada periode tahun 1945-1955
pembaharuannya baru terbatas pada teknik penyajian. Pada waktu itu pengaruh
komunis sangat terasa, tarian klasik yang dianggap berbau keraton
dikesampingkan dan muncuk tarian yang bertema kerakyatan dan kehidupan
sehari-hari, seperti tari tani, tari tenun, tari nelayan dan tari koperasi.
Perkembangan semacam ini berkembang diseluruh tanah air. Pada 27 Agustus 1950
di Surakarta didirikan Konservatori Karawitan, maksud dari didirikannya
konservatori karawitan ini adalah untuk mempertinggi serta memperkembangkan
karawitan.
Selanjutnya muncul tokoh-tokoh seniman
dari Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), merupakan sebuah ormas PKI yang
mendukung konsepsi Presiden Soekarno dan mendesak agar seluruh kehidupan seni
diperpolitikan sesuai dengan garis partai mereka. Tokoh-tokoh tersebut seperti
Henk Ngantung, Pramoedya Ananta Toer, Basuki Resobowo, dan Kotot Sukardi. Dalam
tubuh PPFI tinbul ketegangan antara pendukung Konsepsi Presiden dan golongan
yang tidak menyetujui para artis film berpolitik praktis. Akhirnya, golongan
akhitnya golongan komunis (PKI) berhasil mempengaruhi PPFI sehingga ditengah
kancah pergolakan para artis film itu muncul istilah :Artis film yang
berpolotik”.oleh A.S Bey diusulakan untuk diadakannya simposium film dengan
acara artis film yang berpolitik, yang kemudian diadakan pada tanggal 8
September 1957 di Aula Univesitas Indonesia.
Mengenai perkembangan seni bangunan
dapat dikatakan bahwa keadaan bangunan di kota-kota pada umumnya mengambil
tempat tidak berketentuan dan tidak selaras dengan keadaan alam.
Sekkolah-sekolah, kantor besar. Toko. Gedung tua, dan pondok rakyat
berselang-seling sepanjang jalan atau dalam
satu bagian kota yang seharusnya mempunyai ketentuan pasti. Sedangkan untuk baguanan di desa-desa
masih berpegang pada corak lama hal ini disebabkan karena lemahnya ekonomi
rakyat.
d. Media
Komunikasi Masa
Ciri umum dari pers pada masa demokrasi
liberal adalah ditandai dengan prinsip-prinsip liberal dalam penulisan berita,
tajuk rencana da pojok. Pada umumnya memiliki segi komersial yang kurang
meskipun telah diasuh secara liberal.
Suatu ciri khusus pada masa liberal
adalah surat kabar bekas milik Dinas Penerangan Belanda yang kemudian diambil
alih oleh tenaga bangsa Indonesia. Ternyata dalam pengurusannya jauh lebih baik
dibandingkan pers yang diusahakan oleh modal awasta nasional.
Pada tahun 1957, dengan
dinasiolisasikannya perusahaan-perusahaan Belanda, membuat surat kabar dengan
bahasa Belanda lenyap dari peredaran. Peristiwa terpenting dalam perkembngan
surat kabar selama masa demokrasi liberal adalah diselenggarakannya seminar
pers di Tugu, Bogor tanggal 24-26 Juli 1955.
Jika dilihat dari segi komersialnya pers
daerahmemang kurang menguntungkan. Faktor penduduk yang ada disuatu daerah juga
memperngaruhi kaitannya dengan kemajuan surat kabar, selain itu juga faktor
ekonomi perdagangan serta taraf kecerdasan penduduk juga ikut mempengeruhi
maju-mundurnya surat kabar.
Dikota-kota besar seperti Medan, Bandung
dan Surabaya surat kabar dikatakan lumayan berkembang jika dibandingkan dengan
kota-kota kecil. Keterlambatan kemajuan pers didaerah disebabkan karena
kebangganan akan pers daerah yang kurang. Hal ini mungkin juga dissebabkan
karena pers daerah yang belum memperhatikan sifat-sifat yang layakuntuk
dijadikan kebangaan bagi daerah yang bersangkutan.
Sifat pers Indonesia dapat dikatakan
masih regional. Artinya tidak dapat untuk memusatkan atau konsentrasi surat
kabar pada suatu tempat, misalnya saja ibu kota. Disetiap profinsi terdapat surat kabar besar maupun kecil yang
berjumlah 79 surat kabat. 15 harian terbit di Jakarta, selebihnya terbit
didaerah-daerah.
Dalam memberikan kriteria pembedaan pers
pusat dan daerah yang ditentukan adalah tempat berdirinya. Pers pusat terbit di
ibu kota dan pers daerah terbit di suatu ibu kota profinsi atau hanya dalam
sauatu kota besar. Sebenarnay tidak ada perbedaan yang esensial antara keduanya
. uang disebut dengan pers daerah kota tempa t terbitnya pers itu dan dan
daerah sekitarnya. Dengan demikian dalam pemberitaanya pers daaerah mau tidak
mau harus memeperhatikan dan mempertimbangkan keinginan pembacanya dalam
penyebaran bereitanya yang meliputi dua macam suasana yaitu kota dan desa.
Hal yang menjadi masalah lain sat itu
adalh adanya anggapam umum bahwa pers atau media masa di tanah air memiliki
andil yang besar dalam merusak nahasa Indonesia. Meskipun demikian tidak
sedikit pula yang beranggaan bahwa pers memiliki andil dalam erkembangan bahasa
Indonesia. Dari kedua anggapan ini dapat dilihat bahwa media masa memiliki
peranan besar kaitannya dengan perkembangan bahasa Indonesia.
Sarana komunikasi vital lainnya adalah
radio, sejak proklamasi kemerdekaan penyiaran radio dikuasai oleh masyarakat
Ondonesia. Setelah pengakuan kedaulatan corak penyiaran radio mengalami
perubahan, yaitu lebih digunakan untuk kepntingan nasional.
2.4
Kehidupan
Hankan Masa Demokrasi Liberal
a. Masalah-Masalah
Angkatan Perang
1) Peristiwa
17 Oktober 1952
Pada hakikatnya, peristiwa 17 Oktober 1952 mempunyai
faktor-faktor penyebab pada masa-masa sebelumnya. Setelah Perang Kemerdekaan
berakhir, Indonesia menghadapi banyak persoalan, antara lain:
a) Keadaan
politik yang labil dengan sistem demokrasi liberal model eropa Barat(khususnya
Belanda);
b) Keadaan
sosial-ekonomi yag semakin memburuk dan korupsi yang semakinmeluas;
c) Persoalan
pembebasan Irian-Barat yang tidak cepat selesai;
d) Kemerosotan
integritas dan kemampuan aparatur pemerintahan akibat pertentangan antar dan
intern partai-partai serta pergolakan intern angkatan perang.
Setelah pengakuan kedaulatan,
pimpinan Angkatan Perang khususnya kepala staf Angkatan Perang (KSAP) dan
kepala staf Angkatan Darat (KSAD)
berusaha mengonsolidasi dan memajukan TNI. TNI yang terdiri atas
pejuang-pejuang yang bermodalkan semangat dan masih diikat oleh loyalitas
pribadi, akan ditingkatkan menjadi Angkatan Perang yang lebih tinggi mutu
teknis militernya dan diikat oleh disiplin yang melembaga. Jika usaha ini
berhasil, angkatan perang akan menjadi suatu kekuatan sosial politik yang
kompak yang dapat mengimbangi kekuasaan partai-partai politik dan golongan
politik pada umumnya.
Pada tanggal 18 juli 1952 KSAP mengirim surat kepada
pemerintah, mendesak agar peristiwa tersebut diselesaikan sesuai dengan
prosedur militer. Karena tindakan Kolonel Bambang Supeno dianggap melanggar
disiplin, Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX membebastugaskannya.
Sementara itu, seksi-seksi pertahanan dari parlemen memberikan perhatian yang
serius terhadap masalah ini. Pembebasan tugas Kolonel Bambang Supeno yang
kemudian diajukan kepada Presiden ternyata ditolak.
Akibat peristiwa 17 Oktober ini Angkatan Darat
mengalami perpecahan yang memerlukan waktu bebrapa tahun untuk mengatasinya.
KSAP Jenderal Mayor T.B Simatupang diberhentikan dan jabatan KSAP dihapuskan ,
sedangkan KSAD Kolonel A.H.Nasution mengajukan permintaan berhenti, sebagai
pertangungjawaban atas terjadinya peristiwa tersebut. Ia digantikan oleh
Kolonel Bambang Sugeng. Pemerintah pada tanggal 22 November 1952 mengeluarkan
keterangan bahwa pada tanggal 17 Oktober tidak terjadi coup atau percobaan
coup.
2)
Masalah Intern Angkatan Udara
Peristiwa yang hampir serupa dengan yang terjadi di
Angkatan Darat pada tanggal 27 Juni 1955 terjadi pula di Angkatan Udara. Di
Pangkalan Udara Cililitan (Halim Perdanakusuma) pada tanggal 14 Desember 1955
terjadi keributan menjelang dilantiknya Wakil Kepala Stafv Angkatan Udara
Komodar Muda Udara Hubertus Suyono. Tidak lama sebelum komodar Suyono dilantik,
secara tiba-tiba 25 orang prajurit dari pasukan kehormatan pembawa panji-panji
Angkatan Udara bersama-sama maju serta berteriak, “tidak setuju.tidak setuju!”
Secara beramai-ramai mereka meninggalkan barisan.Upacara pelantikan mengalami
kegagalan karena Menteri pertahanan Burhanudin Harahap menolak melantik Komodar
Suyono tanpa panji-panji.
Sementara itu, pada tanggal 2 juli dan 12 juli 1952
di Pangkalan Cililitan (Halim) diselenggarakan rapat yang membahas masalah
pendidikan dan penerbangan yang dipimpin oleh Komodar Muda Suyono. Terjadinya
rentetan rapat-rapat itu menunjukkan bahwa dikalangan perwira AURI terdapat dua kelompok, sebagian mendukung
KSAU dan sebagian lagi menentang kebijakan KSAU.
b. Gangguan
Keamanan Dalam Negeri
Kembalinya ke
Negara Kesatuan juga berdampak pada sebagian tokoh dari Negara bagian ingin
tetap mempertahankan sebagai sebuah
Negara yang berdiri sendiri dengan cara mengadakan pemberontakan-pemberontakan..
Sehingga hal ini menjadi gangguan dan ancaman keamanan dalam negeri. Adapun
pemberontakan-pemberontakan itu antara lain:
1) Pemberontakan
APRA
Pada masa RIS tidak sedikit kesukaran
yang dihadapi oleh pemerintah dan rakyat. Adanya pembrontakan yang dilakukan
dari dalam oleh beberapa dolongan yang mendapatkan dukungan dari Belanda
ataupun mereka yang merasa takut akan kehilangan haknya apabila Belanda
meninggalkan Indonesia.
Pertama adalah gerakan yang dikenal
dengan nama APRA atau Angkatan Perang Ratu Adil dibawah pimpinan bekas Kapten
Raymond Westerling. Gerakan ini di dalangi olehgilongan kolonialis Belanda yang
ingin menganmankan kepentingan ekonominya.
Cara yang digunakan oleh Westerling
untuk menperoleh dukungan yaitu dengan memainkan kepercayaan rakyat tentang
akan datangnya Ratu Adil. Ia memahami keadaan rakyat Indonesia sangat
mendambakan masa kemakmuran. Tujuan APRA dan kaum Kolonialisasi yang ada
dibelakangnya ialah mempertahankan bentuk federal di Indonesia dan tentara tersendiri
di negara bagian RIS. Padahal, dalam
Konferensi Antar-Indonesia di Yogyakarta telahdisetujui bahwa APRIS adalah
Angkatan Perang Nasional.
Pasukan APRA yang berangotakan lebih
dari 523 orang dengan persenjataan lengkap menyerang kota Bandung pada 23
Januari 1950. Pada gerakan tersebut, pasukan APRA melucuti anggota anggota
polisi di pos Cimindi, Cibeureum, dan pabrik Mekaf. Di dalam kota mereka
membunuh setiap anggota TNI dan berhasilmenduduki Markas Staf Divisi Ailiwangi
setelah membunuh regu jaga dan Kolonel Lembong.
Gerakan APRA di Bandung menyebabkan
lebih dari 79 orang tewas, ssehingga pemerintah RIS segera mengirimkan bantuan
ke Bandung yaitu satuan Mobiele Brigade Polisi (Jawa Timur) dibawah komando
Komosaris Polisi II Sudjipto Judodiharjo. Sementara itu di Jakarta diadakan
perundingan antara Perdana Menteri RIS Moh dan Komisariat Tinggi Belanda.
Sesuai dengan hasil perundingan, maka Komisariat Tinngi Belanda memerintahkan
Mayor Jendral Engels untuk memaksa Westerling dan pasukannya meninggalkan
Bandung.
Setelah APRA meninggalkan Bandung, APRIS
mengadakan razia secara intensif. Tokoh – tokoh seperti Anwar Tjjokroaminoto,
R. Jusuf, Djanakum, Surja Kertalegawa, dan Male Winarakusumah ditangkap.
Selain itu APRA juga merencanakan
gerakan di Jakarta. Dimana Westerling mengadakan kerjasama dengan Sultan Hamid
II. Menurut rencana pasukan APRA akan menyerang tempat kabinet mengadakan
sidang. Sebagai kamuflase Sultan Hamid II akan ditembak tepat sikakinya, yang
akan dilaksanakan pada 24 Januari. Namun, hal ini telah diketahui okeh aparat
Integent yang menyebankan Sultan Hannid II
ditangkap dan Westerling meninggalakan Indonesia 22 Februari 1950.
Dengan bubarnya Westerling maka para pengikutnyapun ikut bubar.
2) Pemberontakan
Andi Azis
Pemberontakan selanjutnya adalah
pemberontakan AndiAzis yang dijalankan oleh Kapten Andi Azis, bekas ajudan
Presiden NTT di Makasar. Sebenarnya 30 Maret 1950 Andi Azis dengan pasukan
dibawah komandonya telah mengabungkan diri dalam APRIS pada upacara resmi
didepaan Letnan Kolonel A.J. Mokoginta, Ketua Komisi Militer, dan Teritorial
Indonesia Timur. Naamun, kurang dari satu minggu saat pengabungannya itu, Andi
Azis malah melakukan pemberontakan. Motifnya karena menolak masuknya pasukan
APRIS yang berasal dari TNI ke Makasar. Saat itu situasi politik di Makasar
memang tidak stabil. Karena demonstrasi kedua kelompok yang bersebrangan, yaitu
kelompok anti federal yang menuntut agar
NTT secepatnya membubarkan diri dari RI dan kelompok profederal
berdemmonstrasiuntuk tetapmempertahankan NTT.
Dalam keadaan yang cukup tegang tersebut
terdebgar kabar bahwa 5 April 1950 pemerintah RIS mengirimkan 900 pasukan APRIS
yang berasal dari TNI dibawah komando Mayor H.V. Worang ke Makasar untuk
menjaga keamanan disana. Berita ini menghawatirkan pasukan KNIL yang merasa
akan terdesak dengan datangnya pasukan ini. Mereka bergabing dan menamakan diri
sebagai Pasukan Bebas dibawah pimpinan Kapten Andi Azis. 5 April 1950 Andi Azis
dibawah bantuan anggota Koninklijke dan KNIL menyerang markas APRIS di Makasar.
Karena memiliki pasukan yang lebih unggul dengan APRIS maka dengan seketika
mereka dapat menguasai Makasar, selain itu dipihak pasukan APRIS menjadi korban
dan beberapa perwira termasuk Letnan Kolonel A.J. Mokoginta ditawan.
Untuk menghadapi pembrontakan ini, pada
7 April 1950 pemerintah mengirimkan pasukan ekspedisi ke wilayah Sulawesi
dibawah komando Kolonel A.E. Kawilarang. Pada 8 April, pemerintah mengultimatun
Andi Azis dalam waktu 2 x 24 jam untuk melaporkan diri ke Jakarta guna
mempertanggungjawankan perbuatannya. Ia berjanji akan datang ke Jakarta pada 13
April, namun hal ini tidak pernah terjadi dikarenakan desakan dari Soumokil.
Pada akhirnya ia menyerahkan diri pada Letnan Kolonel Mokoginata dan dibawa ke
Jakarta untuk diadili pada 15 April. Sementara itu, Batalion Worang mendarat di
Jeneponto dibawah kawalan Konvet Banteng dan Hang Tuah. Pasukan ini kemudian
bergerak ke Makasar dan pada 22 April berhasil memasuki kota tanpa adanaya
perlawanan.
Pada 26 April mendaratlah pasukan
ekspedisi yang beranggotakan 12.000 personel dibawah Kolonel A.E. Kawilarang di
pantai timur, tenggara dan barat Sulawesi Selatan. Untuk membantu kelancara
operasi di darat, APRIS mengerahkan dua pesawat pengebom B. 25 Mitchell, markas komando APRIS
ditempatkan di Makasar. Disamping kekuatan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara pihak Kepolisisan Pusat di Jakarta mengerahkan dua kompi Mobiele
Brigade yang berasal dari Jawa Timur.
Dalam rencana pendaratan APRIS di
Sulawesi Selatan dilakukan pembangian tugas sebagai berikut :
1) Batalion
Worang mendarar di Jeneponton menuju Makasar
2) Korvet
Rajawali menenbaki Pare-Pare dari selat Makasar
3) Batalion
Andi Mattalatta mendarat di Pancana kemudian bergerak di Pare-Pare.
4) Pesawat-pesawat
AURIS menembaki kota Makasar
5) Korvet
Banteng menembaki Bhontain
6) Brigade
Garuda Mataram Divisi II dibawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto mendarat di
Bhonthain menuju Makasar
7) Brigade
18 Devisi I dibawah pimpinan Letnan Kolonel S. Sukowati mendarat di Balangnipa
dan Sinjai.
Dengan datangnya pasukan ekspedisi ini,
keamanan di Makasar berhasil dipulihkan. Namun keadaan ini tidak berlangsung
lama, karena didalam kota masih ter dapat pasukan KL dan KNIL yang emnunggu
penaarikan keluar kota Makasar. Pasukan ini juga mengadakan provokasi dan
memancing bentrokan dengan pasukan APRIS. Pertempuran antara APRIS dan KNIL
terjadi pada 15 Mei 1950, dimana APRIS berhasil memukul undur lawannya.
Walaupun demikian bentrokan senjata masih terjadi di Matoangin, Mariso,
Boomstraat, dan Markas Staf KNIL di Hogepad. Kemudian pasukan APRIS mengadakan
pengepungan terhadap tangsi-tangsi KNILkarena mereka tetap bersikap profokatif.
Dengan pertimbangan bahwa pertempuran mungkin akan terjadi di kota Makasar,
Komandan APRIS sektor Makasar Letkol Soeharto memerintahkan tiap-tiap sunsektor
untuk mengirimkan satu kompi pasukan kekota.
Untuk mengatasi kemelut tersebut, 18 Mei
1950 diadakan perundingan antara pemimpin APRIS dengan Kolonel Kepala Staf
Angkatan Darat Abdul Haris Nasution sebagai wakilnya dan KNIL diwakili oleh
Kolonel Pereira. Dalam perundingan tersebut disepakati untuk untuk melakukan
penjagaan bersama oleh Polisi Militer (PM) dari pihak APRIS dan MP atau Militer
Politie dari pihak KNIL, di daerah-daerah tangsi KNIL. Di daerah tersebut KNIL
tidak boleh keluar dan sebaliknya prajurut APRIS tidak boleh masuk. Hasil ini
hanya ditaati selama beberapa bulan. Pertempuran kembali terjadi, karena
tindakan anggota KNIL menembak mati seorabg perwira APRIS. Letnan Jan Ekel pada
1 Agustus 1950.
Pertempuran meletus pada 5 Agustus
ketikaa markas staf Brigade Garuda Mataram tiba-tiba diserabg oleh KNIL.
Tanggal 8 Agustus KNIL-KL sudah sangat lemah, menyadari kedudukannya yang
kurang baik maka 8 Aagustus ppihak KL KNIL meminta untuk diadakan perundingan,
yang diadakan antara Kolonel Kawilarang dan Mayor Jendral Schefellar dari
KL-KNIL. Hasil dari perndingan ini adalah kedua oihak setuju untuk
memberhentikan tembak – menembak dan dalam waktu dua hari pasukan KL-KNIL harus
sudah meninggalkan Makasar.
3) Pemberontakan
RMS
Gerakan separatis Republik Maluku
Selatan yang tidak hanya ingin memmisahkan diri dari NTT, tapi juga dari RIS.
Pendiri dari RMS adalah Dr. Christian Robert Steven Soumokil yang tidaklain
adalah bekas Jaksa Agung di NTT.
Pada tanggal 4 April Ir. Manusama mengadakan
rapat rajapatoo, dalam rapat tersebut dikemukakan bahwa pengabungan Maluku
selatan dengan wilayan Indonesia lainnya mengundang bahaya. Untuk
memperingatkan hal ini pada seluruh masyarakat Ambom maka tanggal 18 April 1950
diadakan kembali rapat umum berkat persetujuan dari para rajapati.
Perkembangan setelah rapat ini lebih di
dominasi oleh Soumokil, perannya secara aktif dalam proses pembentukan RMS
tampak ketika ia mengadakan rapat rahasia di Tulehu, yang juga dihadiri para
pemuka KNIL dan Ir. Manusama itu Soumokil menganjurkan agar KNIL bertindak.
Seluruh anggita Dewan Maluku Selatan disarankan untuk dibunuh, kemudian daerah
tersebut dinyatakan sebagai daerah merdeka. Namun sebagian besasr menolak
pembunuhan tersebut, untuk melaksanakan proklamisi disarankan agar pemerintah
daerah lah yang melakukannya. Pada rapat kedua karena paksaan dari pasukan
KNIL, J. Manuhutu hadir dalam rapat tersebut.
Sampai bulan April di Ambon terdapat
2.000 orang anggota KNIL. Terdapat pula kelompok yang dikirim kesana dengan
tujuan lain. Suatu saat terjadi kekacauan antara anggota KNIL dengan
pemimpinnya yang berkebangsaan Belanda. Untuk mengatasinya, Kementrian
Pertahanan RIS menggirim Letkol Tahinya yang mencatat anggota KNIL yang ingin
masuk dalam APRIS.
Sebelum dilaksanakannya prolamasi RMS,
dilancarkan propaganda-propaganda oleh Gabungan Serangkai yang beranggotakan
KNIL dan Partai Timur Besar. Menjelang proklamasi 24 April 1950 Soumokil
berhasil menghimpun kekuatan pada masyarakat Maluku Selatan. Pemerintah RIS berusaha
mengatasi masalah ini dengan jalan damai melalui Dr. Leimena, namun hal ini
ditolak oleh Soumokil. Tanggal 12-13 Juni 1950 dalam tujuan untuk membendung
meluasnya pengaruh RMS diadakan Konferensi Maluku di Semarang. Dalam tersebut
para politikus Mbon umumnya adalah tokoh pada masa pergerakan nasional yang
menganjurkan agar masyarakat Maluku mengirmkan misi perdamaian ke Ambon.
Gagasan ini tidak disetujui oleh para pemuda dan kelompok perjuangan dan
menyarankan agar pemerintah melaksanakan operasi militer.
Pada tanggal 14 Juni, pasukan ekspedisi
APRIS dibawah pimpinan Kolonel Kawilarang mendarat di Namlea, Pulau Baru.
Pasukan ini berhasil menerobos pos-pos
penting di Pulau Buru, komandan pasukan RMS menyerah dalam perlawanannya dengan
Kolonel Kawilarang. Setelah itu dilanjutkan lagi menuju Seram pada 19 Juni dan
dengan mudah wilayah Seram Barat dapat langsung dikuasai. Tanggal 28 September
pasukan ekspedisi mendara di Ambon, dan dengan demikian wilayah Ambon utara
berhasil dikuasai. Serangan dilanjutkan ke Teluk Passo. Dalam serangan itu
pasukan dibagi menjadi tiga grup, grup I dipimpin Mayor Ahmad Wiranatakusumah,
grup II dipimpin Letnan Kolonel Slamet Riyadi, grup III dipimpin Mayor Surjo
Subadrio. Grup III berhasil menguasai lapangan terbang Laha, grup II mendarat
di Tulehu dan pada 3 Novenber grup I
berusaha merebut benteng Nieuw Victoria, pada saat itu juga Ambon dapat
ditahlukan melalui pertempuran yang dramatis.
Dengan jatuhnya Ambon, perlawanan RMS
praktis telah ditahlukan. Banyaknya tokoh yang melarikan diri ke pedalaman
pulau Seram dan selama beberapa tahun mengadakan serangkaian pengacauan.
4) Pemberontakan
DI/TII
Pemberontakan DI/TII terjadi di beberapa
daerah diantaranya adalah sebagai berikut :
a)
DI/TII Jawa Barat
Pemberontakan dengan motof agama Islam
ini muncul di Jawa Barat dengan pemimpinnya Sekarmadji Maridjan Kartisuwiryo,
tokoh partai PSSI tahun 1930. Tanggal 7 Agustus 1949 ia memproklamasikan
berdirinya Negara Islam Indonesi yang kemudian lebih dikenal dengan Darul Islam
di Tasikmalaya. Seletah porolamasi kemerdekaan, Kartosuwiryo menjadi anggota
Partaii Masyumi.
Pada tanggal 14 Agustus 1947,
Kartosuwiryo menyatakan perang sucidengan Belanda. Ia membagi wilayahnya dengan
Daerah I, Daerah II dan Daerah III. Dalam konferensi Cisayong yang
diselenggarakan pada Februari 1948 diputuskan untuk merubah gerakan mereka dari
kepartaian menjadi bentuk kenegaraan serta membekukan Masyumi di Jawa Barat.
Melalui Majelis Umum Islam kemudian dibentuk, Kartosuwiryo diangkat sebagai
imam dalam NII. Selanjutnya dibentuk angkatan perang yang diberi nama Tentara
Islam Indonesia.
Pemerintah RIS berusaha menyelesaikan
pemberontakan Kartosuwiryo dengan jalan damai. Dibentuk sebuahpanitia dengan
anggota Zainul Arifin, Makmum Sumadipradja dan Kolonel Saadikin. Namun usaha
ini gagal, begitupun dengan usaha wali Alfatah pada masa Kabinet Natsir.
Kartosuwiryo bersedia berunding apabila pemerintah mengakuui eksistensi NII.
Gagalnya usaha damai ini kemudia membuat TNI melancarkan Operasi Merdeka.
Serangan DI/TII belum dihadapi dengan tektik anti griliyanya. Disampin itu
kekuatan TNI juga pecah karena sebagian pasukan dikirim keluar Jawa untuk
menghadapi DI/TII Sulawesi dan Aceh.
Tahun 1957 menjadi titik balik dari
DI/TII setelah TNI menyusun Rencana Pokok 21. Intinya adalah menahan DI/TII di
daerah tertentu untuk selanjutnya dihancurkna. Operasi in dimulai di Banten dan
dilanjutkan kearah timur, rakyat juga diikutsertakan untuk mencegah masuknya
anggota DI/TII ke desa-desa. Taktik ini berkembang menjadi Operasi Pagar Betis
yang berhasil membatasi kegiatan gerombolan.
b)
DI Jawa Tengah
Pemberontakan didaerah Jawa Tengah
khususnya daerah pekalongan dengan pemimpin Amir Fatah pada bulan Agustus 1948
membawa tiga kompi pasukan Hisbullah ke daerah pekalongan. Untuk menghimpun
kekuatan ia mendirikan Majelis Islam dan pasukan bersenjata Mujahidin. Ia
memproklamasikan berdirinya negara Islan Jawa Tengah sebagai Negara Islam
pimpinan dari Kartosuwiryo. Bumiayu dijadikan sebagai basis pasukan
pertahanannya. Serangan terhadap pos-pos TNI mulai dilakukan termasuk di
Pekalongan.
Untuk menghadapi pemberontakan ini, TNI
melancarkan operasi terhadap konsentrasi pasukan DI di Tembangrejo dan
Pengarasan. Akibatnya, kekuatan DI melai melemah. Tahun 1950 TNI mulai
membentuk komando tempur yang disebut Gerakan Banteng Negara (GBN) denga
pemimpinnya Kolonel Sarabini. Tujuan utamanya adalah memisahlan DI Jawa Tengah
dan DI Jawa Barat. Dalam operasi ini Amir Fatah tewas tanggal 22 Desember 1950
dalam perjalanan ke Jawa Barat untuk bergabung dengan Kartosuwiryo.
c)
DI/TII Aceh
Awal tahun 1951, setelah RIS bubar dan
kembali kenegara kesatuan status Aceh kembali menjadi daerah kepresidenan dalam
lingkup provinsi Sumatra Utara. Hal ini sangat mengecewakan Daud Beureuh dan
anggota Pusat Ulang Seluruh Aceh. Sejak itu ia mulai membangun kekuatan untuk
melawan pemerintah.
Pada 21 September 1953 Daud
memproklamasikan Aceh sebagai daerah bagian dari NII dibawah pimpinana
Kartosuwiryo. Serangan paling hebat dilancarkan pada kota Takengon yang dapat
dikuasai selama tiga bulan.
Untuk menghadapi pemberontakan ini TNI
mendatangkan pasukan dari Sumatra Utara dan Sumatra Tengah. Begutu pula
kepolisian Negara mengerahkan satuan Brigade Mobil. Pada akhir Nivember 1953,
kota-kota yang dikuasai oleh DI direbut kembali oleh pemerintah. Para
pemberontak mengundurkan diri ke hutan dan melakukan sabotase terhadap
alat-alat perhubungan, meneror rakyat. Untuk menangannii hal ini KMDA Letnan
Kolonel Sjamaun Gaharu mengadakan kebijakan yang disebut Konsepsi Prinsipil
Bijaksana. Intinya adalah menerima dengan tangan terbuka para pemberontak yang
menghentikan perlawanan dan menghancurkan mereka yang masih membangkang.
Pendekatan persuasif dilakukan dengan beberapa tokoh DI. Pada tanggal 5-7 Juli
1957 Sjamaun Gaharu dengan M. Insja mengadakan pertemuan dengan tokoh DI, yakni
Hasan Saleh, Hasan Ali, Ghani Mutiara, Ustad Amin, dan Pawang Leman di Desa
Lamteh. Yang menghasilkan ikrar Lamteh yang intinya adalah kedua pihak bersedia
untuk menghentikan bakutembak dan mengusahakan jalan terbaik untuk
menyelesaikan masalah Aceh.
Ikrar Lamtehmenyebabkan perpecahan di
kalangan DI. Kelompok Hasan Saleh bersedia berundiing dengan pemerintah namun
Daud Beureuh menolak. Mei 1959 pemerintahmengirim misi yang dipimpin M. Hardi
untuk dengan kelompok Hasan Saleh. Hasil penting dalam perundingan itu
adalahpemerintah akan memberikan status istimewa untuk Aceh, tetapi Daud
Berudeuh menolak dan terus melanjtkan pemberontakannya.
d) DI
Sulawesi Selatan
(1) Pemerontakan
Kahar Muzakkar.
Awal pemberontakan Kahar di Sulawesi
Selatan bermula dari rencana Pemerintah membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi
Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakkar
menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya
dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah
pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak di antara mereka yang tidak
memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan
menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat
dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar
Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa
persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakkar mengubah nama
pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari
DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953.
Selama bergerilya di hutan Kahar beserta
pengikutnya yang mengatas namakan Tentara Islam Indonesia melakukan banyak
hal-hal yang menyimpang. Diantaranya pembersihan berdarah terhadap kaum
bangsawan perampasan hak milik rakyat, beupa emas, tanah, dah harta benda
lainnya untuk digunakan membeli peralatan pergerakan yakni senjata dan biaya
lainnnyaselama bergerilya.
Selanjutnya hal yang sangat membuat
Pemerintah Indonesia waktu itu sangat marah yakni tindakan Kahar Muzakkar yang
memproklamasikan Negara RPII pada 14 Mey 1962, dengan mengangkatdirinya sebagai
Khalifahnya. Selanjutnya Kahar membentuk kabiet RPII dengan beberapa menteri
seperti, Menteri Muda Pertahanan Sanusi Daris, Menteri Kehakman H. Djunaidi
Sulaeman, dan beberapa menterilainnya.
(2) Penumpasan
Pemerontakan Kahar Muzakkar.
Karena pergerakannya dinilai sudah
separatis dan bertentangan dengan Negara, TNI kemudian diperintahkan untuk
menumpas pemberontakan KaharMuzakkar diSulawesi Selatan ini. Sebelumnya beerapa
kali ajakan damai diajukan oleh petinggi Sulawesi Selatan misalnya A. Sose akan
tetapi Kahar beserta pengikutnya tidak menyetujuia hingga pada akhirnya pada
tanggal 3 Februari 1965, melalui Operasi Tumpas, ia dinyatakan tertembak mati
dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan anggota
pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Namun tidak pernah diperlihatkan pusaranya,
mengakibatkan para bekas pengikutnya mempertanyakan kebenaran berita
kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya dikuburkan di Kilometer 1 jalan raya
Kendari.
c. Krisis
Yang Memuncak
1)
Pergolakan di Daerah
Pada akhir tahun 1956 dan awal 1957 di
beberapa daerah Sumatra dan Sulawesi mucul
gerakan-gerakan yang menentang pemerintah hal ini dikarenakan oleh
alpikasi biaya pembangunan yang diberikan oleh pusat kepada daerah. Awal terjadinya pergolakan di daerah merupakan gerakan
sparatis yang bertujuan memisahkan diri dai pemerintah RI yang sah. Adapun
latar belakang terjadinya pergolakan di daerah antara lain :
a) Anggapan
bahwa pembangunan hanya dipusatkan di Pulau jawa.
b)
Pertentangan
politik yang berlarut-larut, antar politik saling menjatuhkan.
c)
Lahirnya
konsepsi presiden Soekarno tahun 1957 tentang pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
yang sangat menguntungkan PKI
Gerakan yang pertama terbentuk adalah
Dewan Banteng di Padang, Dewan Garuda di Palembang, Dewan Gajah Medan,
Dewan Manguni di Manado, dan Perjuangan Rakyar Semesta di Makasar. Berikut
adalah penjelasan dari gerakan-gerakan yang terjadi di daerah :
a)
Dewan Banteng
Pembentukan Dewan Banteng dilaksanakan
pada tanggal 20-25 Novenber 1956 dengan Letnan Kolonel Adan Husein sebagai
pemimpinnnya. Dalam pertemuan ini juga mengenai usah apembangunan daerah yang
akan dilakukan dengan potensi ekonomi yang seluas-luasnya.
Pada sidang pemerintah daerah, Dewan Banteng
menyarankan agar pembanguan daerah Sumatra Utara diberikan otonomi
seluas-luasnya. Juga diharapkan adanya penelitian mengenai penempatan
pejabat-pejabat daerah. Dibidang pertahanan daerah diusulkan agar dibentuk
komando pertahanan daerah yang berfungsi sebagai komando utama dalam arti
teritorial, operatif dan inisiatifsesuai dengan pembagian administratif Negara
Republik Indonesia. Selain itu diusulkan pula agar eks-devisi Banteng dijadokan
korps dalam Angkatan Darat. Dalam bidang ekonomi pemerintah menghendaki
dihapuskannya sistem sentralisasi yang menimbulkan birokrasi yang kurang sehat.
Hasil dari pertemuan ini kemudian
dilapotkan ke Jakarta oleh delegasi yang terdiri dari Kolonel Dahlan Djambek,
A. Halim, Dahlan Ibrahim, Sidi Bakarudin dan Ali Lubis. Tanggal 28 Novenber
1956 delegasi ini berhasil bertemu dengan perdana mentri Ali Sastroamidjojo,
kemudian Dr. Moh. Hatta dan Mr. A.G. Pringodigdo, namun tidak berhasil menemui
presiden Soekarnao. Sementara itu tanggal 20 November 1956 Letkol Ahmad Husain selaku ketua Dewan
Banteng mengambil alih pemerintahan daerah Sumatra Tengah dari Gubernur Ruslan
Muljihardjono. Alasannya bahwa Gubernur yang ditunjuk oleh pemerintah pusat
kurang berhasil dalam membangun daerah Sulawesi Tengah.
Untuk mengatasi masalah Dewan Banteng
pemerintah mengutus misi ke Sumatra Tengah yang disebut Komisi Penyelidik
Keadaan, terdiri dari Kolonel Dahlan Djambek, Kolonel Abdul Latif, dan Soeleman
Efendi dari Kepolisian Negara. Tugas utamanaya adalah mengadakan pengajakan dan
penyelidikan tentang dasar-dasar tuntutan yang disalurkan melalui dewan
Banteng. Namun Ahmad Husain tidak mau berbicara dengan kelompok misi tersebut,
ia hanya mau berbicara dengan delegasi yang resmi dari Kepala Negara.
Untuk memecahkan masalah di Sumatra
Tengah pemerintah masih menempuh jalan perundingan yaitu dengan mengirimkan
delegasi dibawah Menteri Pertanian Eny Karim. Delegasi ini mengalami kegagalan
karena tidak dapat bertemu dengan pimpinan Dewan Banteng. Selanjutnya atas
prakarsa dari Dewan Banteng dan Dewan Gajah diadakan Kongres Rakyat Jambi, yang
akhirnya diambil keputusan bahwa daerah Jambi dinyatakan sebagai daerah otonom
setingkat dengan profinsi meskipun administrasinya masih dibawah pengawasan
profinsi Sumatra Tengah.
b)
Dewan Gajah
Tanggal 22 Desember 1956, tepatnya dua
hari setelah terjadinya pengambilan pemerintahan di Sumatra Tengah, Panglima
TT-I Kolonel Simbolong, di Medan mengumunkan terbentuknya Dewan Gajah dengan ia
sebagai pemimpinnya. Dalam pidatonya melalui radio RRI Medan, Simbolon
menyatakan bahwa Dewan Gajah memutuskan hubungan denga pemerintah pusat. Alasn pembentukan dewan ini
adalah situasi dan kondisi pada saat itu sangat kritis sebab keadaan bangsa dan
negara mengalami kekacauan. Menanggapi peristiwa ini Presiden Soekarno
menyerukan kepada Simbolon agar kembali ke jalan yang seharusnya ditempuh oleh
anggota tentara. Namun ini tidak dihiraukan oleh Simbolon. Ia malah menuntut
agar kerukunan Dwitunggal Soekarno-Hatta dipulihkan kembali serta menuntut agar
Presiden RI langsung beraada dibawah kendali Dwitunggal. Hal ini membuat para
tentara dari beberapa perwira serta pejabat di Sumatra Utara menentangnya.
Kepala Staf TT I Letkol Djamin Gintings bersama Letkol Wahab Makmur menentang
tindakan ini karena dirasa telah melanggar hukum. Kabinet Ali Sastroamidjojo
kemudian memecat Kolonel Maludin Simbolon dari jabatannya sebagai Panglima TT-I.
Dengan mundurnya Simbolon serta serta
anak buahnya ke luar kota medan praktis membuat Dewan Gajah telah dilumpuhkan.
c)
Dewan Garuda
Selain itu pergolakan juga terjadi di
Sumatra Selatan, sekelompok politikus yang berhasil mempengaruhi pimpinan
militer setempat mencetuskan Piagam Pembangunan Sebagai wadah untuk menampung segala
aspirasi daerah. Kemudian dibentuk Dewan Garuda, dan menuntut kepada pemerintah
pusat agar daerah Sumatra Selatan diberi otononi yang seluas-luasnya. Dan
menuntut adanya kerukunan kembali antara Dwitunggal dalam mengendalikan
pemerintahan RI.
Letkol Berliaan selaku pejabat TT II
mengeluarkan keputusan bahwa daerah Sumatra Selatan dalam keadaan bahaya.
Gubernur Sumatra Selatan, Winarno Dhanuadmojo diminta untuk menyerahkan
jabatannya guna memperlancar pembangunan di daerah tersebut, Aktifitas Dewan Garuda
di Sumatra Selatan dipimpin oleh Wakil Ketua Staf TT II Myor Nawawi.
d)
Dewan Manguni
Dewan Manguni terbentuk pada akhir tahun
1956 di Manado, dewan ini terbentuk atas inisiatif dari Kapten G.K. Montolalu
dan kawan-kawannya. Dewan ini kemudian bergabung dengan Pemesta.
e)
Perjuangan Rakyat Semesta
Pergolakan juga terjadi di wilayah
Indonesai Timur. Tanggal 2 Maret 1957 di Makasar panglima TT VII Letkol Ventje
Sumual memproklamasikan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta. Wilayahnya meliputi
Sulawesi NTT dan Maluku. Guna memperlancar pelaksanaan programnya Letkol Samual
menyetakan Indonesia bagian timur dalam keadaan bahaya. Semua dewan pemerintah
diambil alih oleh kalangan militer.
Peristiwa yang terjadi saat itu sangat
melemahkan kedudukan Kabinet Ali II. Pada tanggal 14 Maret 1957 Perdana Menteri
Ali Sastroamidjojo mengembalikan mandatnya kepada presiden Soekarno. Dalam
keadaan genting tersebut muncul berbagai pergolakan didaerah, kemudian Presiden
Soekarno mengumumkan berlakunya SOB dengan demikian angkatan perang mendapat
wewenag khusus untuk mengamankan negara.
Untuk meredam pergolakan daerah, tanggal
10-14 September 1957 diadakan Musyawarah Nasional yang dihadiri oleh
tokoh-tokoh nasional baik usat maupun daerah, hadir pula bekas Wakil Presiden
Moh. Hatta. Musyawarah ini berhasil mengambil keputusan yang mengambarkan
suasana saling pengertian. Pada upacara penutu[pannya yaitu 14 September
1957dibicaraskan pernyataan bersama yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno
dan mantan wakil Presiden Moh. Hatta.
Untuk membantu persoalan Angkatan Darat
dibenetuklah Panitia Tujuh. Yang terdiri dari Panglima Tertinggi Presiden
Soekarno, Drs. Moh Hatta, Perdana Menteri Djuanda, Wakil Perdana Menteri Dr.
Leimena Menteri Kesehatan Kolonel Dr. Aziz Saleh, Sultan Hamengkobouno IX dan
KSAD Jendral Mayor A.H. Nasution. Tugas panitia ini adalah menyelesaikan
masalah angkatan Darat. Setelah mengadakan sidang pertama disepakati beberapa
keputusan yaitu :
(1) Menetapkan
pedoman kerja
(2) Membentuk
panitia pengumpulan bahan-bahan yang terdiri dari Kolonel A.J. Mokoginta,
Kolonel Sudirman
(3) Menginstruksikan
kepada seluruh anggota Angatan Darat untuk tidak melakukan tindakan yang akan
menyulitkan dalam penyelesaian masalah ini
(4) Menginstruksikan
kepada seluruh anggota Angatan Darat untuk mengusahakan terpeliharanya
pekerjaan rutin.
(5) Menyuruh
kepada seluruh anggota Angkatn Darat dan seluruh masyarakat untuk berihtiar
kearah kelancaran Panitia Tujuh
Belum sempat Panitia Tujuh mengumumkan
hasi dari pekrjaannya, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno
tanggal 30 November 1957 yang dikenal dengan peristiwa Cikini. Selain
menimbulkan banyak korban anak sekolah juga korban lain Inspektur Polisi I
Oding Suhendar yang tewas akibat tekena granat.
2) Pemberontakan
PRRI dan Permesta
Pemberontakan PPRI dan Permesta terjadi
karena adanya ketidakpuasan beberapa daerah di Sumatra dan Sulawesi terhadap
alokasi biaya pembangunan dari pemerintah pusat. Ketidakpuasan tersebut
didukung oleh beberapa panglima militer.
Tanggal 2 Maret 1957 di Makassar, Panglima TT VII Letkol
Ventje Sumual memproklamasikan Piagam
Perjoangan Rakyat Semesta (Permesta). Piagam tersebut ditandatangani
oleh 51 tokoh. Wilayah gerakannya meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Untuk memperlancar gerakannya dinyatakan bahwa daerah Indonesia bagian timur
dalam keadaan bahaya. Seluruh pemerintahan daerah diambil alih oleh militer
pemberontak.
Untuk meredakan pergolakan di daerah
maka pada tanggal 14 September 1957 dilaksanakan Musyawarah Nasional (Munas)
yang dihadiri tokoh-tokoh nasional baik di pusat maupun di daerah. Membicarakan
mengenai masalah pemerintahan, masalah daerah, ekonomi, keuangan, angkatan
perang, kepartaian, serta masalah dwitunggal Soekarno-Hatta. Sebagai tindak
lanjut Munas maka diselenggarakan Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) yang
bertempat di Gedung Olah raga Medan Merdeka Selatan Jakarta. Dengan Tujuan
merumuskan usaha-usaha pembangunan sesuai dengan keinginan daerah-daerah. Untuk
membantu mengatasi persoalan di lingkungan Angkatan Darat dibentuklah panitia
Tujuh, akan tetapi sebelum panitia tujuh mengumumkan hasil pekerjaannya
terjadilah peristiwa Cikini.
Peristiwa Cikini ini semakin memperburuk keadaan di
Indonesia. Daerah-daerah yang bergejolak semakin menunjukkan jati dirinya
sebagai gerakan melepaskan diri dari pemerintah pusat. Bahkan pada tanggal 9
Januari 1958 diselenggarakan pertemuan di Sumatra Barat yang dihadiri
tokoh-tokoh sipil dan militer daerah. Pada 10 Januari 1958 diselenggarakan
rapat raksasa di Padang. Dalam pidatonya, Ketua Dewan Banteng, Achmad Husein
menyampaikan ultimatum kepada pemerintah pusat yang berisi.
a)
Dalam waktu 5 x 24 jam kabinet Djuanda menyerahkan
mandat kepada presiden.
b)
Presiden menugaskan kepada Moh. Hatta dan Sultan
Hamengkubuwono IX untuk membentuk Zaken Kabinet.
c)
Meminta presiden kembali kepada kedudukannya sebagai
Presiden Konstitusional.
Menanggapi ultimatum tersebut, Sidang
Dewan Menteri memutuskan untuk menolaknya dan memecat secara tidak terhormat
perwira-perwira TNI-AD yang duduk dalam pimpinan gerakan sparatis, yaitu Letkol
Achmad Husein, Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Dachlan Djambek, dan Kolonel
Simbolon. Pada 12 Februari 1958, KSAD A.H Nasution mengeluarkan perintah untuk
membekukan Kodim Sumatra Tengah dan selanjutnya dikomando langsung oleh KSAD.
Sementara, pada 15 Februari 1958 Achmad
Husein memproklamasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
dengan Syarifudin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Komandan Komando
Daerah Militer Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggah (KDMSUT) Letnan Kolenel D.J
Smbah mengeluarkakn pernyataan bahwa sejak 17 Februari 1958 wilayah Sumatra
Utara dan Sumatra Tenggah memisahkan diri dengan pemerintah pusat serta
mendukung PRRI.
Untuk memulihkan keamanan Negara,
pemerintah bersama dengan KSAD memutuskan untuk melakukan operasi militer.
Operasi gabungan AD-AL-AU terhadap PRRI ini diberi nama Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Yani.
Operasi pertama kali ditujukan ke Pekanbaru untuk mengamankan sumber-sumber
minyak. Pada tanggal 14 Maret 1958 Pekanbaru berhasil dikuasai. Operasi militer
kemudian dikembangkan ke pusat pertahanan PRRI. Pada tanggal 4 Mei 1958
Bukittinggi berhasil direbut kembali. Selanjutnya, pasukan TNI membersihkan
daerah-daerah bekas kekuasaan PRRI. Banyak anggota PRRI yang melarikan diri ke
hutan-hutan.
Untuk menumpas pemberontakan Pemesta,
angkatan perang melancarkan operasi militer yaitu Operasi Merdeka yang
merupakan gabungan tiga angkatan dibawah pimpinan Kolonel Letnan Rukminto.
Operasi ini tersiri atas operasi Saptamarag I, II, III, IV dan Operasi Mena
I,II. Sebelum operasi pokok dilancarkan terlebih dahulu dilakukan operasi
insyaf di Sulawesi Tengah dengan dipimpin oleh Letnan Kolonel Jonosewojo. Yang
berhasil meguasai kota Palu pasa 18 April 1958. Kemudian dilanjutkan dengan
operasi Saptamarga I,pada bulan Juni seluruh daerah Sulawesi Tenggah sudah
dapat dikusai.
Operasi Saptamarga II dibawah pimpinan
Mayor Agus Prasmono ditujukan untuk menahlukan wilayan Gorontalo yang akhirnya
dapat dikuasai pada 18 Mei 1958. Operasi Saptamarga II dibawah Letnan Kolonel
Magenda berhasil menguasai kepulauan Sangir Talaud. Kemudian bergabung dengan
Operasi Saptamarag IV yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto dengan sasaran
utama adalah Manado yang merupakan basis Pramesta yang pada 26 Juni 1958
wilayah ini dapat dikuasai APRI.
Operasi Mena I dibawah pimpinan Letnan
Kolnel H. Pieters dengan target Jailolo yang dapat dikuasai pada 3 Juni 1958.
Sedangkan Operasi Mina II dibawah pimpinan Letnan Kolonel Hunholz dengan target
lapangan udara Morotai yangdapat dikuasai pada 20 Mei 1958.
Dengan dikuasainya daerah-daerah tersebut,
parktis Pramesta menjadi lumpuh. Secara keseluruhan perlawanan ini berakhir
pada tahun 1961 ditandai dengan menyerahnya para pemimpin Pramesta.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada tahun 1950
sampai dengan tahun 1959, Indonesia menggunakan Undang Undang Dasar Sementara
1950 sebagai dasar negaranya. UUDS tersebut dumulai pada 17 Agustus 1950 sampai
dengan lahirnya dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 yang dikeluarkan Presiden
Soekarno.
Pemberlakuan
Undang Undang Dasar Sementara 1950 tersebut dimulai pada saat Republik
Indonesia Serikat berakhir karena adanya demo besar-besaran dari rakyat yang
menuntut kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
sehingga akhirnya pemerintah membubarkan Republik Indonesia Serikat dan kembali
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menggunakan Undang Undang
Dasar Sementara sejak 17 Agustus 1950, dengan menganut sistem kabinet
parlementer.
Pada tahun 1950
itu juga dibentuk sebuah badan konstituante yang bertugas membuat dan menyusun
Undang Undang Dasar baru seperti yang diamanatkan UUDS 1950, namun sampai akhir
tahun 1959, badan konstituante tersebut belum berhasil merumuskan Undang Undang
Dasar yang baru, hingga akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pada 5
Juli 1959 yang isinya membubarkan badan konstituante tersebut, sekaligus
menegaskan pada tahun itu juga bahwa Indonesia kembali ke Undang Undang Dasar
1945, serta membentuk MPRS dan DPRS.
Pada masa Undang
Undang Dasar Sementara 1950 tersebut diberlakukan, gejolak politik yang panas
menimbulkan berbagai gerakan yang politik yang tidak stabil, sehingga kabinet
pemerintahanpun ikut kena imbasnya, tercatat pada periode 1950 hingga 1959 ada
7 kali pergantian kabinet.
Sejak pengakuan kedaulatan pemerintah Indonesia
dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan dipertahankannya dominasi Belanda
atas ekonomi Indonesia.Pemerintah Indonesia masih menghormati kepentingn historis dunia usaha Belanda di
Indonesia. Hal ini banyak mendapat tentangan dari para pemimpin revolusioner
Indonesia. Banyak desakan agar Indonesia menutup perusahaan-perusahaan swasta
Belanda, dan sekaligus mendorong usaha swasta pribumi.Sehingga diharapkan dapat
mengubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
Akibat tidak stabilnya politik, maka defisit anggaran
pemerintah semakin besar. Hal ini ada kecenderungan pemerintah mencetak uang
baru. Akibatnya, inflasi membumbung tinggi dan mengancam kehidupan ekonomi
Indonesia. Harga terus meningkat didikuti dengan kenaikan upah, sehingga
kemungkinan ekspor semakin berkurang.Untuk mengatasi inflasi, pemerintah
melakukan pemotongan uang (sinering)
pada tanggal 19 Maret 1950. Uang yang ada di bank setengahnya diganti dengan
obligasi Republik Indonesia 1950. Uang yang ada diperedaran digunting jadi dua,
hanya yang kiri yang berlaku, dengan harga setenganhnya dari harga semula.Hal
ini bertujuan agar orang kecil tidak terlalu merugi. Sebagai akibat sinering
maka uang 1,5 milyar rupiah ditarik dari peredaran.Dengan uang itu pemerintah
dapat membayar utang sebagian kepada Bank Sentral.
Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi,
Pemerintah dianggap berhasil dalam bidang budaya ini. Untuk mencukupi tenaga
terdidik dari perguruan tinggi, Pemerintah membuka banyak universitas yang
disebarkan di daerah. Selain itu juga terjadi perkembangan pada hal bahasa dan
sastra indonesia yang akhirnya melandasi berkembangnya media komunikasi di Indonesia.
Dalam bidang seni juga mengalami perkembangan yaitu adanya organisasi pelukis
yang didirikan di Yogjakarta.
Kembalinya ke Negara Kesatuan juga berdampak pada
sebagian tokoh dari Negara bagian ingin tetap
mempertahankan sebagai sebuah Negara yang berdiri sendiri dengan cara
mengadakan pemberontakan-pemberontakan.. Sehingga hal ini menjadi gangguan dan
ancaman keamanan dalam negeri. Pemberontakan yang terjadi selama
masa demokrasi perpimpin diantaranya seperti pemberontakan APRA, Pemberontakan
Andi Azis, Pemberontakan RMS, Pemberontakan DI/TII, Pemberontakan PRRI dan
Permesta.
DAFTAR PUSTAKA
a. Poesponegoro,
M.D. & Notosusanto, Nugroho. 2011. Sejarah
Nasional Indonesia VI. Jakarta ; Balai Pustaka.
b. Ricklefs,
M.C. 2010. Sejarah Indonesia Modern
1200-2008. Jakarta : Serambi.
13 komentar:
terimah kasih atas informasi/ blog nya,, sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas perkulihan,, 1 x lagi terimakasi, dan izin untuk mengkopinya,,
Sama-sama :D
Jakarta, Aktual.com — Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon mengingatkan Pemerintah terkait kondisi ekonomi nasional yang sudah dalam kondisi berbahaya, salah satunya ancaman Pemutusan Hubungan Kerja semakin nyata.
“Perusahaan banyak yang mengalami penurunan kemampuan keuangan secara drastis, akibat situasi ekonomi nasional yang terpuruk,” katanya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (3/8).
Rupiah Tembus 13.500, DPR : Kondisi Ekonomi Indonesia Dalam Bahaya
kok gak bisa di copy ya
kok gak bisa di copy ya
kok gak bisa di copy ya
blognya jangan dikunci percuma aja materinya lengkap tapi ga bisa di copy mah
ANNIKA AMAHLE
Semua terima kasih kepada Ny. KARINA ROLAND untuk membantu saya dengan pinjaman saya setelah ditipu oleh orang-orang palsu yang telah menjadi peminjam pinjaman.
Nama saya Annika amahle mokoena, saya dari Afrika Selatan dan saya tinggal di kota Johannesburg. Sebulan yang lalu saya sedang mencari pinjaman online dan saya melihat pemberi pinjaman pinjaman yang berbeda di internet dan saya melamar dari mereka dan semua yang saya dapatkan adalah scammers, saya melamar lebih dari 2 perusahaan dan saya ditipu sepanjang waktu. Jadi saya menyerah harapan sampai saya memutuskan untuk memeriksa lagi apakah saya akan menemukan bantuan ketika saya mencari dan saya memutuskan untuk mencari perusahaan pinjaman yang sah. Saya menemukan perusahaan ini bernama KARINA ROLAND LOAN COMPANY. Saya melihat banyak kesaksian yang dikomentari orang tentang dia tetapi karena saya ditipu beberapa kali saya pikir itu scam tapi saya melakukan apa yang saya diminta untuk lakukan dan saya menunggu pinjaman saya dan Nyonya KARINA ROLAND mengatakan kepada saya dalam waktu kurang dari 24 jam waktu Anda dengan pinjaman saya dengan aman saya tidak percaya Karena saya pikir itu juga scam sehingga hari itu malam hari di Afrika Selatan dan saya tidur di pagi hari berikutnya ketika saya bangun saya menerima peringatan dari rekening bank saya dan segera saya menelepon manajer bank saya untuk konfirmasi dan manajer bank mengatakan kepada saya untuk segera datang ke bank dan saya segera pergi begitu saya tiba di sana manajer bank memeriksa akun saya dan melihat sejumlah $ 127,000.00 USD yang merupakan Dolar Amerika Serikat dan saya menjelaskan kepada manajer saya bahwa saya mengajukan pinjaman online dan bank saya Manajer terkejut jika ada masih perusahaan pinjaman nyata dan sah secara online saya sangat senang semua berkat MRS KARINA ROLAND saya memutuskan untuk menulis di internet karena saya melihat orang lain melakukannya dan bersaksi tentang perusahaan ini itu sebabnya saya memposting pesan ini secara online kepada siapa pun yang membutuhkan pinjaman bahkan jika Anda telah ditipu sebelum mengajukan permohonan dari perusahaan ini dan yakinlah bahwa perusahaan ini tidak akan mengecewakan Anda. Salam kepada siapa pun yang membaca pesan saya dan Anda dapat menghubungi perusahaan ini melalui surat (karinarolandloancompany@gmail.com) atau whatsapp hanya +1 (585) 708-3478, Sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang membaca kesaksian ini, Anda dapat menghubungi saya juga untuk informasi lebih lanjut ..... annikaamahlemokoena@gmail.com
tolol bet si wkwk. udh dikasi kek gitu malah nyalahin blog nya dikunci ketik kek usaha dikit. cupa copy
Salam 2021 :)
SELAMAT HARI Adik-adikku dari INDONESIA
Saya di sini untuk bersaksi tentang kebaikan Tuhan dalam hidup saya dan bagaimana saya diselamatkan dari tekanan keuangan karena bisnis saya sedang menurun dan keluarga saya berada dalam keadaan sulit sehingga kami bahkan tidak dapat membayar uang sekolah untuk anak-anak, karena kepahitan menguasai saya. jantung.
Suami saya juga gagal karena kami menjalankan bisnis keluarga di (Bandung) di mana kami bingung suami saya mencoba mendapatkan pinjaman dari bank dia menolak pinjaman jadi dia online untuk mencari pinjaman karena dia ditipu oleh beberapa penipu online yang menjanjikan dia pinjaman dan mengatakan dia harus membayar biaya untuk mendapatkan pinjaman jadi suami saya meminjam uang dari teman-temannya untuk membayar biaya kemudian mereka meminta biaya lain dengan beberapa alasan dia harus pergi dan meminjam dari saudaranya di (Batam) untuk memastikan dia mendapat pinjaman setidaknya untuk membayar kebutuhan keluarga dan setelah dia membayar, dia diminta untuk membayar lagi karena suatu alasan, ini membuat kelaparan keluarga meningkat sehingga kami harus mengumpulkan makanan dari tetangga dekat kami. dan selama berbulan-bulan kami menderita dan bisnis tutup untuk sementara waktu
Jadi suatu sore yang setia sekitar pukul 13:00 tetangga dekat ini menelepon saya dan mengatakan bahwa dia akan mendapatkan pinjaman dari perusahaan pinjaman online jadi jika dia mendapat pinjaman, dia akan memperkenalkan saya kepada perusahaan itu jadi kami pergi ke ATM bersama dan memeriksa pinjaman tidak ada di sana jadi kami menunggu sekitar 30 menit kemudian kami mendapat peringatan di teleponnya dari banknya bahwa dia telah menerima uang di rekeningnya jadi kami memeriksa saldo rekeningnya dan melihat 3 MILIAR kepadanya sebagai pinjaman.
INFORMASI KONTAK PERUSAHAAN
Alamat Email Perusahaan ::: mariaalexander818@gmail.com
Nama Perusahaan :: MARIA ALEXANDER LOAN COMPANY
Perusahaan WHATSAPP: (+1 254-276-8402 )
Langsung saya teriak di depan umum sambil menangis dan saat itu yang saya pikirkan hanyalah jika saya dengan jumlah itu masalah saya berakhir, jadi kami pulang saya tidak memberi tahu suami saya, dari 3 Miliar teman saya memberi saya 1 JUTA dan saya beli beberapa bahan makanan di rumah dan berlangganan dan saya dan tetangga saya meminta pinjaman ke perusahaan karena teman saya memberi saya panduan jadi kami mengikuti prosesnya karena prosesnya sama jadi setelah semua proses, saya dan rekan saya di mana diberikan pinjaman.
INFORMASI KONTAK PERUSAHAAN
Alamat Email Perusahaan ::: mariaalexander818@gmail.com
Nama Perusahaan :: MARIA ALEXANDER LOAN COMPANY
Perusahaan WHATSAPP: (+1 254-276-8402 )
Anda juga dapat menghubungi perusahaan sekarang dan menyelesaikan masalah keuangan Anda
Saya membagikan cerita ini karena saya tahu begitu banyak orang di luar sana yang membutuhkan bantuan keuangan.
Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut ( setiaahmad104@gmail.com )
Halo semuanya! Bantu saya berterima kasih kepada Bunda Esther
Saya Widodo saya tinggal di Medan di Indonesia, saya telah mencari pinjaman selama beberapa tahun. Saya 6 kali menjadi korban penipuan dengan pemberi pinjaman palsu yang telah menghancurkan hidup saya, saya memang mencoba bunuh diri karena mereka. Karena saya punya hutang dan tagihan yang harus dibayar. Saya pikir ini sudah berakhir untuk saya, saya tidak lagi memiliki perasaan hidup. Saya hampir menyerah, tidak sampai saya mencari saran dari teman SISKA WIBOWO (siskawibowo71@gmail.com) yang kemudian mengarahkan saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal, Ny. ESTHER PATRICK yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 150 juta Rupiah dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau tekanan pada tingkat bunga lebih rendah dari 2%. (estherpatrick83@gmail.com)
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah pinjaman yang saya terapkan langsung ditransfer ke rekening bank saya tanpa penundaan atau kekecewaan, karena saya berjanji akan membagikan kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres . silakan hubungi ibu sekarang estherpatrick83@gmail.com
Dan saya tahu sebagian besar dari Anda juga telah menjadi korban penipuan, Anda tidak perlu repot lagi karena saya harus menyampaikan kabar baik dan satu-satunya pemberi pinjaman yang dapat Anda percayai, Jadi saya tidak dapat menyimpan ini untuk diri saya sendiri sehingga saya harus mulai dengan membagikan kesaksian tentang mengubah hidup ini bahwa Anda dapat menghubungi saya melalui email (widodocepi@gmail.com) Ny. Esther Patrick Saya selamanya Bersyukur atas Segala yang telah Anda lakukan untuk saya.
Halo semuanya, Nama saya Siska wibowo saya tinggal di Surabaya di Indonesia, saya seorang mahasiswa, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman untuk sangat berhati-hati karena ada banyak perusahaan pinjaman penipuan dan kejahatan di sini di internet , Sampai saya melihat posting Bapak Suryanto tentang Nyonya Esther Patrick dan saya menghubunginya melalui email: (estherpatrick83@gmail.com)
Beberapa bulan yang lalu, saya putus asa untuk membantu biaya sekolah dan proyek saya tetapi tidak ada yang membantu dan ayah saya hanya dapat memperbaiki beberapa hal yang bahkan tidak cukup, jadi saya mencari pinjaman online tetapi scammed.
Saya hampir tidak menyerah sampai saya mencari saran dari teman saya Pak Suryanto memanggil saya pemberi pinjaman yang sangat andal yang meminjamkan dengan pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp200.000.000 dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau tekanan dengan tingkat bunga rendah 2 %. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa rekening bank saya dan menemukan bahwa nomor saya diterapkan langsung ditransfer ke rekening bank saya tanpa penundaan atau kekecewaan, segera saya menghubungi ibu melalui (estherpatrick83@gmail.com)
Dan juga saya diberi pilihan apakah saya ingin cek kertas dikirim kepada saya melalui jasa kurir, tetapi saya mengatakan kepada mereka untuk mentransfer uang ke rekening bank saya, karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres atau penundaan.
Yakin dan yakin bahwa ini asli karena saya memiliki semua bukti pemrosesan pinjaman ini termasuk kartu ID, dokumen perjanjian pinjaman, dan semua dokumen. Saya sangat mempercayai Madam ESTHER PATRICK dengan penghargaan dan kepercayaan perusahaan yang sepenuh hati karena dia benar-benar telah membantu hidup saya membayar proyek saya. Anda sangat beruntung memiliki kesempatan untuk membaca kesaksian ini hari ini. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman, silakan hubungi Madam melalui email: (estherpatrick83@gmail.com)
Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (siskawibowo71@gmail.com) jika Anda merasa kesulitan atau menginginkan prosedur untuk mendapatkan pinjaman
Sekarang, yang saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman bulanan yang saya kirim langsung ke rekening bulanan Nyonya seperti yang diarahkan. Tuhan akan memberkati Nyonya ESTHER PATRICK untuk Segalanya. Saya bersyukur
Posting Komentar